Sebagai konsumen musik, lagu-lagu indonesia dekade 90'an adalah yang terbaik. Banyak musisi-musisi yang bagus. Banyak pula lagu-lagu yang sepertinya tidak akan pernah lekang oleh waktu. Dari segi musik maupun lirik lagunya, semuanya bagus. Tidak cengeng, tidak lebay, dan tidak seronok. Dibanding lagu-lagu sekarang secara umum aku lebih suka lagu-lagu tahun 90-an. (Mungkin ini juga pengaruh dari jaman, ketika tahun 90-an aku masih umuran TK - SD jadi bisa saja seleraku dipengaruhi oleh hal ini :D)

Beberapa dari lagu-lagu favoritku nih:
1. Restoe Boemi - Dewa 19
2. Bawalah Aku - Boomerang
3. Selamanya - Vodoo
4. Terima Kasih - Jamrud
5. Saat-saat Bersamamu - Kin Band
6. Satu Rasa - Sahara
7. Kamu Harus Pulang - Slank
8. Sampaikan Salamku Untuk Dia - Vodoo
9. Adinda - Protonema
10. Aku Milikmu - Dewa 19
11. Terlalu Manis - Slank
12. Teman Baikku - Nugie
13. Burung Gereja - Nugie
14. Ow ow ow - Five Minutes
15. Janji - Gigi
16. Kasih Jangan Kau Pergi - Bunga
17. Kehadiranmu - Boomerang
18. Kunanti - Arwana
19. Lamunanku - Arwana
20. Bermimpi - Base Jam

dan semua lagu Iwan Fals.

Ah, pokoknya lagu-lagu jaman itu enak-enak. Suka semuanya..Kalau dibuat daftarnya bisa-bisa panjangnya menuhin halaman.

Ini ada video klip jadul dari Arwana berjudul Kunanti. Salah satu lagu yang paling aku suka.
Enjoy!



Salam Musik!


Ah Budiiiii,...

Ampun bingung deh mau ngungkapin apa tentang si Budi satu ini. Terlalu banyak hal yang ingin diungkapkan malah bleng.
Budi yang mana ini? Budi bapakku? Ah tentu bukan. Budi ini penyanyi, pencipta lagu. Budi si seniman. Budi yang muda dan sangat mencintai tanah air yang sama denganku. Budi Doremi namanya, entah nama aslinya. Budi yang telah membuatku jatuh cinta dengannya melalui cintanya pada nusantara.

Musik yang gampang didengar, lirik sederhana dan jujur serta ekspresi yang unik tak dibuat-buat.

Budi Doremi (dari video 'Satu hari yang cerah')

Coba dengar kisah sejoli dari Wakatobi dan Raja Ampat yang menjalin cinta di antara luasnya lautan melalui kisah 'Asmara Nusantara'. Meskipun jauh tapi mereka menemukan cinta yang kata Mas Budi ini 'rasa yang tak mudah didapat'.  Memang benar, menemukan cinta itu gak mudah. Apalagi mempertahankan dan memperjuangkannya. Wehhhh... Ampuunnn... Tapi kata Budi itulah intinya.

Perjuangan melawan jarak antar pulau itulah yang indah. 'Oh indahnya bercinta di Nusantara!.  Ah, kalau aku sih maunya dari Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi ya.. Hehehehe..

Bait pertama lirik lagu ini juga lucu dan menggoda. Coba simak:

Waktu itu kamu pakai baju merah 
Yang ku tahu aku pakai baju putih 
Kita bergandengan menyusuri kota 
Dan cinta kita seperti indonesia

Lucu kan.. Padahal cuman kebetulan membahas baju merah sama putih doang, tapi ujung2nya tuh baju disamakan dengan Indonesia. Ah, meskipun dipaksa nyambung meski gak terlalu nyambung, tapi kok dapet banget ya rasanya. Yah, itulah Indonesia. Cintakupun seperti Indonesia. Meski gak nyambung tapi kok rasanya nyambung banget gitu deh. Hehe...

Nusantara, Ibu Pertiwi Indonesia memang tak ada duanya. Mana ada negara kepulauan yang cantik secantik Indonesia. Kecantikan yang terwujud karena perbedaan dalam persatuan. Woww... 

Aku harap kisah cintaku juga bisa seperti Asmara Nusantara ini. Perbedaan dan jarak itulah yang membuat Nusantara indah. Memang butuh perjuangan dan tak mudah. Tapi cerita yang kelak tertulispun akan menjadi karya indah dari kisah cinta di bumi Nusantara ini. Ah, jadi kangen rumah dan seseorang dari lain pulau di Nusantara sana.. Oh, Budi.....

Kita tulis cerita yang takkan kita lupa
Bersama di bawah langit senja 
Kita nyatakan saja pada mereka lewat sebuah lagu 
Asmara kau dan aku 
di bumi yang indah 
di khatulistiwa
 


 

Di mana-mana sama. Lebaran kapan datangnya selalu tak dapat diduga.

Pagi ini aku sudah siap-siap untuk satu hari besar, Eid Mubarak atau Idul Fitri. Bahkan aku sudah berdandan rapi dengan syal ala-ala hijabers yang sudah lama tak kugeluti.
Aku bangun di pagi buta meski matahari telah terbit. Jam 6 pagi yang seperti biasa masih sangat dingin telah kujadikan waktu memasak untuk sarapan pagi ini. Memang bukan opor ayam ataupun ketupat lebaran, hanya sebungkus Indomie goreng, telor goreng, dan beberapa lembar daging kalkun asap. Pengganjal perut di pagi ini.

Terburu-buru terkejar waktu untuk memastikan jadwal yang tepat dengan Bus nomer 48 jurusan Cornell - Sunset TC yang akan lewat jam 7.10. Dengan asumsi perjalanan satu jam-an, aku harus tepat waktu agar bisa sampai di lokasi solat Ied yaitu di Portland Expo Center jam 9 pagi. Dan pagi ini aku tepat waktu. Aku sampai di lokasi yang baru pertama kali kulihat ini jam 8.15. Ah, aku masih punya cukup waktu untuk siap-siap, pikirku.

Di jajaran gedung-gedung besar itu tak banyak kulihat kerumunan orang. Hanya beberapa orang pekerja yang sedang sibuk dengan berlalu lalang dengan mobil mininya (aku tidak tahu nama mobil mini yang mirip dipakai di tempat-tempat golf itu). Mirip tukang kebon? Mungkin begitu. Aku masuk ke salah satu gedung dan kulihat 2 orang resepsionis untuk suatu acara. Yang jelas bukan acara solat Ied karena terpampang jelas nama 'Subaru' di sana, mungkin pameran mobil? Entah. Kutanyakan perihal perayaan Eid Mubarak dan si mbak-mbak blonde yang cantik itu tidak tahu. Dia bilang mungkin di gedung sebelah.

Ah, aneh sekali kan? Harusnya perayaan Idul Fitri ramai. Apa ini memang beda? Atau? Ah, bingung sekali pikirku waktu itu. Kuputuskan untuk mencoba masuk ke gedung lain tapi pintunya pada terkunci. Lhah? Gimana sih? Akupun berputar-putar mengelilingi gedung yang besar itu sampai lebih dari setengah jam, mencari jejak keramaian yang tak kunjung ada.

Salahku juga tak kunjung bertanya. Tapi bagaimana mau bertanya wong orang saja jarang banget ditemui di tempat sepi ini. Ketika kulihat bapak-bapak (tukang kebon) di atas mobil mininya, aku lantas hampiri dan bertanya. Di mana? Kenapa? Bagaimana?

Suara jet yang lewat membuyarkan suaraku dan si bapak tak paham maksudku. Setelah kuulang 3 kali barulah si bapak paham dan bilang jika panitia menundanya untuk besok pagi.

Lebarannya ditunda! What?!!! Sumpah kecewa berat.

Img source: here

Kenapa? Karena besok aku harus kerja. Jadwal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi karena ini bukan libur nasional seperti layaknya di Ibu Pertiwi. Yah, nasib. Lebaran sekali di Amrik harus kulewatkan dalam tur kerja seharian. Solat setahun sekalipun tak bisa dijalani.

Yang menjadi perhatianku adalah tentang waktu yang ragu-ragu. Semalam jam 7 aku sudah mengecek bahwa lebaran jatuh tanggal 28, hari ini Senin atau besok Selasa. Itu berarti besar kemungkinan hari Senin kan? Bahkan di H-12jam belum ada keputusan jadi asumsiku (yang ternyata salah) adalah lebaran hari Senin. Di Indonesia-pun lebaran tanggal 28 juga. Arghhh...

Aku teringat kejadian beberapa tahun lalu di kampung halamanku, Boyolali. Suatu malam menjelang Idul Fitri dan tradisi takbir kelilingpun tak pernah hilang di sini. Suatu malam, jalanan ramai oleh orang bertakbir terlebih anak-anak kecil dengan arak-arakan dengan obornya. Hampir jam 9 malam dan suasana semakin ramai. Kemudian muncullah pengumuman dari pemerintah tentang jatuhnya lebaran yang ternyata lusa. Arak-arakan takbirpun dibubarkan, anak-anak kecil disuruh balik ke masjid. Untuk apa? Solat tarawih! Hahahaha,... Ini lucu sekali.

Dan aku tak menyangka jika hal yang sama juga terjadi di Amerika. Persoalan munculnya Hilal memang tidak jauh beda. Di negeri yang katanya paling maju inipun, kalau urusan ngintip Hilal juga ragu-ragu. Alhasil, jatuhnya lebaranpun ragu-ragu. Dan parahnya untukku, aku gagal merayakan Idul Fitri dengan Solat Iednya di sini. Nasib kan!

Apa yang salah dengan sistem penanggalan Hijriyah? Siklus bulan sebegitu rumitkan? Kenapa sulit sekali ya? Apakah ini menjadi masalah? Sistem kalendernya? Atau hanya masalah orangnya saja?
Halahh, apa yang bisa dilakukan dong?

Karena hal ini sungguh-sungguh menyebalkan meski tak dipungkiri kadang lucu juga.

Happy Idul Fitri1435 H

Img source: here with modification



Selamat Idul Fitri
Mohon maaf lahir batin
1 Syawal 1435 H

Tahun ini lebaran di tanah yang jauh. Sepi rasanya. Kangen rumah jadinya.


Legowo

Banyak kudengar akhir-akhir ini kata 'legowo'. Satu kata dari Bahasa Jawa ini tiba-tiba sering muncul di dunia maya tempatku sering nongkrong di forum terbesar di Indonesia, dalam bentuk artikel, tulisan, atau paling sering berupa gambar. Gambar seorang laki-laki berpeci yang menutup mukanya dengan telapak tangan dengan tulisan 'LEGOWO' besar-besar di bawahnya. Kenapa dengan si laki-laki itu? Kenapa dia menutup mukanya? Apakah dia malu? Apakah legowo berarti malu? Tentu bukan itu.

Seingat yang aku tahu, legowo itu berarti berjiwa besar. Ah, itu lagi satu ungkapan yang susah didefinisikan dengan jelas. Apa juga itu berjiwa besar? Jiwa saja sangat sulit untuk diartikan apalagi ini jiwa yang besar. Berani menerima kenyataan, jujur dalam menjalani kehidupan, itulah legowo yang kutahu.

Tentu mudah diterima jika kenyataan indah dan baik di depan kita, tapi sebaliknya? Tidak mudah untuk menerima kehilangan, tidak mudah menghadapi kesedihan, dan tidak mudah pula menerima kekalahan dan kesalahan. Coba bertanya pada diri sendiri betapa sering aku berbohong dan mengingkari apa yang kutahu benar hanya karena aku tidak ingin mengakuinya. Ketika aku salah aku akan berdalih, menyalahkan kambing hitam yang tak tahu apa-apa, menuduh setan telah membisikkan rayuannya, menyalahkan keadaan yang tak pernah paham. Aku sering beralibi, aku sering menipu diri, dan saat itu pula aku merasa GOBLOK. Aku gagal jujur. Aku gagal legowo.

Lalu kemudian muncullah orang-orang itu. Mereka yang kulihat sulit sekali menerima kondisi. Mereka mencari alasan dengan kata kebenaran. Aku tak tahu siapa yang benar tapi melihat mereka berjuang mati-matian untuk menyangkal situasi membuatku geli sendiri. Berita-berita penolakan, pernyataan sanggahan, dan begitu banyaknya alasan bagiku seperti mengada-ada.

Apakah yang sebenarnya diperjuangkan? Kebenarankah? Atau hanya keengganan untuk jujur pada diri? Enggan untuk legowo? Aku kasihan.

Aku kasihan karena aku tahu apa yang dirasakan ketika seseorang gagal legowo. Dan kuharap tak banyak orang yang saat ini merasakan apa itu gagal legowo.


Gambar ini aku ambil dari forum http://kaskus.co.id/ , forum terbesar di Indonesia. Apa yang nge-tren di sini kurasa adalah perwakilan apa yang sedang tren juga di dunia maya di tanah air.



Aja (Aji M Huda), apa yg kamu lihat Ja?

Sampai sekarang aku masih belum bisa merasakan apa yang berbeda, apa yang berubah dari diri seorang sahabat. Aku masih merasa sama, seolah tak pernah terjadi apa-apa. Dan memang tidak ada yang berubah kecuali fakta bahwa kamu sudah tidak di sini lagi. Ah, tapi sekali lagi kutegaskan! Aku tak merasa beda, aku tak merasa kehilangan, aku bahkan tak bisa menangis. Kenapa? Karena tidak ada yang pernah berubah Aja, kamu akan selalu ada dalam diriku sebagai seorang sahabat yang sangat berarti, kawan  yang mengerti dan junior-ku yang berani. 

Aja. Aku pertama mengenalmu sekitar 8 tahun lalu, 2006. Saat itu aku masih memanggil nama lengkapmu, ‘Aji Muhammad Huda’. Kemudian jadilah kamu MPCA-ku, ketua MPCA-ku yang beruntung punya nama lapangan baru di hari pertama pelantikanya. Sejak saat itulah panggilanku padamu jadi ‘Aja’, sampai sekarang. Kenapa beruntung? Coba lihat nama-nama yang lain, sebut saja Patkay, Kliwon, Jablay, Upil. Hahaha.. ‘Aja’ kurasa lebih manusiawi. Maaf ya yang tersinggung. :) 

Bersama teman-teman di angkatanmu, jadilah kalian MPCA pertamaku pas di saat aku masih sombong-sombongnya sebagai AM baru di LAWALATA-IPB dan kamulah ketuanya! Saat itu, aku mengenalmu sebatas hubungan senior-junior dan tidak secara personal. Tapi aku memperhatikanmu dan menilaimu sebagai sosok calon anggota yang tangguh, punya pendirian, dan berani. Hey, kamu ketua-nya kan! Itu adalah buktinya. 

Kemudian jadilah kamu AM. Sungguh AM yang rajin, rajin main ke sekret maksudnya. Hehehe. Bersama teman-temanmu, Bucok, Kliwon, Kipli, dll telah membentuk satu kesatuan cowok-cowok AM Nusa Penida yang sungguh keren. Cukup menghibur senior cewek di Karimunjawa yang bawelnya setengah mati. Sumpah, aku bangga sama kalian!

Kamu yang kukenal adalah kamu yang penuh impian, cita-cita disertai rencana dan tanggung jawab. Kamu juga pernah bilang bahwa kamu adalah pelindung keluargamu, kamu akan lakukan apa saja untuk kebahagiaan keluargamu. Aku kagum dan terharu. Aku saja belum yakin bisa seperti itu. Dan itu kamu buktikan. Jika boleh kubilang, kamu adalah satu dari angkatanmu yang paling sukses dalam berkarir. Di tengah-tengah kami yang masih galau menentukan pilihan hidup, kamu sudah jauh melaju. Kamu mencari, mencoba sesuatu yang baru dan menemukannya. Aku tidak tahu, tapi itulah yang kulihat. 

Dan satu lagi Ja, kamu tidak pernah lupa dengan keluarga keduamu, L-IPB. Meski sudah alumni, kamu tak pernah absen untuk sekedar bercengkerama ngalor-ngidul di sekret, naik gunung, arung jeram ataupun ke pantai bersama L. Tak hanya 1 atau 2 kali kudapati kamu berada di tengah-tengah junior L di sekret. Yah, kamu ingin menularkan semangat, ilmu dan bahkan romantisme dan kehangatan dalam persahatan kita semua di Lawalata. Itulah mengapa seakan jarak tak pernah ada. 

Di hari itupun kamu juga sedang ber-arung jeram. Salah satu kegiatan favoritmu, kegemaran setiap penggiat alam kurasa. Dan Tuhan memanggilmu untuk bersamanya ketika kamu sedang melakukan aktivitas kesukaanmu. Ah jadi ingat aku: seorang kawanku yang hobi berkuda di Oregon pernah berkata, “I know that everyone will die someday. My wish is when my time come, I hope it will be when I’m riding a horse!”. Dia berkata bahwa kebahagian terakhir orang ada di situ. Yah, boleh setuju atau tidak dengan pendapatnya. Tapi aku yakin kamu akan selalu bahagia Ja. 

Kamu adalah satu dari sekian banyak orang yang kukenal. Yakinlah, jika setiap sahabat selalu punya ruang khusus di dalam hatiku, begitu juga kamu. Aku hanya sekedar satu dari sekian banyak orang yang mengenalmu. Tapi setiap orang akan punya kenangan yang beda tentangmu, cerita yang beda, kisah yang beda. Ah, aku bayangkan indah rasanya jika setiap sahabatmu menulis kisahnya bersamamu. Ini sekaligus ajakan bagi teman-teman semua. Tuliskan perasaanmu dan abadikan dalam kata-kata. 

Aku tidak akan mengenangmu dalam tangis ataupun haru. Aku bahkan tak nyaman menggunakan kata ‘mengenang’. Iya Ja, aku merasa tak ada yang berubah. Kamu tetap ada. Karena itu aku menggunakan ‘kamu’ daripada ‘dia’. Ini bukanlah penyangkalan tapi sebuah keyakinan. Aku percaya dengan cinta abadi karena itulah aku percaya bahwa hidup itu juga abadi. Kamupun juga selalu abadi sampai jika Tuhan berkehendak aku harus pikun di kemudian hari. 





Sudiyah Istichomah / Nonet L-262
Portland-Oregon, 02 Juli 2014

Ada seorang teman, bolehlah dibilang adik meski tak sebapak tapi seibu, Ibu pertiwi maksudnya.

Dua tahun lalu bertemu di kampung halamannya, di salah satu pulau paling kaya di dunia, Kalimantan alias Borneo. Dia tinggal di Dusun Melinsum bagian dari satu desa yang hanya namanya saja yang SEJAHTERA, di Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Melinsum itu indah, meskipun kurasa kenyataan hidup itu tak selalu indah. Kesederhanaan, kebersamaan, perbedaan, petualangan, ah, rasanya masih banyak lagi hal lain yang membuatku jatuh cinta dengan Melinsum. Telah kunobatkan Melinsum sebagai kampung halaman ke-2ku setelah Boyolali.

Kembali ke kisah seorang teman, sebut namanya Rio. Anak yang lucu dan jenaka.Ah, aku tidak ingin menuliskan tentang Rio di tulisan ini. Nanti akan ada bagian khusus tentang dia. Hayhay... Di tulisan singkat ini aku hanya ingin menyampaikan pada Rio atau yang paling senang dengan nama 'sedikit alay' (upss sorry ya), EOZX atau apalah yang aku tidak tahu gimana membacanya, bahwa batas itu tidak ada. Itu yang kuyakini.

Karena sekarang Rio sudah punya blog sendiri, mulai rajin menulis, aku ingin menyampaikan betapa aku senang sekali. Ingin ke Melinsum ketemu langsung dengannya dan juga teman-teman lainnya, tapi kesempatan belumlah ada. Maka di negeri yang tidak terlalu jauh ini, aku sampaikan salamku.

Tetap semangat ya! Ini teman-temanku juga menyampaikan agar kamu tetap semangat ya. Tularkan semangat dan pengetahuanmu kepada teman-teman yang lain juga. Bicaralah tidak hanya pada diri sendiri tapi pada dunia! Sampaikan pendapatmu, sampaikan pikiranmu.
 

(Kapan ya bisa ke sana pas panen duren? :D )

Speak Up Your Mind!






Di setiap sore aku pulang kerja, bunga-bunga liar ini
menyambutku, menemaniku dalam 20 menit perjalanan kaki dari stasiun
Sunset TC  sampai tempat tinggalku di Cedar Mill.







Portland, Oregon. Semua tampak warna-warni di kota ini. Gedung-gedung, burung-burung, bunga bahkan orang-orangpun tampak mempesona dengan ragam warnanya. 

Pernah kudengar orang berkata," Amerika adalah bangsa imigran, kami maju
karena kami menghargai perbedaan. Darimanapun asal kami, bangsa, agama,
suku dan warna kulit kini tak kami persoalkan.".  Dan mereka-pun membentuk negeri serikat (persatuan) bernama Amerika. 



Hal ini mengingatkan aku pada tanah air Indonesia. Perbedaan, keragaman adalah kekayaan. Jika Amerika adalah kumpulan imigran, lalu Indonesia? Kita punya pendatang dari segala penjuru dunia, kita punya penduduk asli dengan keragaman budaya yang luar biasa, kita punya tanah, lautan dan sumber kekakayaan tiada tara. Apakah kita sudah maju? Kok rasanya belum ya? Inikah pertanda bahwa kita belum bersatu? Kurasa begitu...


Wild Daisy


Souvenir from Australia, made from timber.

This beautiful souvenirs made from timber at Victoria, Australia. The first one is a book mark and the other is a card? (It's like a card and the size is similiar with postcard!). Timber product isn't always wood contruction or furniture, is it?

This small gifts remind me to always think creative!



Book mark with 'Possum' on it



Timber post card

Safety is an important issue. Look! I have a letter from the company that confirms information about the products and make sure that they are safe!




Last week, on International Educator Institute (IEI) of World Forestry Center (website IEI_WFC) and I met a lot of new friends from around the world. An Australian lady, Liz Langford gave me this souvenirs and I like them so much. She's an interesting woman, we talked a lot about everything. The different point of views are always interesting!

Love the Possum story, 11-12 (eleven-twelve, it's used in Indonesia to state 'almost the same') with Spotted Owl story in Oregon.

About Possum: Wikipedia, controversy
About Spotted Owl: Wikipedia, controversy
Ketika seolah berkata ingin terbang
Aku ingin sesuatu yang tak kumiliki
Aku mendamba apa yang bukan hakku
Tapi benarkah? 


Tentu saja ingin selalu pada yang tak ada?
Untuk apa ingin pada apa yang dipunya?
Itu bukan ingin
Itu syukur

Dan syukur menjauhkanku dari ingin
Dan syukur tidak akan membawaku kemana

Ingin itu adalah hidup
meski ingin adalah derita
hidup itu derita
tapi hidup juga tertawa

tetap ingin
tetap memuja
tetap hidup
dalam derita

Atau syukur?
di sini saja
apa yang ada
Biarkan

Salah konsep!





Title : Hard Nut! , ハードナッツ!
           Sugaku Girl no Koisuru Jikenbo 
Genre: Crime, comedy 
Episodes: 8 
Broadcast: Autumn 2013

Cast:
Ai Hashimoto as Kurumi Nanba
Kora Kengo as Tatsuhiko Tomoda

Review


Dorama ini berkisah tentang seorang gadis jenius matematika yang ikut nimbrung di dunia detektif kepolisian. Dunia ini penuh dengan angka, rumus-rumus dan logika matematika yang jika seseorang mampu memahaminya maka dia bisa memecahkan masalah, apapun itu. Cobalah memahami dunia yang dijalankan dengan aturan-aturan matematika! Itu pesan yang kutangkap.


Tatsuhiko Tomoda, seorang detektif kepolisian yang masih baru mencoba memecahkan kasus pertamanya yaitu pengeboman berantai yang dilakukan oleh orang misterius. Seseorang narapidana yang juga jenius matematika mengaku sebagai otak pelaku pem-boman yang mengancam akan meneruskan aksinya melalui jeruji penjara. Dalam kasus rumit ini polisi kewalahan dan memutuskan untuk meminta bantuan ahli matematika. Dari sinilah Tomoda bertemu dengan Kurumi Nanba, seorang mahasiswa jenius matematika di Universitas terkenal di Jepang. 

Nanba berhasil memecahkan kasus itu dengan matematika. Kemudian ia pun tertarik untuk tetap membantu Tomoda meskipun tidak diminta. Selain karena ketertarikannya untuk memecahkan kasus, Nanba juga mulai menyukai Tomoda. Kasus-demi kasuspun mereka pecahkan bersama meskipun tak jarang nyawa menjadi taruhannya. 

Masa lalu Nanba dan Tomoda pun juga tidak sederhana. Masing-masing menyimpan rahasia kelam yang pada akhirnya harus terbuka. Bagaimana kisah gadis jenius matematika dan detektif muda menyelesaikan kasus-kasus rumit? Hard Nut jawabannya. 

Nanba Minami, si jenius (img source: here)

Menguliti Dorama

 Ketika pertama kali membaca tentang informasi dorama ini, aku langsung tertarik. ‘Jenius matematika’, itu menjadi daya utamanya. Bagaimana menggunakan teori-teori yang dianggap banyak orang susah untuk menyelesaikan suatu masalah. Bukankah matematika itu adalah masalah juga ya? Masalah besar malahan? Apa rahasia di balik angka, persamaan, simbol-simbol dan rumus-rumus? Dan aku rasa dorama ini sedikit banyak telah mencoba mengajakku untuk lebih memahami matematika untuk lebih memahami dunia.

Lalu? Apakah aku mendapat apa yang kuharap dari dorama ini?
Ya, aku bisa merasakannya meskipun tidak sempurna. 

Rumus-rumus yang dijelaskan oleh Nanba si gadis jenius tak ada satupun yang kupahami. Tapi, alur cerita di dorama ini mudah diikuti. Kasus-demi kasus yang dihadapi Nanba dan Tomoda bukanlah kasus biasa, tapi kasus yang keren. Hehehe, kejahatan kok keren ya? Iyalah, dibandingkan korupsi sapi yang malu-maluin negara! –Upss, di luar konteks--. Yang jelas alur dorama ini bagus dan tidak rumit. Meskipun sayangnya dorama ini seperti menggantung, tidak tuntas. Delapan episode rasanya tidak cukup membuka semua misteri yang disajikan. Aku berasumsi, akan ada ‘Hard Nut 2’. Semoga.

Ide cerita dorama ini sebenarnya sederhana: dorama detektif dipadukan dengan sains. Dorama bergenre detektif kan memang banyak menjamur di Jepang dan dorama ini mencoba memasukkan unsur baru yaitu sains. Meskipun tidak baru-baru amat sih. Aku merasa familiar dengan kisah-kisah seperti ini, misalnya di manga QED yang bercerita tentang jenius yang menjadi detektif. Ah hampir lupa, ada juga kisah legendaris Sherlock Holmes.

Bagaimana para pemainnya? Ai Hashimoto yang memerankan Nanba kurasa cukup berhasil dengan perannya meskipun tak bisa kukatakan benar-benar bagus. Aku kurang suka dengan cara bicaranya yang kadang sering terdengar dibuat-buat dan tidak natural. Sedangkan Tomoda yang diperankan Kengo Kora juga terasa biasa saja meskipun tak bisa kukatakan jelek juga. Intinya adalah para pemain di sini pas-pasan. Biasa.

Img source: here


Satu hal lagi yang menarik perhatianku adalah cerita tentang latar belakang para tokoh utama. Nanba yang terlihat selalu ceria ternyata menyimpan masa lalu kelam yang dia sembunyikan. Kedua orang tuanya meninggal karena kejahatan masa lalu seseorang. Nanba mempelajari matematika bertujuan untuk membalaskan dendamnya. Sedangkan Tomoda ternyata punya kaitan erat dengan kelompok berbahaya (Yakuza?). Dia memasuki kepolisian dengan menutupi jati dirinya. Kompleksitas itu mempengaruhi kedua tokoh dalam memutuskan tindakannya. Sayangnya, dalam dorama ini, banyak hal terkait yang belum terpecahkan. Aku masih percaya bahwa akan ada Hard Nut 2. 

Ah, aku tidak ingat lagu temanya. ‘Answer’ dibawakan oleh TVXQ (Ini kan boyband Korea ya!). Lagunya bagus kok, hanya saja tidak nempel di telingaku. 

Secara keseluruhan, dorama ini lumayan ditonton. Bagi yang demen Matematika kurasa akan sangat menarik menyimak kisah Nanba dan Tomoda. 

Goodpart: Matematika dan Daily Life, good plot, good story
Badpart: mediocre cast, unfinished ending, 

 7/10


(Antologi Puisi Bogor 2014 - Kumpulan 120 karya penyair Bogor, KPSL-Komunitas Pasar Sastra Leuwiliang)



Nonet jadi penyair? Halah,... ngimpi!!!!

Lho, lha emang iya tho! Itu memang mimpi lamaku. Nggak salah itu.

Memang tidak ada salahnya, tapi kok rasa-rasane nggak cocok ngono ki...

(Aku sedang mencoba berbicara dengan diri sendiri. Kalau dipikir-pikir aneh juga. Aku lebih seneng menyebut diriku sendiri ini dengan nama 'Nonet' yang jelas-jelas bukan nama yang kusandang sejak lahir. 'Nonet' lebih gampang diinget dan sepertinya cocok dengan aku yang rada-rada nggak nyambungan. Tapi tetap saja 'Sudiyah Istichomah' tetap menjadi identitasku, hanya 'nonet' itu panggilanku. Oalah, malah mbahas nama. kemana-mana.

Di acara peluncuran buku antologi puisi (Maret '14)


Bulan Januari akhir aku berjalan melewati koridor Fakultas Pertanian kampus tercinta IPB yang semakin lama semakin membuatku bosan (wajar udah lebih sewindu ngendon di sini). Tak sengaja melihat pengumuman sebuah sayembara yang diperutukkan bagi para penyair. Akan dibuatlah ceritanya, sebuah kitab yang berisikan karya-karya penyair dari Bogor. Terpanggilah mimpi lama untuk eksis di dunia penuh kata-kata indah pujangga.

Oh Tuhan, syair! Puisi! Betapa aku ini sangat rindu tak berbatas pada dunia penuh imaji. Sudah bertahun-tahun mulai tumpul jiwa terkubur debu bingung simpang seribu jalan. Bersyukur sangat ketika pamlet dari KPSL itu memanggilku kembali. Ah, siapakah aku ini? Oalahh,... nduk!

Dalam sore remang dan rintik hujan kabut di luar jendela kamarku, aku menuliskan imajinasiku. Kubayangkan kota Bogor yang telah menjadi bagian rumahku. Percikan hujan di depan mata, terhalang oleh kaca, membawaku dalam menit-menit berharga. Rasanya berjumpa dengan diriku di dimensi lain. Ngayal!Dan larik-larik kata pun tercipta. Keindahan yang mungkin kurasakan sendiri. Bukankah ini seperti bercinta dengan diri sendiri? Bukankah kerja seniman begitu kan? Hanya bertanya.

Satu karya biasa (mungkin) telah kutuliskan dalam sejarah hidupku yang lama dalam tempurung. Syair berjudul 'kuikuti orang-orang berikat kepala itu' telah mengantarku menjadi satu dari sekian banyak yang ada di kitab sayembara! Satu dari sekian,.. ah apa istimewanya?

Pertama! sesuatu yang pertama selalu punya status lebih dari lainnya. Seperti cinta pertama, ciuman pertama, semua biasa saja, kecuali status pertamanya. Dan puisi itulah yang pertama coba kubagikan. Pertama kali aku ingin mengajak yang lain bercinta juga dalam rangkaian kata. Enakan mana? Sendiri atau banyakan? )



Sudiyah Istichomah




----


10 menit untuk menyegarkan kembali otakku yang rasanya malas atau buntu? Atau apapun itu yang aku bingung mendeskripisikannya. Aku ingin berbuat banyak hal, menulis banyak hal tapi apa yang ingin kutuliskan terasa di awang-awang. Coba dulu aku cek lagi ya, apa-apa saja yang perlu aku lakukan, selesaikan dalam waktu sempit yang selalu terasa longgar.

Tampo Bada? Ah, daerah indah itu. Tidak seperti dulu, setahun lalu ketika langit biru menaungiku dalam damai dan mengalirkan seribu puisi tentang pesonanya. Aku seakan tidak bisa lagi begitu. Kenapa? Bukankah di Portland langit masih biru? Bukankah bukit-bukit di kota indah ini masih hijau? Aduhh, apakah ini sebenarnya? Baru kemarin aku merasa menemukan aku yang aku suka, eh ini kembali lagi pada aku yang sepertinya familiar? Alahh,… ada-ada saja.
Langit Portland suatu siang (July 2 '14)

Ingat-ingat satu hal yang menyenangkan. Apakah itu? Bahwa aku, kehadiranku, keberadaanku bukanlah hanya milikku? Lhoh, aku belum merdeka ya? Tapi memang sebenarnya aku tidak pernah merdeka? Aku ini milik siapa katanya? BIngung kan? Yang aku tahu aku harus menulis. Menulis dan terus menulis. Apapun itu. Meski apapun itu terasa bagai batasan yang sangat mencekikku. Aku jadi pingin lari, mencoba merasakan ‘kemerdekaan’ yang sejatinya tak pernah ada. 

‘Kontrak kehidupan’ telah ditandatangani oleh setiap ‘yang hidup’ di dunia ini. Ah, sayangnya aku lupa kontrak itu. Mungkin aku menandatanganinya ketika aku mabuk, masih di alam tidak sadar sebelum di rahim ibuku tercinta. 

Aku masih punya 3 menit untuk meluruskan, memanaskan, dan membuat jari-jari kakuku dan  otak bekuku untuk sekadar berlatih. Karena sehabis ini selesai, 10 menit ini berlalu, banyak lagi yang harus diperjuangkan melalui senjataku yang paling ampuh ini. ‘Jari, otak dan mata’. Bukannya paling ampuh sih, tapi memang itu yang kupunya. Seberapa tajam? Entahlah. Mungkin ada yang bisa memberikan jawabannya, tapi bukan aku.

2 menit terakhir. Oke, mulai fokus. Jadi apa yang akan kutulis hari ini? Tampo Bada- oke. Lalu tentang kebiasaan buang sampah di sini-oke. Lalu apa lagi ya? Oh iya, watershed council-oke. Sip lah. Kurasa cukup 3 tulisan untuk melengkapi lelahnya hari ini.

-----
(NB: Menulis kalap memang paling manjur untuk ngobati buntu! Hehehehe)