Di suatu pagi yang cerah, aku teringat pada suatu ketika, pada suatu saat aku tak pernah berpikir tentang apa makna tersembunyi di balik aksi manusia. Pikiranku hanya satu, bahwa semua manusia itu indah, bahwa semua manusia adalah kebaikan. 

Pagi ini, aku teringatkan. Aku teringatkan pada satu masa ketika hatiku damai dan tenteram. Sekalipun tak pernah kusimpan prasangka karena aku yakin keindahan kehidupan. Aku yang merasa bahagia, meski hanya oleh sorotan mentari pagi hangat yang menyapa. Aku yang tersenyum lebar, seakan mengerti bahasa alam ketika sang angin menerpa. "Ya, aku mengerti.", bisikku saat itu. 

Hingga kini, pagi ini, aku pun mulai ingin berani bertanya, "Aku yang dulu masihkah sama?". Sejenak kuingat satu masa sebelum pagi ini, ketika aku pun mulai ragu dengan diriku sendiri, aku mulai mempertanyakan secara tajam tentang aku yang masihkah aku? Dan, aku tak berani menjawab. Prasangka buruk membuatku sementara lupa, niat yang terbelokkan membuatku buta. Aku tidak suka ini, aku tidak ingin ini. 

Pagi ini, bersama sinar hangat mentari pagi yang mengetuk hari setelah sekian lama muram dan menangis, aku juga ingin mencoba memanggil diriku dulu. Aku yang lebih bisa tersenyum lebar, dengan dada penuh udara kebebasan, dengan kepercayaan bahwa keindahan itu adalah mutlak di semua kehidupan. Karena aku ingin percaya, bahwa di atas semua apapun itu, cintaku adalah untuk Sang hidup dan kehidupan, dan untuk Sang Dzat yang memberikannya. 

Semoga lain kali, aku akan selalu mengingat pagi ini. Meski tanpa secangkir kopi, meski tanpa sebatang rokok, aku bisa merasakan betapa indahnya hari ini. 



Dramaga, 22 Februari 2017