(Baru saja merapihkan file-file di laptop dan nemu catatan harian penelitianku untuk skripsi dulu. Penelitian yang berjudul "Perubahan Pola Interaksi Masyarakat dengan Hutan ". Tahun 2011 tepatnya aku melakukannya, tak terasa udah 3 tahun lalu. Daripada ngendon di laptopku mending aku unggah saja di sini. hehehe. Akan aku bagi-bagi beberapa part berdasar hari )
Persawahan di Sukagalih, Cipeuteuy |
Hari 2
Minggu, 15 Mei 2011
Hari ini minggu, dimulai dari setengah tujuh pagi. bangun pagi dengan sapaan mentari yang langsung menyilaukan jendela timur dari kamar tempat aku menginap di rumah berlantai dua milik orang tua A Kosar.
Hari ini rencana untuk jalan-jalan. Dalam bahasa penelitian aku pakai istilah observasi. Obyek observasi adalah pola pemukiman warga, pola pertanian di dalam dan luar kawasan hutan, serta sosek nya.
Hari ini tidak banyak yang bisa kutulis. Buntu rasanya. Perlu mungkin sesekali seperti ini :-(
Aku pun pulang ke Bogor dulu untuk kemudian balik lagi 2 minggu lagi :-)
Aku pun pulang ke Bogor dulu untuk kemudian balik lagi 2 minggu lagi :-)
________________REAL FIELD WORK_______________________
HARI 3
Senin, 30 Mei 2011
Hari ini adalah hari pertama aku memulai mengumpulkan data di lapangan. Dalam rencana dua minggu ini, aku akan mengoptimalkan waktu dan tenaga serta pikiran untuk tugas ini. J
Berangkat dari bogor jam setengah delapan pagi dan sampai di lokasi pukul sebelas kurang sepuluh menit. setelah berbincang-bincang sebentar, dilanjutkan agenda pertama yaitu mengurusi surat perijinan kepada pemerintah desa. Dari alur surat yang dianjurkan oleh kampus, seharusnya harus mengurus perijinan terlebih dahulu ke linmas kabupaten untuk selanjutnya tembusan ke kepala desa. Surat untuk kepala desa pun sebenarnya ditujukan kepada linmas kabupaten. Namun dengan pertimbangan jauhnya jarak kantor pemda yaitu di Pelabuhan Ratu, maka aku mencoba untuk langsung tembak ke desa. Dan hasilnya pun memuaskan, ijin langsung didapatkan dan agenda selanjutnya langsung dapat secara resmi dilakukan.
· Data monografi desa sudah sebagian didapatkan. Saat ini di kantor kelurahan sudah dapat meminta data dalam bentuk print out, sehingga tidak perlu lagi mencatat atau poto kopi. Data ini sebagai bahan untuk kondisi umum. Design penelitian untuk penarikan contoh berdasarkan jumlah KK dengan tipe kepemilikan lahan tidak bisa dilakukan karena kebanyakan petani yang menggarap lahan perkebunan tidak terdaftar, sehingga cara ini ditinggalkan. Data kepemilikan lahan yang terdapat di kelurahan hanya lah lahan masyarakat yang memiliki sertifikat/akta jual beli/girik/SPPT.
· Wawancara dilakukan pada sore hari dengan pertimbangan bahwa jika waktu pagi-siang banyak masyarakat yang bekerja di lahan pertanian. Jam 4 sore kami (aku, Izah, Andi, Mbak Itok) berjalan menuju calon responden pertama yaitu Pak Basri yang rumahnya sekitar 30 meter-an dari rumah A Kosar. Pak Basri adalah ustaz di lingkungannya dan lebih dikenal dengan Ustaz Basri. Kebetulan sekali rumah Pak Basri juga bersebelahan dengan musholla yang menurutku tidak terlihat seperti musholla karena kondisinya yang cukup tua dengan tembok yang mulai lapuk. Hari ini Pak Basri tidak ada di rumah dan sedang di rumah anaknya di Tangerang. Dan wawancara dilakukan dengan istrinya yaitu Ibu Rohanah.
· Ibu Rohanah adalah orang yang ramah dan suka bercerita. Senang sekali mengobrol dengan dia, namun karena kendala bahasa, perjalanan wawancara menjadi kurang lancar. Pak Basri dulu adalah seorang Polisi khusus atau polisi hutan yang bekerja di Perhutani. Bapak bekerja di Perhutani membantu perhutani dalam penjualan kayu2 jika ada tebangan. Saat ini bapak basri bekerja sebagai petani dengan lahan milik dan eks HGU dengan luas yang cukup besar sampai ada lahan yang terlantar di daerah yang cukup jauh.
Interaksi yang dilakukan dulu adalah pengambilan kayu (pembelian kayu) di hutan perhutani sewaktu ada tebangan kira-kira 30 tahun yang lalu. Sekitar tahun 1980-an. Bapak tidak bertani di hutan maupun memanfaatkan hasil hutan lain.
Informasi dari Ibu Roh, dahulu pada awal pemakaian lahan eks HGU oleh masyarakat sekitar tahun 96-97 terdapat beberapa oknum di masyarakat yang meminta pungutan dari pemakaian lahan tersebut. Namun hal itu hanya sebentar terjadi karena masyarakat mengetahui bahwa pungutan itu tidak resmi dan hanya untuk kepentingan pribadi oknum tersebut. Saat ini lahan tersebut bebas pajak, bahkan sudah mulai diperjual belikan.
· Pada malam hari kami mengikuti pelatihan koprasi yang dilakukan oleh Telapak terhadap 5 dusun di desa ini. Sepertinya masyarakat tertarik untuk membentuk koprasi. Di acara ini, sempat bertemu Pak Otoy yang 2 minggu lalu sempat memberikan banyak informasi tentang tumpang sari jaman dulu sebelum dia tinggalkan.
· Bertemu dengan Pak Nana yang adalah sama seperti Pak Otoy, dahulunya adalah petani penggarap lahan perhutani yang sekarang beralih bertani di lahan eks HGU. Rencananya besok sore atau malam, aku akan mewawancarainya. Semoga bisa bertemu.