Ketika ada yang bilang padaku:

"Gak ada yang 'wah' dari hasil yang kamu buat"

img source: here




WAHHH!!! ??

Apa itu 'wah'? macam mana itu 'wah'?





Pas ketika aku dilanda buntu kemalasan berpikir, ada yang bilang begitu. Jika bilang tidak kesal, yakin itu pasti dusta. Bukan kesal karena komentar itu nylekit,  tapi lebih karena komentar itu BENAR adanya. 


Aku saja tidak berani mengkritisi diriku sendiri seperti itu. Aku tahu! Ada yang salah dengan apa yang kukerjakan ini. Namun, aku masih merasa di atas angin karena tidak pernah ada yang komplen  ke aku. Aku rasa, aku baik-baik saja. 

Sampai ketika sekarang ini: "Gak ada yang WAHH?"

Siapapun kamu, yang telah memberikanku "Wahh" padaku hari ini, aku ucapkan banyak banget terima kasih. Meski masih sedikit ngantuk dari tidur malasku namun aku sedikit (aku bilang sedikit karena karena memang sedikit) sudah mencoba melek. 

Untuk mencari 'wahh' itu, mewujudkan ekspekstasi yang terlanjur tinggi atas diriku. Bukan oleh orang lain, tapi olehku sendiri.  

----------------

sumber: sini

Sumpah Pemuda – Sumpah yang Kita Langgar?

Sumpah adalah tingkatan tertinggi dari komitmen, janji. Tidak seringan kata-kata gaul “Sumpeh lu?”, “Suerr”, dll. Masih teringat sumpah-sumpah fenomenal yang terekam dalam sejarah? sebut saja Sumpah Palapa milik Mahapatih Gajahmada. Atau salah satu sumpah yang masih kadang digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia untuk membuktikan kebenaran: Sumpah Pocong. (Saya ingat ketua DPR Marzuki Ali, di suatu berita pernah ketika itu mengatakan bahwa calon ketua KPK harus di sumpah pocong dulu. Sumpah ini sungguh sakti benar). Jika janji diingkari, mungkin itu agak biasa. Namun melanggar sumpah, sungguh sepertinya sangat tak terkira akibatnya.


Salah satu peristiwa sejarah pra kemerdekaan di negara  tercinta Indonesia yang selalu membuat saya terkesan juga berkaitan dengan sumpah. Tanggal 28 Oktober, seperti hari ini juga, 84 tahun yang lalu, sekelompok orang yang mewakili pemuda di nusantara mengikrarkan sumpah yang sangat fenomenal: SUMPAH PEMUDA.

 Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaun Betawi, dll, bertemu dan menyatakan suatu sumpah persatuan.

“Bagaimana bisa?”
“Bagaimana caranya?”

Hal ini selalu menjadi pertanyaan dalam kekaguman saya. Bayangkan saja! Ketika itu, negara ini bahkan belum lahir, wilayah nusantara masih merupakan daerah-daerah yang terpisah-pisah dengan satuan pemerintahan yang berbeda juga, berbagai kerajaan feodal masih yang memegang kekuasaan di masing-masing wilayah. Dan ketika tanggal bersejarah itulah, para pemuda berkumpul dan menyatakan kalau mereka itu “satu”. SATU. Sungguh terlalu. Terlalu dahsyat. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Ajaib kan!

Sejak era kebangkitan nasional pada awal 1920-an, nusantara memang sedikit demi sedikit mengalami perubahan dalam grafik perjuangan nasional di masa penjajahan Belanda yang katanya selama 350 tahun. Bentuk perjuangan telah beralih dari perjuangan fisik menjadi perjuangan melalui jalur intelektual. Organisai-organisasi banyak berdiri dan kegiatan semakin teratur. Jika ada grafik itu, maka mungkin saja era kebangkitan nasional adalah saatnya persamaan grafik berubah, mungkin dari persamaan linier menjadi persamaan kuadrat? Ini jelas saya hanya mengira-ngira saja.

Menurut saya, titik tertinggi pencapaian pemuda dalam sejarah Indonesia adalah di sini. Bersama-sama meninggalkan ego kedaerahan, kesukuan, dan berbagai perbedaan untuk meleburkan diri menjadi sesuatu yang lebih besar, lebih kuat: Persatuan. Semua tahu bahwa persatuan adalah syarat mutlak untuk pencapaian segala sesuatu yang besar, namun semua juga tahu bahwa persatuan itu adalah sesuatu yang sulit dilakukan tanpa pengorbanan. Dan pada tahun 1928, para pemuda nusantara berhasil melakukannya.

Sungguh, dari sinilah akhirnya, saya yakin sepenuhnya bahwa kemerdekaan Indonesia yang kala itu masih mimpi mulai dirajut menjadi kenyataan. Pemuda-pemudah hebat itulah yang mulai menjalin keajaiban menjadi realitas. Saya katakan ajaib karena saya rasa momen-momen milik pemuda seperti itu, belum pernah terjadi lagi di Indonesia tercinta ini. (Semoga ada yang tidak setuju.)

Melihat situasi pemuda sendiri saat ini, saya merasa semakin terpojok dan bahkan malu pada para pemuda pendahulu kita itu. Ketika pemuda di tahun 1928 bersumpah untuk bersatu tapi saat ini, kita malah meributkan isu-isu SARA yang seakan tak berujung: Siapa yang tidak tahu betapa ramainya cek-cok hanya karena sebuah artikel di internet yang membahas tentang suatu agama, atau suku, politik atau apapun itu? Saling menghina dan mencerca seakan sudah biasa. Atau di saat tahun-tahun terakhir di TV selalu dihiasi berita aib para pemuda, macam-macam dan tak perlu saya sebutkan satu-satu, pasti juga tahu. Sungguh! malu yang sangat keterlaluan.  

Mungkin perasaan malu ini, perasaan sakit ini adalah perasaan bagi mereka yang mengkhianati sumpah. Seperti saya tuliskan sebelumnya, bahwa melanggar sumpah itu adalah sesuatu yang gawat, darurat. Dan saya merasakan itu. Sungguh. Kita telah melanggar sumpah. (Terutama teman-teman yang “maaf” 4L4Y, kalian sudah sangat jelas mengingkari sumpah pemuda poin ke-3, tolong gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.)

Saya sebagai bagian dari pemuda Indonesia saat ini, masih belum tahu apa yang dapat kami; saya dan juga teman-teman saya sesama pemuda nusantara; lakukan untuk dapat memperbaharui sumpah itu lagi. Membuat momen ajaib itu lagi? Bersatu lagi? Apakah anda, saya dan kita semua pemuda Indonesia bisa?  

Dengan sepenuh hati dan jiwa, saya hanya bisa mengajak. Mari kita sejenak merenung tentang arti kita, arti pemuda bagi negara tercinta ini. Sekali lagi coba bayangkan, ketika pemuda di masa lalu berkumpul, meninggalkan semua ego dan berikrar sumpah untuk bersatu dalam perjuangan. Tanggalkan ego, lupakan SARA, dan melebur dalam satu Indonesia. Jika mereka bisa, kita pun pasti bisa.

Mari sekali lagi wahai Pemuda Indonesia, kita ber-sumpah:

“Pertama
  Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
  Kedua
  Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
  Ketiga
  Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”

Teks asli sumpah pemuda
sumber: sini



img source: here
"I need to find my self first, before I found someone" 

Tiba-tiba satu kalimat itu muncul di otakku tepat ketika aku membuka mata di pagi yang sudah menjelang siang. Mimpi apa aku semalam? aku juga lupa. Hanya saja perasaan lega ini masih terasa ketika aku bangun. 

Menjadi sesuatu hal yang agak menggelisahkan memang waktu-waktu ini. Di saat satu persatu teman sudah memulai yang katanya "hidup baru", dan aku masih berada di 'hidup lama' yang semakin lama justru tidak pernah membuatku bosan. Jika dibilang rakus, iya aku memang rakus. Banyak hal yang sangat ingin kucoba satu-persatu, dan bahkan jika bisa sekaligus dalam waktu yang menurut beberapa orang semakin terbatas untukku.
Benarkah demikian ya? Jika iya, berarti selama ini aku sangat boros waktu. Jika sudah sedemikian terbatas, maka kemana saja aku selama ini ya? 

Dan tiba-tiba keinginan untuk menemukan 'separuh hatiku' muncul. Entah yang separuh itu sebenarnya benar-benar bagian dariku atau hanya 'sesuatu' saja. Karena aku sering yakin bahwa aku ini adalah 'paket komplit' tanpa apapun, tanpa siapapun. Ya tapi jujur, rasa rindu akan sesuatu yang lain itu sering juga muncul. Jika kupikir, aneh. Kenapa seseorang harus bersama seseorang yang lain untuk merasa dirinya lengkap? Benar-benar masih aneh bagiku. 

Mungkin semua argumenku bisa saja adalah ungkapan iri-ku atas kebahagiaan teman-temanku yang telah menemukan seseorang dan telah berhasil menjalin komitmen tingkat dewa dalam janji pernikahan. Sedangkan aku? Aku masih berjuang di sini memerangi atau malah berteman dengan ambisi, ego, mimpi, cita-cita, dan banyak hal lain yang jika kudaftar seakan waktu yang kumilki sampai seratus tahun lagi-pun takkan bisa memenuhinya. Dan kadang aku merasa bahwa menemukan seseorang dan menjalin komitmen dengannya bisa mengancam keberadaan 'aku' saat ini. Akankah 'aku' akan hilang? Sumpah aku takut jika demikian. 

Namun aku memiliki seorang inspirator, seorang temanku yang sangat aku banggakan, yang sangat tahu tentang apa yang diinginkannya, bagaimana caranya, dan yang paling penting adalah 'dia melakukannya'. Sering aku menangis "Oh Tuhan, betapa aku juga ingin seperti dia". Aku ingin menemukan 'aku' yang paling orisinil. Dan sampai sekarangpun aku masih merasa sebagai seorang 'KW'. Terlalu banyak kekhawatiran, terlalu banyak ketakutan, dan terlalu banyak pertimbangan. 

Bukan karena semua itu jelek, hanya saja semakin aku menunda menuju orisinalitasku rasanya semakin aku menjauh dari jiwa lain yang segera ingin kutemukan. Ya, karena sebelum aku bisa berkomitmen dengan orang lain, tentu aku harus punya komitmen dengan diriku sendiri. Dan sebelum aku menemukan orang lain, aku harus menemukan diriku sendiri dulu. Semakin dekat aku dengan 'aku' maka semakin dekat juga 'dia'.

Untuk seseorang yang sebenarnya kurasa sudah kutemukan, sepertinya aku harus lebih bersabar.... karena aku percaya...
Cover inilah yang membuat saya langsung jatuh hati 

Judul   : Acek Botak
Penulis : Idris Pasaribu
Bahasa : Indonesia
Tebal   : 350 halaman
Penerbit : Kaki Langit, 2009
Skor    : ***

Sinopsis:

Kisah dimulai ketika  keluarga Bun Nyan harus melarikan diri dari  peperangan yang terjadi di tanah kelahiran di Cina menuju ‘tanah harapan’ hingga mereka tiba di Sumatra Utara, dan akhirnya menetap di daerah Deli. Tidak seperti para pelarian lain yang setiba di tempat baru langsung mendaftar menjadi buruh atau pekerja di perkebunan setempat, Bun Nyan memilih untuk membeli sebidang tanah dan berusaha untuk menghidupi keluarganya dari tanah tersebut. Anak tertua Bun Nyan bernama Tan Sui Tak atau lebih sering dipanggil Atak adalah anak yang rajin bekerja keras dan disiplin.
Dia membantu ekonomi keluarganya dengan berjualan keliling di kompleks pekerja perkebunan dan di sekitarnya. Atak lebih dikenal sebagai Acek Botak karena memang dia gundul.

Atak terlibat cinta segitiga dengan teman semasa kecilnya yaitu A Lin yang akhirnya menikah dengan A hong. Atak sendiri akhirnya menikah dengan perempuan keturunan Jawa bernama Sutinah. Atak membina kehidupan keluarganya dengan mandiri, dia mengusahakan bermacam usaha dari bertani, beternak itik dan juga berjualan dengan cekatan. Hasil yang dia peroleh pun dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Kehidupan keluarga Atak dan juga masyarakat Tiong hoa lain berjalan baik-baik saja sampai kemudian peperangan besar mengancam di daerah itu. 

Atak dan beberapa pemuda Tiong Hoa lain ikut membantu dan ikut serta dalam peperangan itu bersama dengan para pejuang bumi putera hingga akhirnya kemerdekaan Indonesia dapat dicapai pada tahun 1945. Meskipun telah membantu berjuang, namun ternyata Atak dan juga masyarakat Tiong Hoa lainnya tidak dianggap sebagai orang Indonesia, mereka masih dianggap sebagai orang asing atau pendatang. Hingga pada suatu waktu pemerintah Indonesia akhirnya memberikan status warga negara bagi warga Tiong Hoa, meskipun mereka harus bersabar menunggu.

Pendapat saya:
Pertama kali melihat cover novel ini saya langsung tertarik. Sungguh tampilan cover yang sangat memikat mata, gambar seorang botak dengan tampilan orang Tiong Hoa sedang memikul keranjang,  membuat saya penasaran apa isi ceritanya.

Saya membaca kisah ini selama beberapa hari dan mendapatkan sesuatu nilai yang mungkin tidak akan saya dapat jika saja saya menyerah untuk menyelesaikan membaca kisah ini. Kenapa? Jujur saja membaca novel ini membutuhkan perjuangan. Alur cerita mengalir lambat dan relatif datar membuat bosan untuk melanjutkannya. Tapi, perjuangan itu tidak akan sia-sia. Cerita dari penulis ini memang sederhana namun penuh dengan makna.

Dalam novel ini kita akan dapat mengetahui bahkan belajar bagaimana uletnya masyarakat Tiong Hoa dalam membangun perekonomiannya, dari usaha kecil hingga berkembang sedikit demi sedikit. Kita akan juga di ajak untuk berkeliling daerah Deli pada masa sebelum kemerdekaan, melihat juga bagaimana kehidupan di sana. Selain itu juga kita melihat melalui sudut pandang Atak, bagaimana warga Tiong Hoa yang tinggal di nusantara menganggap dirinya sebagai bagian dari negeri ini dan bagaimana kekecewaan yang dirasakan ketika ternyata sulit sekali untuk diterima menjadi bagian dari masyarakat di tanah harapan ini, Indonesia.

Maka, saya sungguh beruntung telah membaca buku ini. Dan saya katakan bahwa  “Semua ini berawal dari Cover”.

Cover Album
Song Title : Yang Terlupakan
Composer : Iwan Fals
Singer      : Iwan Fals
Album      : Sarjana Muda
Year         : 1981


The Forgotten

The clink of the piano, when the fingers dancing
the tone spread slowly in the silence of the night
when the raindrop comes
with a shadow that ever be forgotten

My little heart whispered that I should back to her
a thousand words teasing

a thousand regrets in front of my eyes
seem like they're reincarnating
to the time I laughed when I gave you a sin

Oh, forgive me, forgive me

Regrets in the bottom of the heart
silent and won't go away
Should I run away from this reality
I've tried to hide
But your smile always follow me

----

Yang terlupakan



denting piano, kala -jemari menari
nada merambat pelan di kesunyian malam
saat datang rintik hujan
bersama sebuah bayang yang pernah terlupakan



hati kecil berbisik untuk kembali padanya
seribu kata menggoda
seribu sesal di depan mata
seperti menjelma
saat aku tertawa kala memberimu dosa


ooo...maafkanlah ooo...maafkanlah


rasa sesal di dasar hati
diam tak mau pergi
haruskah aku lari dari kenyataan ini
pernah kumencoba tuk sembunyi
namun senyummu tetap mengikuti




(This song is one of my favorite songs. since its released over 30 years ago in 1981, this song still has a large number of fans and this song became very popular in Indonesia. Eternal song. Iwan Fals is an alive legend in Indonesia)



(Song story is all about the image that I see when ever I heard a song. so this is just my story based on the feeling that I got from a song)

Ini adalah tentang bagaimana waktu yang kita miliki bersama seseorang yang sangat kita cintai itu sangat berharga. Ketika momen-momen bersamanya adalah sangat berarti dan tidak akan pernah terulang lagi. Di saat kita tidak tahu sampai kapan momen yang indah ini akan berakhir rasanya tidak ingin semua berlalu.
-----------
Aku melihatnya berada di sampingku, sedang tertidur nyenyak dan terlelap mungkin di dalam mimpinya yang entah apapun itu memberikan kesan damai di wajahnya. Dan dia tersenyum dalam tidurnya. Aku ingin terus terjaga. Aku ingin terus dapat menatapnya, selalu di sampingnya, dan tak kan pernah rela untuk melewatkan satupun tarikan nafasnya.
I could stay awake just to hear you breathing
Watch your smile while you are sleeping
While you far away and dreaming
Terpikir olehku, aku dapat selamanya menghabiskan sisa waktuku dalam kedamaian ini, dalam penyerahan ini, dalam perasaan ini, saat ini. Tahukah dia? Bahwa setiap waktu yang kulalui bersamanya adalah waktu yang akan selalu kujaga.
I could spend my life in this sweet surrender
I could stay lost in this moment forever
Well, every moment spent with you is a moment I treasure
Oh Tuhan, aku tidak akan pernah ingin menutup mataku. Karena aku takut terlelap dan akan melewatkan waktu yang sangat berharga ini. Takut pagi menjelang dan aku tidak tahu kapankah aku dapat melihatnya seperti aku melihatnya saat ini. Di saat ini, dimana waktu seakan berhenti berputar dan malam seperti tak berujung. Aku sangat merindukan dia yang saat ini terlelap di sampingku, aku akan memandanginya dan akan kubisikkan betapa aku sangat menyayanginya. Sepanjang malam, aku tak kan pernah melewatkan momen indah ini.
I don’t wanna close my eyes, I don’t wanna fall asleep
Cause I’d miss you babe, and I don’t wanna miss a thing
Cause even when I dream of you
The sweetest dream would never do
I’d still miss you babe, and I don’t wanna miss a thing
Berada dekat di sampingnya, saat ini, seperti mimpi. Kurasakan detak jantungnya, sungguh dekat dan sejenak pertanyaan muncul di hatiku. Mungkinkah dia sedang bermimpi? Dan mungkinkah aku yang hadir di dalam mimpi indahnya? Ku cium matanya yang sedang terpejam, berharap ini akan membawaku masuk dalam alam indahnya, berharap aku datang dalam mimpinya dan mengatakan betapa aku sangat mencintainya. Oh, Tuhan terimakasih untuk waktu ini. Aku ingin selamanya bersamanya di sini, saat ini.
Lying close to you, feeling your heart beating
And I’m wondering what you’re dreaming, wondering if it’s me you’re seeing
Then I kiss your eyes and thank God we’re together
And I just wanna stay with you in this moment forever

Saat ini, aku tidak ingin melewatkan satupun senyuman, satupun ciuman, apapun itu, tak ingin aku lewatkan. Aku hanya ingin selalu bersamanya, seperti ini, saat ini. Aku hanya ingin selalu dapat memeluknya, dapat merasakan betapa dekatnya dia denganku. Dan malam ini, aku akan terjaga dalam buaian damai senyum di lelapnya. Saat-saat ini, seperti ingin kumiliki selamanya.
I don’t wanna miss one smile, I don’t wanna miss one  kiss 
Well, I just wanna be with you right here with you just like this
I just wanna hold you close, feel your heart so close to mine
And I just stay here in this moment for all the rest of time
Selamat tidur sayang...


about the song:
Title: I don't wanna miss a thing
Performed by: Aerosmith
Composer: Diane Warren
Album: Armageddon, The Album, 1998

Judul          : A Thousand Splendid Suns
Penulis        : Khaled Hosseini
Bahasa        : Indonesia
Penterjemah : Berliani M Nugrahani
Tebal          : 510 halaman
Penerbit      : Qanita, 2010
Skor           : ****

Sinopsis:

Yang diketahui oleh Mariam kecil hanyalah kenyataan bahwa ia tinggal hanya berdua saja dengan ibunya di tempat terpencil dan bahwa ayahnya yang dia panggil Jalil hanya datang sekali seminggu pada hari Kamis dan memberikan berbagai kebahagiaan untuknya. Sampai suatu ketika dia mengetahui bahwa dia adalah harami-anak haram dari hubungan tanpa pernikahan ayah-ibunya dan kenyataan bahwa dia adalah suatu aib bagi Jalil, yang merupakan orang terpandang di Kota Herat.

Ketika berumur 13 tahun dan setelah ibunya meninggal karena bunuh diri, Mariam tinggal di rumah besar bersama Jalil dan keluarga resmi Jalil yang tidak terlalu menerima keberadaannya dan harus rela ketika akhirnya dia dipaksa menikah dengan seorang pria dari Kabul yang lebih tua darinya. Akhirnya dia pindah ke Kabul dan memulai kehidupan rumah tangganya yang kemudian dipenuhi dengan intimidasi dan perlakuan kasar dari sang suami karena kenyataan bahwa Mariam tidak bisa memberikan keturunan anak laki-laki. Dunianya akan selalu dipenuhi ketakutan dan kehampaan sampai kemudian Laila, gadis yang lebih muda darinya hampir 20 tahun menjadi istri kedua suaminya.

Laila adalah seorang gadis yang sejak kecil dikenal pintar dan memiliki keinginan yang kuat untuk belajar, didukung pula oleh ayahnya yang mencintai ilmu. Sejak kecil Laila sudah jatuh cinta dengan Tariq yang berumur 2 tahun lebih tua darinya, teman mainnya. Ketika berumur remaja mereka menjadi sepasang muda-mudi yang saling jatuh cinta di tengah kondisi masyarakat yang kacau balau karena peperangan. Takdir pahitpun harus mereka terima ketika Tariq terpaksa harus mengungsi sedangkan Laila harus tetap tinggal di Kabul bersama orang tuanya. Mereka-pun berpisah.


Menghadapi kenyataan bahwa orang tuanya meninggal karena terkena rudal yang salah sasaran, dan mendapat kabar kematian Tariq, dia menyadari bahwa sekarang dia hanya sebatang kara, maka ketika Rasheed, suami Mariam melamarnya maka dia langsung mengatakan persetujuannya. Bukan tanpa alasan Laila menyetujui poligami, namun kondisinya memang saat ini membutuhkan perlindungan dan tempat tinggal, dan di sinilah tempatnya. Lalu dimulailah kehidupan dua orang wanita Afganistan yang penuh dengan perjuangan keras melawan ketakutan, emosi, dan kenyataan pahit kehidupan yang harus dilalui dengan penuh harapan dan keyakinan akan suatu masa depan yang lebih baik.

Pendapat saya:

Berlatar Herat dan Kabul, dua kota di Afghanistan-negeri yang selama 30 tahun didera oleh peperangan tiada akhir. Kisah Mariam dan Laila menjadi gambaran perjuangan berat dan panjang perempuan Afghanistan untuk melawan semua kepahitan hidup yang harus dijalani dengan penuh kesabaran dan keyakinan.

Melalui Mariam kita akan melihat jiwa polos kanak-kanak yang hanya mengerti tentang cinta dan kasih sayang sebuah keluarga yang menjadi impiannya. Dan jungkir balik pemikirannya ketika dia mengetahui bahwa ternyata impiannya tidak akan pernah terwujud karena suatu alasan. Pemikiran Mariam yang sangat sederhana dan polos inilah yang membuatnya menjadi wanita tangguh dan sabar sampai kemudian dia meninggal.

Sedangkan dari Laila kita dapat melihat indahnya persahabatan dan cinta sepasang kanak-kanak yang terjalin hingga masa remaja. Bagaimana semangat Laila untuk selalu belajar  dan menjadi kebanggaan ayahnya. Dan bagaimana dia menghadapi kenyataan hidup yang keras.

Hubungan antara Mariam dan Laila dalam suatu rumah tangga dengan satu suami (poligami) menjadi kisah perseteruan pada awalnya dan berkembang menjadi persahabatan dan persaudaraan di akhirnya. Dengan bahasa yang sangat memukau, penulis telah berhasil menyihir pembaca, termasuk saya untuk tetap bertahan halaman demi halaman untuk mengikuti kehidupan dua wanita luar biasa ini. Latar belakang yang digambarkan penulis pun sangat terasa hingga saya bisa membayangkan seperti apa kota Herat dan Kabul meskipun tidak pernah mengunjunginya.

Seperti The Kite Runner-karya sebelumnya yang menjadi hits di seluruh dunia, maka buku ini juga menawarkan pesona yang tak kalah menariknya. Sebuah kisah yang wajib dibaca dan lihatlah sisi lain dunia.
Ketika jatuh cinta, memang otak kita seperti disihir untuk menjadi gila. Bagaimana tidak? Semua hal menjadi luar biasa. Luar biasa indah dan Luar biasa sakit.

Tidak pernah sebelumnya aku merasa menginginkan sesuatu sampai seperti ini. Menginginkan seseorang sampai segila ini.

Dan lagu ini membuatku menjadi semakin gila... I Really Want You


 I Really Want You  By: James Blunt

Many prophets preach on bended knee. Many clerics wasted wine.
Do the bloodied sheets on those cobbled streets mean, I have wasted time?

Are there silver shores on paradise? Can I come in from the cold?
I killed a man in a far away land, my enemy I'm told

I really want you to really want me, but I really don't know if you can do that.
I know you want to know what's right but I know it's so hard for you to do that.
And time's running out as often it does, and often dictates that you can't do that.
But fate can't break this feeling inside that's burning up through my veins

I really want you
I really want you
I really want you - now
No matter what I say or do, the message isn't getting through,
And you're listening to the sound of my breaking heart

I really want you.
I really want you.

Is a poor man rich in solitude, or will Mother Earth complain?
Did the beggar pray for a sunny day, but Lady Luck for rain?
They say a million people bow and scrape to an effigy of gold.
I saw life begin and the ship we're in and history unfold

I really want you to really want me but I really don't know if you can do that.
I know you want to know what's right but I know it's so hard for you to do that.
And time's running out as often it does and often dictates that you can't do that.
But fate can't break this feeling inside that's burning up through my veins.
I really want you.
I really want you.
I really want you - now.
No matter what I say or do, the message isn't getting through,
And you're listening to the sound of my breaking heart.

--------------------
James Blunt memang seorang musisi yang hebat. Lirik lagu ini sangat indah dan menyentuh sekali. Suara Blunt yang sendu juga semakin membuat lagu ini bermakna.