Satu hati untukmu, untukku.
Dalam hiruk pikuk pikiran yang melaju cepat menyisakan pandangan bakal kabut tebal yang menutup semua pandangan, tiba-tiba aku bertemu dengan sebuah hati. Dia yang kukenal sejak dulu, dia yang memberiku rasa tenang dan damai yang lama telah kurindukan. Sore ini dia menyapaku kembali, dalam lirih bisikan, dalam diam tatapan, dalam jernih sekelebat kesadaran, dia menyapaku.
Seorang kawan berkata bahwa dalam hidup ini kita bersiklus, kita berputar, yang berarti kita akan selalu berada di satu titik yang tak pernah sama sekali waktu. Kadang di atas, di pertengahan, di bawah, dimana saja selama masih dalam siklus itu.
Mentari sore ini membiaskan sinarnya di dedaunan semak yang kulihat indah. Hal-hal sederhana ini kan yang dulu pernah membawaku pada senyum merekah penuh syukur atas kehidupan. Pun kini kurasa. Meski kadang sulit bagiku membuka mata. Namun tidak sore ini, sebuah hati membukakan diri untukku kembali. Terima kasih.
Dalam siklus ini, mari kita menjalani setiap tahapnya dengan suka cita, ataupun duka yang merupakan sisi lain dari suka. Hidup ini seimbang kan. Nikmati semuanya. Jadikan dia pelajaran berharga. Setiap hari, jam, detik waktu kita tak akan pernah terulang, jadi nikmati saja, jalani saja, dan hadapi saja hari ini. Pun besok dan besoknya lagi. Sapalah mentari pagi, dan ucapkan selamat malam pada sanubari. Hingga damai menghampiri, dan hati selalu menyapa diri, mengucap syukur untuk segala apapun itu, yang menjadikan kita hidup dan belajar darinya.
Selamat sore.
Terima kasih telah menyapa kembali.
Aku rindu.
Damai ini.
0 komentar:
Posting Komentar