Tidak tahu kenapa, aku merasa ada kebutuhan mendesak yang terus
menggelisahkanku belakangan ini. Banyak hal yang selalu mundur-mundur dari
kalender rencana yang kubuat. Apa sih? Mengulur waktu benar-benar menakutkan
ya. Padahal, aku juga melakukannya bukannya tanpa sengaja. Aku punya segudang
alasan sebenarnya dan alasan carian yang bisa kuutarakan atas kemoloran yang
aku lakukan.
Bukankah manusia itu makhluk perencana? Dan, aku merasa bahwa aku adalah
satu dari sekian banyak perencana yang baik. Kenapa? Kenapa aku masih merasa di
sini-sini saja sedangkan rencanaku sudah bahkan keliling semesta? Yah, gimana
yaa… Kembali lagi pada alasan yang sejuta bentuknya. Berujung pada satu
kesimpulan sederhana, bahwa aku bukan eksekutor yang baik. Rencana tinggallah
rencana, bagai aturan yang hanya jadi tumpukan dokumen saja. Aduh, aku jadi
merasa bersalah pada diriku sendiri. Tapi,….
Kemudian muncul tiba-tiba satu konsep yang pernah dimunculkan entahlah
oleh siapa. “Ada dua kategori orang di dunia, yaitu tipe konseptor dan
eksekutor.” Ada tipe pemikir dan ada tipe pekerja. Ada yang memikirkan matang
dan menyusun rencana, ada yang menjalankannya rencana yang sudah ada. Kalau
dalam kerja, ada bos si tukang mikir dan ada si buruh tukang kerja. Nah, apa
artinya itu? Apakah aku berarti tipe pemikir atau dalam hal ini tipe bos?
Hahaha… Dengan alasan, aku suka berencana tapi terlalu malas mengeksekusinya.
Bukan, tentu saja bukan. Pengkategorian itu tak berlaku pada satu pribadi
dan rencana hidupnya. Setiap orang harus punya keduanya. Dalam lingkaran
pribadinya, setiap orang harus punya rencana dan sekaligus mengeksekusinya.
Tidak akan ada buruh dalam diri sendiri kecuali mungkin ada lebih 1 orang yang hidup di
dalam satu tubuh manusia. Seorang master-mind pun butuh untuk jadi eksekutor untuk
menjadikan rencananya berhasil. Ya, meskipun eksekutor untuk menggerakkan
eksekutor lainnya. Membuat orang lain jadi buruh pun harus berawal dari
memburuhkan diri sendiri. Kok? Hahaha..
Hidup seru ya. Ada saja hal-hal baru yang bisa ditemui, mulai dari
teori ilmiah pengguncang dunia hingga konsep-konsep kecil sendiri seperti
ini. Lalu, apa gunanya jika konsep ini telah nemplok di kepala? Entah! Eh, bukan itu. Aku setidaknya tahu bahwa
aku bukan eksekutor yang baik untuk rencanaku sendiri. Aku perlu belajar menjadi
buruh, buruh untuk rencanaku sendiri. Akan runyam jadinya jika buruh berlagak
jadi bos. Akan ruwet jadinya jika disaat aku harus bekerja tapi malah
berangan-angan. Tipsnya basi tapi setengah hidup melakukannya. Bagi peran dan bagi
waktu, meskipun tak selalu harus kaku.
Hidup itu memang dinamis, tapi bukan berarti letoy di semua bagian. Ada yang kaku, ada yang lemes. Itulah
dinamisnya. Begitu kan ya.
Nah, karena sekarang sudah mulai paham, maka kamu (aku) harus bisa belajar
jadi eksekutor juga ya! Karena gagal menjadi eksekutor untuk diri sendiri akan
menjadikan kamu eksekutor untuk rencana orang lain. Maksudnya sih buruh. Mau selamanya
jadi buruh? Tentu saja jadi buruh bagi seorang yang ngaku tipe konseptor sangat
tidak menyenangkan. So, ayo kerja!
Jadilah master-mind sekaligus eksekutor bagi rencanamu sendiri!
26 Juni 2015
Di kamar pagi-pagi, sambil dengerin ‘Up Town Funk’nya Bruno Mars
jadi ngeliat kalender juga kan, yak banyak yang kelewat tternyata. dan aku merasa tak berdosa melewatkan rencana yang ku buat sendiri. agak serem ya? bahaya
BalasHapushahaha.. Yuk mari rapihkan kalender sekaligus eksekusi. Biar legaa dan gak letoy... Semangat! Sukses untuk kita semuanya.
Hapus