Tampilkan postingan dengan label About Life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label About Life. Tampilkan semua postingan
Segelas teh manis panas di pagi hari.
Seperti yang telah lalu, bahwa perasaan terburu ini acap kali mengganggu.
Tenangku seperti hilang ditelan ketergesaan
Untuk sesuatu yang bahkan tak pernah terbayang
Tak mengerti untuk apa begini
Namun kemudian segelas teh panas membantuku
Melewati pagi
Pagi yang serasa mimpi
Kuterburu dalam waktu yang tak jelas ingin kuarungi
Tergesa dalam bayangan maya tak jelas arahnya
Segelas teh panas manis menyapaku
Membuatku teringat bahwa santai itu perlu
Bahwa setiap nafas memiliki makna
Bahwa waktu ada untuk dinikmati jua
Bahwa setiap saat, tak perlu tergesa
Terima kasih adikku,
Untuk teh panas yang manis menyentuh kalbu
Untuk cinta yang sederhana
Dalam bentuk yang paling nyaman terasa





Dan ternyata, setiap kita mempunyai cerita. Berbeda tapi serupa. Banyak hal yang tidak saling kita ketahui tanpa saling bercerita. Masing-masing kita telah melalui banyak kisah yang mungkin hanya kita yang tahu pasti apa saja yang telah kita temui dan rasa.

Aku merindukanmu kawan, aku merindukan saat-saat muda kita tertawa tanpa beban kecuali asa. Masa-masa kita dulu pernah bersama merasa mimpi bagai di ujung mata. Semua begitu berkilauan sekarang kulihat. Masa-masa emas yang telah membeku abadi dalam ingatan kita bersama. Harta kita. Yang akan selalu menjadi tawa saat kita mengingatnya bersama.

Kesedihan kita kini, dan di masa-masa yang tak kita lalui bersama, biarlah menjadi katalis kedewasaan kita. Aku bersedih, kamu pun demikian. Aku bahagia, kamupun demikian. Kita punya cerita sendiri-sendiri. Jika bertemu nanti mari kita berbagi.

Sedikit kata-kata yang tiba-tiba kuluapkan padamu menjadi lucu seketika, mengingat rentang belasan tahun tak menjadikanku canggung membuka kegelisahan di dalamku. Terima kasih telah menjadi pendengarku. Dan kapanpun kau butuh telinga, sekedar telinga untuk gelisahmu, jangan ragu memanggilku. Ya, meskipun mungkin agak terasa kaku. 

Aneh, tak kuingat dulu seberapa akrabnya kita. Dan kitapun jarang bertegur sapa, bahkan di dunia maya. Tapi biarlah, apapun itu, aku senang bertemu kamu hari ini. Dan saat nanti kita bisa bertemu lagi, mari bercerita kembali, tentang kita yang dulu, ataupun kisah kita hari ini. 

(Sore itu, aku bertemu kawan lama yang sudah hampir 15 tahun tak bersua. Dan sore itu menyenangkan meski singkat terasa.) 
 Pengen tahu aja... Ya, memang sepertinya rasa ingin tahu adalah hal yang wajar bagi manusia. Siapa sih orang yang tidak ingin tahu? Sejak kecil pun kita biasa bertanya, ini apa, itu apa. Sering kan memperhatikan anak kecil yang serba ingin tahu. Nah, masalahnya sekarang adalah yang ingin tahunya ini kebablasan. Bagaimana bisa kebablasan? Batasnya apa dan siapa yang menentukan? Siapa hayo?

“Eh lo tau gak, si Ani sekarang punya pacar baru lagi lho.. Bayangin aja, pas sudah sekarang dia mantannya 25 orang! Lo tau gak siapa namanya dan orang mana? Penasaran gw sama calon mantannya. Hahaha”, kata si Yeyen pada si Noni.
“Si Gori katanya kawin ya. Kok bisa sih orang kayak dia cepet kawin? Siapa ceweknya? Orang mana? Jangan-jangan uda DP duluan.”, masih si Yeyen ngobrol sama si Noni.
“Eh, si Siro ganti kerjaan tuh. Berapa dia dapat gaji ya? Gw denger sih tempat kerjanya agak gak bener gitu deh. Iya gak sih?”, Yeyen masih aja ngrobrol sama si Noni.

Eh, buset. Nih orang ya, pengen tahu aja urusan orang lain. Apa gak ada kerjaan dia? Hem, sepertinya enggak juga. Dia punya kok kerjaan. Apaan? Ngepoin orang. Selalu ingin tahu hal hingga sedetil-detilnya, bahkan hal remeh-temeh nggak penting yang malah bikin orang lain sebal. Tapi, ya begitulah orang. Ada yang bilang, kepo ini bawaan.

Kepo yang kumaksud di sini bukan kepo penasaran ala ilmuwan, tapi lebih ke kepo si biang gosip yang ibarat akun instagram itu mirip si emak Lambe Turah. Nah lho, yang follow si emak LamTur bisa dipastikan juga para kepo-ers. Yah, masih itungan wajar sih kalau ngepoin seleb mah. Tapi kadang ini, orang biasa aja lho dikepoin. Gak ngerti apa faedahnya buat dia juga.  Apa mungkin ada rasa puas gitu ya jika dapat informasi, apalagi yang eksklusif tentang seseorang? Sudah gitu, biasanya si pengepo ini gak akan berhenti di sini, tapi jadi corong woro-woro, pemuas nafsu bagi para pengepo lain ataupun bagi orang lain yang bahkan gak mau tahu.

Pernah gak kamu diajak ngobrol, nongkrong cantik di kafe sama teman-teman, ujung-ujungnya diajak nggosipin orang, yang biasanya adalah teman sendiri? Sering! Pasti lah sering. Tahu aku... Itu kayaknya hal biasa terutama di kalangan emak-emak gahol dan para pemudi masa kini yang juga calon emak-emak itu. Gak afdol lah, ngumpul tanpa ngomongin orang. “Kalau ada cewek-cewek ngumpul, pasti yang diomongin teman-temannya, semua, kecuali mereka sendiri yang ngumpul.”, itu mitosnya. Si Raditya Dika pun pernah ngomongin di salah satu standup comedy-nya tentang hal ini. “Betapa mengerikannya persahatan antar cewek-cewek”.

Nah, menurut aku nih ya.. Emang pada dasarnya kita ini nih, cewek punya ke-kepo-an luar biasa atas apapun isu manusia, terutama manusia yang dekat dengan kita. Ibarat cowok suka ngomongin game dan otomotif, kita ngomongin orang! Jadi, itu sah-sah aja lah. Nah, balik lagi ke batasan, apa sih batasannya?

Temanku dulu waktu kuliah pernah bilang, “Hak itu dibatasi hak orang lain. Kebebasan kita itu dibatasi kebebasan orang lain.” Nah, kayaknya dalam kepo-kepoan ini juga berlaku, ‘kepo kita dibatasi kepo orang lain’. Maksudnya gimana? Ya, kita perlu kepo pada hal-hal yang bagi kita masih bisa dikepon lah. Kalau kita nggak mau orang lain kepoin kita tentang satu hal, ya balik lagi aja kita jangan kepoin hal yang sama ke orang lain. Kalau kamu gak mau orang lain tahu tentang pacarmu, ya jangan tanya tentang pacar orang lain. Gampangnya sih gitu. Meskipun dengan batasan ini, menjadi sangat relatif sekali antara satu orang dengan yang lain. Tidak sama. Tapi, menurut aku sih tetap ada batasan universal lah yang orang harusnya sih ngerti di mana mereka harus berhenti kepo. Pikir-pikir aja sendiri.

Lalu, aku gimana? Kepo-an juga gak orangnya? Yaiyalah, secara... Aku masih berusaha untuk menjadi pengepo yang masih tidak melampaui batas. Jujur saja, memang ada kesenangan tersendiri ngomongin orang. Dosa sih katanya, tapi gak melulu apa yang kita omongkan hal yang jelek kok, ya kalau jelek pun itu hanya ‘fakta’ yang perlu diperbincangkan. Hahaha.. Dan, aku juga selalu percaya, karma itu ada. Aku kepo-in orang, pasti orang juga kepo-in aku. Biarin aja lah. Malah itu jadi pengingat bagiku untuk selalu berhati-hati bertindak, karena sekarang nggak cuman wartawan aja yang kerjaannya pengen tahu.








Di suatu pagi yang cerah, aku teringat pada suatu ketika, pada suatu saat aku tak pernah berpikir tentang apa makna tersembunyi di balik aksi manusia. Pikiranku hanya satu, bahwa semua manusia itu indah, bahwa semua manusia adalah kebaikan. 

Pagi ini, aku teringatkan. Aku teringatkan pada satu masa ketika hatiku damai dan tenteram. Sekalipun tak pernah kusimpan prasangka karena aku yakin keindahan kehidupan. Aku yang merasa bahagia, meski hanya oleh sorotan mentari pagi hangat yang menyapa. Aku yang tersenyum lebar, seakan mengerti bahasa alam ketika sang angin menerpa. "Ya, aku mengerti.", bisikku saat itu. 

Hingga kini, pagi ini, aku pun mulai ingin berani bertanya, "Aku yang dulu masihkah sama?". Sejenak kuingat satu masa sebelum pagi ini, ketika aku pun mulai ragu dengan diriku sendiri, aku mulai mempertanyakan secara tajam tentang aku yang masihkah aku? Dan, aku tak berani menjawab. Prasangka buruk membuatku sementara lupa, niat yang terbelokkan membuatku buta. Aku tidak suka ini, aku tidak ingin ini. 

Pagi ini, bersama sinar hangat mentari pagi yang mengetuk hari setelah sekian lama muram dan menangis, aku juga ingin mencoba memanggil diriku dulu. Aku yang lebih bisa tersenyum lebar, dengan dada penuh udara kebebasan, dengan kepercayaan bahwa keindahan itu adalah mutlak di semua kehidupan. Karena aku ingin percaya, bahwa di atas semua apapun itu, cintaku adalah untuk Sang hidup dan kehidupan, dan untuk Sang Dzat yang memberikannya. 

Semoga lain kali, aku akan selalu mengingat pagi ini. Meski tanpa secangkir kopi, meski tanpa sebatang rokok, aku bisa merasakan betapa indahnya hari ini. 



Dramaga, 22 Februari 2017

Di bawah pinus (Tapos - Bogor)

Ada kalanya aku merasa sangat emosional secara spiritual, merasa dekat banget sama Tuhan dan segala misteri kehidupan. Bertanya-tanya melintasi dimensi dan menanyakan eksistensi. Siapa aku? Apa itu hidup? Apa itu keberadaan? Apa itu makna menjadi manusia, menjadi hidup di ruang dan waktu? Pertanyaan yang membawaku berkaca-kaca dalam keharuan mendalam. Sesuatu yang belum dan mungkin tak akan kupahami adalah sebuah keajaiban. Hidup ini yang tak akan pernah kupahami adalah keajaiban. Misterinya membuatku tumbuh dalam pertanyaan yang membuatku damai dalam gelisah pencarian. Tak terbatas apapun kecuali ketidak-tahuanku, aku mencintaiMu, dan aku akan selalu bertanya padaMu. 

"Hidup ini indah, bila aku selalu ada disisiMu setiap waktu, hingga aku hembuskan nafas yang terakhir, dan kita pun bertemu." -(Hidup ini indah - Dewa)









Ketika aku rindu rumahku. Rindu masa-masa terindah saat mimpi dan nyata bersatu. Saat orang-orang tercinta masih disekelilingku, memelukku, mengusap  air  mata bocahku. Ayah, ibu dan saudara-saudaraku. Aku rindu. Dan, kini kembali aku jadi bocah ingusan yang kangen rumah. Meskipun aku sadar betul, tanpa ampun sang waktu mungkin telah mengubah rumah yang dulu pernah kukenal, atau hanya aku yang telah berubah. Satu yang pasti, aku pernah menjadi anak kecil yang bahagia, dikelilingi orang tercinta, dan melaluinya dengan sangat sempurna. Terimakasih semua.

Kulalui masa kecilku
masa bahagia yang t’lah terukir indah
dihatiku…
Satu masa t’lah kulewati
satu impian t’lah ku raih untukmu
ayah bundaku

Namun kasihmu bagai puisi
hangat senyumu menerangi jiwaku
selamanya…
Perjalananku bagai cerita yang tak mungkin
berakhir bahagia tanpa doamu

Tiada tempat yang paling indah
selain rumah kita
Tiada masa yang paling indah
selain bersama mereka yang tercinta

Bawalah aku kembali kemasa kecilku dulu
dan biarlah kukenang rasa itu
sebagai pelepas rinduku…


'Bawalah Aku Kembali' (Ihsan Tarore ft Dira Sugandi)





suatu senja di Tanjung Pendam



Semalam ngobrol sama teman super dekat, my best buddy. Katanya sih dia mau lebih kenal  diriku ini. Aih-aih  dek, aku bahkan kadang berpikir aku ini tak  terlalu kenal siapa aku ini.

Belum lama lah aku membuat simpulan sementara tentang aku ini, perempuan diberi nama sudiyah yang jujur lebih nyaman dipanggil Nonette, yang ternyata aku ini orangnya Caper banget. Caper- cari perhatian, iya benar cari perhatian. Aku belum lama ini mikir-mikir, "Kenapa aku begini, kenapa aku begitu? 'Ada Apa Dengan Aku?'. Kayaknya nggak kenapa-kenapa sih, tapi kenapa ada kenapa? Halah, malah bermain  kata. 

Ada bebarapa kisah masa laluku yang membuatku mikir aku ini orang caper, aku bagilah sedikit di sini.

1. Waktu SD, aku ngebet pengen jadi ketua kelas. Wih, jarang-jarang ada ketua kelas anak perempuan. Dan, di kelas 6 aku berhasil jadi ketua kelas, yang selalu mimpin baris masuk kelas atau mimpin berdoa sebelum mulai pelajaran. 'Siap grak! Berdoa mulai!'. Mission complete!

2. Waktu SMP kelas 2 aku pernah (tidak menyangka juga) jadi Juara Umum ke-3 dari 8 kelas (A-F). Artinya nilaiku tertinggi ke-3 dari seluruh kelas 2. Namaku dipanggil lho pas pengumuman setelah upacara, dikasih hadiah dari Kepala Sekolah. Wih, tepuk tangan meriah dari seluruh sekolah. Cukupkah? Ternyata enggak juga! Setelah berjaya di juara umum dadakan, aku banting nilai jadi entah bontot ke-berapa gitu. Hahaha.. "Kamu kenapa?", tanya guru dan teman-teman. Mission complete!

3. Nah, masuk SMA nih. Ospek dimulai. Kepikiran gimana caranya biar gampang dikenal orang. Ha! Bikin ulah. Akhirnya Ospek  hari pertama aku sengaja telat 1 jam. Dan, berhasil jaya. Aku kena hukum gila-gilaan,  dijadikan contoh  tidak baik. (Bodo amat, yang penting  sudah terkenal sekarang. :P. Kakak kelas yang ganteng-ganteng pun pada heran dan kepo, siapa gerangan adek nakal ini? hehehe)

Biar cepet terkenal lagi gampang caranya,  masuk ekskul yang populer! Aku nembak 3: OSIS, Paskibra dan Sispala.  Sayang OSIS aku gak keterima, bandel kali ya. Kenapa Paskib? Karena terkesan elit. Kenapa Sispala? Karena terkesan liar dan sedikit urakan. Berbalik arah kan? Yah, dan itu justru menyenangkan. Short cut!

4. Masuk kuliah. Masih ingin caper? Kayaknya iya. Skip lah yang ini. Rahasia dapur.

Yah, gitu deh. Aku tuh kayaknya emang gak suka dengan yang monoton. Kalau semua berwarna putih, aku pengennya jadi hitam. Biar kelihatan cuy. Segitunya amat ya jadi orang. Tapi sadar nggak sadar,itu memang begitu, dan terjadi sudah. 

Resiko? Jujur, tak terlalu kupedulikan. Kayaknya aku ini  lebih tertarik ke konsep 'caper'nya itu, tak peduli gimana caranya. Makanya, butuh teman yang rada waras yang bisa bilang 'stop' ketika aku sudah mulai melewati batas. Butuh manager-lah. Hehehe. Ada yang bersedia? Joking!

Ibaratnya aku itu Gon yang butuh didampingi Killua. Yoi, HxH mania. Hei Killua, kamu dimana? :P




"Kalau pengen ngrasain nikmatnya malam minggu, maka jadilah orang kantoran.", seorang kawan pernah berkata.

Kok bisa? Bukannya dari Senin sampai ketemu Senin lagi hari masih begitu-begitu juga. Lalu, kenapa akhir pekan jadi istimewa?

Ah! Aku ingat sebuah perumpamaan lama, "Jika ingin membuat dirimu lebih pintar, maka beradalah di antara orang bodoh.".

Jika ingin Sabtu-Minggu menyenangkan, jadikan hari lain menjadi tidak menyenangkan!

Nah, nyambung kan.

Ngopi dulu yuk. (Doodle ala-ala, ku, Mau rekues boleh lho :P )

Aku jadi berpikir lagi, kenapa aku merasa apa yang para orang kantoran itu rasakan. Weekend terasa jadi sangat dirindukan. Ah, jangan-jangan.... Ah, itulah, tak perlu kutuliskan.

Tapi,... Ini tapi, jika saja bisa menjadikan setiap hari menyenangkan layaknya akhir pekan, bukankah pasti akan keren?! "Everyday is weekend seperti itu.  Kkkk (ini bunyi ketawa nyinyir becanda ceritanya.)

Ketika Senin sampai Jumat, dari pagi sampai sore menjadi wajib bagiku untuk duduk manis di depan meja dan menghadap layar komputer, entah mengerjakan apapun itu demi karir yang katanya akan membawa kepada masa depan yang lebih pasti, aku merasa malah kepastian itu membuat aku jadi was-was. Lha kok bisa?

Dan ketika Jumat sore tiba, dan rasanya seolah hidup mengembalikanku pada warna-warna tak terduga, aku menjadi deg-degan, excited lah. Ah, mau ngapain ya akhir pekan ini? Naik gunung Salak pasti asyik, ngikut teman-teman manjat tebing keknya seru juga, jalan-jalan ke kota dan bereksperimen aneh-aneh kayaknya juga lumayan, atau bisa juga di kamar aja nonton dorama, nulis review dan ber-fangirl-ria di fandom Jpop? Seru banget pastinya! Gilak! Banyak banget rasanya yang ingin kulakukan di 2.5 hari dari 7 hari yang ada. Aku selalu bersemangat.


Lagi kangen juga sama emak Roma. :) Naik gunung kapan lagi euy?

Was-was di 5 hari sebelumnya kenapa? Karena bosan. Boredom, bosan adalah momok (atau teman) yang selalu menyertaiku selama ini. Entah setan (atau malaikat) yang selalu menjadi pengikutku untuk apapun yang kulakukan dari dulu yang menuntut pola, sesuatu yang bisa ditebak. Itu kurasa enggak asyik, kurang hidup. Bayangan harus menghabiskan waktu tanpa jejak itu menyakitkan imajinasiku. Sumpah ngeri! Meskipun ada sudut hati yang berbisik, "Songong banget lu! Kapan belajar serius dan menjadi orang dewasa?!", katanya. Tapi suara itu lemah sekali sehingga aku abaikan saja.

Ups! Tapi jangan salah, bosan yang kurasakan adalah tentang rutinitas ya, polanya. Ini beda dengan apa yang pekerjaannya sendiri. Aku jatuh cinta dengan dunia riset sejak dulu dengan satu alasan bahwa riset itu membawa sesuatu yang kita belum tahu, gak ketebak, dan itu seru. Jadi, aku tegaskan dulu bahwa aku mencintai pekerjaanku. Dan aku merasa, aku bisa bertanggung-jawab untuk output dan jadwal yang telah aku sepakati. Semoga paham maksudku. 


Aku berandai, lalu bagaimana ketika aku bisa mewujudkan semboyan 'everyday is weekend' itu? Tiap hari libur terus?

Nah, aku jadi kepikiran juga. Ketika sesuatu itu acak dan tidak membentuk suatu keteraturan atau tidak berpola, maka ada yang menyebut ini sebagai pola acak. Persis sama dengan ungkapan 'tidak memilihpun adalah sebuah pilihan'. Tunggu dulu, tiba-tiba aku kepikiran.

Apa!!! (nada lebay sinetron kita sambil melotot) Jadi, selama ini---- Ya, benar banget Net (ngomong ke aku sendiri), "Kita itu tidak pernah bisa bebas dari pola seperti halnya kita tidak bisa bebas dari pilihan." Selama kita hidup, kita akan dihadapkan pada semua itu. Jikapun kamu bisa liburan sepanjang waktu, kamu akan bosan dengan liburanmu itu!  Hahaha… Meskipun liburan itu dibayar? (Mana ada? Yang seleb liburan itu di tipi-tipi? Eh, itu juga kerja neng!) Mangkanya para pengangguran itu banyak yang setres karena terlalu banyak waktu luangnya.

Intinya, muncul persamaan yang menarik nih. Jika kerja di weekday sama dengan membosankan, dan ketika setiap hari libur terus-terusan juga membosankan. Maka,
Every day is weekend = Everyday is weekday.
Weekend = weekday
Ha ha ha.. Balik lagi kan jadinya. Weekend sama weekday itu gak ada bedanya. Sama saja.. Toh waktu masih 24 jam sehari dan ya begitu-begitu saja. Lalu apa bedanya? Tentunya kita yang bikin beda, rasa kita sebagai manusia. Aku agak ragu ketika berpikir apakah si Mamet, kucingku itu punya weekday dan weekend. Bagi dia ya sama aja, makan tidur pup, makan tidur pup, tiap hari begitu.

Kenalin, ini Mamet yang (mungkin) gak tahu konsep weekday-weekend. 


Kita sebagai manusia bisa bikin hari-hari kita jadi tidak membosankan. Bagaimana? Menurutku sih ya dengan mengkombinasikan antara aktivitas kehidupan kita yang beragam itu dengan seimbang. Orang kan macam-macam ya. Dan sah saja ketika masing-masing orang memilih cara mereka sendiri. Kalau boleh bikin proposal sih ya, bisa nggak sih jam kerja kantoran dikurangi? Hahaha…Kan seminggu ada 7 hari, kenapa nggak fifty-fifty?

Ada yang tahu kah, siapa dulu yang nyiptain sistem 5:2? Siapakah  yang memulai mitos weekday dan weekend? Siapakah yang menjadikan Senin menjadi momok banyak orang ngantor?

Mari kita akhiri teror 'I hate Monday' ini. Jadikan tiap hari menjadi berwarna-warni. We can work anywhere and anytime we want. Ambil secangkir kopi, ngudud bagi yang suka dimanjakan nikotin, atau sekedar mengawang menikmati angin di Senin pagi. Free your self.


I love everyday! 


SEE YOU ON TOP! 


It's time to move on! O jikan desu!

Rasa gelisah, rada-rada takut, tapi juga bersemangat rasa-rasanya menjadi rutinitasku beberapa minggu terakhir. Pertanda babak baru dalam perjalananku harus segera dimulai. Ini pasti menyenangkan! Masih dengan hati berdebar-debar aku menjadi was-was, kejutan apa di depan sana? Mari kita songsong petualangan baru. Badai dan hujan tidak jadi penghalang, karena pemandangan di puncak sana sungguhlah sangat indah, dan kasur sehabis turun gunung adalah yang terbaik. Go for it!


Sunset at the Cedar Hill @sudiyah262


Bahwa sebuah perjalanan itu, traveling itu, tidak terbatas pada jalan-jalan badan saja, mengunjungi tempat baru saja, bertemu orang baru saja dan belajar budaya baru saja. Bertemu dengan sisi lain diri sendiri juga adalah sebuah petualangan yang menakjubkan! 

Well, (Fyuh, sebenarnya aku paling anti nulis campur baur bahasa Indonesia-Inggris tapi memang kadang 'rasa'nya beda, feelnya beda. Hahaha.. So, lupakan dulu sekarang.) . Balik lagi, well, cerita ini berawal ketika pada suatu libur panjang akhir minggu aku bingung mau ngapain. Mau naik gunung gak ada temen, mau jalan jauh dikit duit mepet dan jalanan macet dimana-mana, ngabisin waktu di rumah rasanya sayang banget. Hingga kemudian Sheila, seorang kawanku yang kece badai, ngusulin "Mbak, gimana kalau kita cosplay-an?". 

Semua orang pasti punya hal-hal yang ingin dilakukan dalam hidupnya, yah semacam Bucket list lah (siapa yang sudah lihat filmnya? Cung!) yang berisi hal-hal yang ingin dilakukan sebelum waktu hidup habis, 'Things to do before you die!'. Nah, aku dan pastinya kamu juga punya kan daftar semacam ini. Aku juga ada! Selain ingin bertemu penguin langsung di Antartika, salah satu daftar di Bucket list-ku adalah bermain kostum atau Cosplay.

Ajakan Sheila tentunya adalah pertanda bahwa saatnya telah tiba satu dari bucket listku perlu dicoret. Sip, mari kita cobain bermain kostum, berdandan memainkan suatu karakter dalam balutan kostum dan pamer di depan orang banyak. Rencana untuk ber-cosplay di Tokyo bolehlah tertunda, kita bisa berekspresi juga di dekat sini, dan Kota Tua Jakarta adalah pilihan utama. Apa yang cocok dengan Kota Tua, tentunya noni-noni Belanda ( yang ujung-ujungnya malah cosplay jurig). Haha! Let's just do it.

So, hari itu tanggal 26 September, aku dan Sheila dibantu Habibah yang setia jadi asisten dan juga Jamani Uyee sang fotografer melakukan petualangan seru. Yah, minimal buatku lah. Aku merasakan kesenangan yang mirip saat kurasakan saat aku jalan-jalan. Ada rasa baru, ada petualangan baru. Bedanya, ini bukan lagi eksplorasi ruang, budaya dan manusia di luar sana, tapi lebih ke sesuatu yang ada pada diriku sendiri yang selama ini masih terpendam. Dan ketika dia dibebaskan, wuhhh rasanya itu lho, kayak sedang menatap megahnya Gunung St. Helens di Washington sana. Sumpah deh!

Jadi, kesimpulanku adalah konsep traveling itu bukan melulu jalan-jalan, bisa juga dengan mewujudkan hal-hal yang sangat ingin kita lakukan, segila apapun, seaneh apapun, se-absurd apapun. Yah, asal jangan yang kriminal aja.

Terimakasih ya,
  • untuk Sheila sang partner yang mau gila bersamaku,
  • Untuk Jamani Uyee yang mau jadi fotografer kami (I am your fan!)
  • Untuk Habibah yang menjadi asisten terbaik
  • Dabibah untuk kostum
  • Dan untuk diriku sendiri juga yang mau melakukan petualangan seru ini.


Berikut adalah beberapa foto karya sang fotografer saat kami cosplay-an kemarin. Keren kan! :)  Lain kali bolehlah cosplay-an lagi. Jadi zombie kayaknya seru juga. :D

Note: Aku tidak pakai buka kbbi ataupun oxford dictionary, jadi arti kata ya suka-suka.. hehe


Dandan dulu :)

Another good shot! :)

Ujung-ujungnya jadi begini :P
Kayaknya ini yang paling bagus deh. :)

Fotografer kita +jamani uye 

Behind the scene lah ceritanyah :)



Let's travel, let's adventure, let's have fun! 

Sebagian cerita dari MeNeHe 41 hari ini :)
Tidak mudah untuk bisa bertemu dan berkumpul dengan kawan lama. Tapi, tidak sulit juga. Seperti pula malam ini. Tanpa basa-basi, tanpa rencana berarti, byarrr..., begitu saja, aku bisa bersua dan sekedar berbagi cerita dengan teman sekelas semasa kuliah dulu, MeNeHe 41. Untuk Sandhi, Lita, Amri, Clara, dan Priyo, aku senang sekali bisa ketemu kalian lagi setelah sekian lamanya. Jika bisa mengekspresikan diriku sebebasnya, aku pasti akan jingkrak-jingkrak ketemu kalian. Sayangnya, aku masih jadi orang yang pemalu seperti biasanya. Ehemm,...

Malam ini, dan juga seperti dulu juga, yang menjadi hot artisnya adalah 'Si Peneliti dari Kendal -Manokwari'. You know who lah gaes! Sandhi Imam Maulana sepertinya tetap akan kurus kering dengan 46 kilo-nya itu seperti pula tetap koplak dan secablak  yang kutahu ketika ia masih belum jadi S.Hut.  Gaes, padahal sekarang doi udah Master, lulusan kampus beken di Ausie, buntutnya sudah dua pula, tapi Sandhi tetap aja Sandhi yang sama. Sama? Sama-sama masih 'ndeso'. Sorry San, tapi cerita pengalamanmu di Ausie yang paling nempel di kepalaku lho. Ingat cewek berhanduk? Atau si 40%? Atau gaya-gayaan di Belanda? Hahaha... Konyol sumpah! But, I like it! Just so you know lah, aku juga tetep 'ndeso' kok. Justru itu 'point of interest'mu. Tak doakan semoga cita-citamu kabul ya. (Dan semoga ngikutin kamu deh yang urusan 8 tahun. Kalau bisa kurang. Amiinnn)

Amri juga gak banyak berubah, kecuali sedikit ukurannya saja agak naik. Hehehe. Suaranya masih rendah dan pelan, seperti dulu, hingga kadang aku tidak dengar apa yang dia katakan. Pak Komti punya rencana mulia lho untuk bikin reuni MeNeHe 41. Ayo support Amri jadi komti alumni! (Btw, sampai sekarang aku gak tahu apa itu arti atau kepanjangan komti. Apa komandan inti ya? Au ah.. ) Salam buat Ayu ya. Ciee, pasangan cinlok.

Priyo masih bulet, eh tambah bulet ding malah. Bersama sang istri tercinta, doi bela-belain datang ke pertemuan malam ini meskipun katanya habis kecapean seharian ngaduk semen. Ngecor katanya. Ngecor apaan sih kamu Pri? Clara juga, sehabis pulang kerja disempat-sempatin datang. Aku, saking kupernya, sampai gak paham kalau Clara sudah married dan bahkan punya buntut 2 tahun. Kemana saja aku selama ini?! Tapi, beneran lho Clar, kamu masih kelihatan seperti gadis. Hehehe.. (Pasti senang nih kalau dibilang begini.)

Last but least, Lita. Lita datang bersama anak dan suami. (OMG! Kapan aku juga bisa beranak juga ya? Nunggu yang mau buahin dulu kali ya.. Hahaha... ) Ingat dulu, aku sering ke kosan Lita buat nyalin tugas kuliah, minta bahan ujian, dll. Karena setahuku, Lita itu paketannya dengan Nui, maka aku sempatin ngambil selfie bareng Lita. Tujuannya? Jelas, buat bikin iri Nui. Ayok, Nui kapan ke Bogor? Gak kangen apa ngrumpi sama aku?

Aku dan Lita
Ada yang penasaran kita ngobrolin apa saja malam ini? Hah,... Anak Kehutanan pasti ngomongin hutan. Tentunya tak jauh dari kondisi kehutanan kita yang semakin parah. Kabut asap dimana-mana dan bagaimana ini seharusnya kondisi ini bisa segera diselesaikan. Halahh,... Serius banget ya?! Atuh mah gimana lagi, 4 dari 6 orang yang ngumpul di sini gawenya di bawah KLHK kabeh. Dari kabut asap, loncat-loncat ke oops Manokwari lagi! Terus ngomongin jaman kuliah, lalu balik ke Manokwari lagi. Hahaha.. Canda lho. Bagi yang punya nama-nama berikut ini, mohon diperhatikan, karena kalian telah jadi bahan omongan kita malam ini, yaitu: Catur si punk mania, Ivan yang tak ada duanya, Eko pak polisi, Iis Han Han yang entah berada dimana, Fatah yang sedang di seberang dunia, pak dosen Khalifah, Rejos dan bakso raksasanya, Nui dan Wati sang guru SMK, Yumte dan Christina pasangan cinlok kita, Eris dan Denpasarnya, Topan sang Eo ber-rebana kita, Satrio yang tak ada duanya, dan trio wek-wek lulus terakhir angkatan kita-Huda, Ivan, aku. Lhoh aku? Iya gaes. Bagi mungkin yang belum tahu, aku lulus benar-benar paling terakhir di angkatan 41, "Sang Khotaman-Penutup-Penyempurna". Lol..

Hampir lupa. Bahkan, kita juga ngomongin Anton SIREGAR sang artis orkestra kita yang dulu sempat pamitan ingin berkarir di Suriname. Apakah kalian masih ingat kawan kita satu-satunya Siregar yang bukan orang Batak itu?

Sebenarnya sih hampir kalian semua kami sebut namanya malam ini. Jadi, jangan khawatir kawan. Kalian akan selalu jadi bahan rumpian nostalgia kita kok. :)

MeNeHe 41 adalah satu dari sekian komunitas pertemanan dalam hidupku yang berwarna-warni. Kalian-kalian adalah warna-warna di dalamnya. Satu per satu dari kalian punya kesan di dalam memoriku. Jika berkesempatan dan kalian berkenan, aku bisa kok menceritakannya. Hehehe...  Terimakasih ya teman, untuk waktu dan kesempatannya. Meskipun waktu berlalu begitu cepat, tapi memori kita akan selalu ada dan terasa baru kemarin terjadi.

Sungguh, malam ini sangat menyenangkan. Bahkan Sandhi bilang kalau belum sembuh kangennya. Aku juga sama San. Tapi, apa daya, waktu tetaplah berbatas, dan besok kita harus kembali jadi kuli kehidupan, demi dapur masing-masing yang bahkan jumlahnya ada yang lebih dari satu. Hehe. 

Seorang kawanku dari Amrik (fyi,her name is Dori.)pernah bilang padaku satu kalimat yang ingin juga kukatakan pada kalian semua.

-"It's amazing how the time flies by, but not the memories. Isn't it interesting how each of us is brought together in life?"-


-21 Oktober 2015-
img source: here


Pemanasan nulis bebas sebelum nyelesaikan laporan kerja. Sambil mendengar lagu yang lagi menggalau di kepalaku, "Cinta Terlarang"nya The Virgin. Entah kenapa ya, lagu ini terngiang-ngiang sejak beberapa hari terakhir di kepalaku yang seakan penuh meskipun aku yakin gak penuh-penuh amat. Apa sih yang kupikirkan? Toh, aku bukan Pak Jokowi yang harus ngurus negara. Haha..

Kok ada ya cinta terlarang? Bukankah cinta itu adalah sesuatu yang bagaimanapun bentuknya itu adalah indah? Cinta tidak selamanya terkait ero kan? Menurutku sih sah-sah aja apapun cinta itu asal tidak ada yang tersakiti. Yah, meskipun itu tidak akan pernah mungkin. Masyarakat, kumpulan manusia yang membentuknya telah membuat sesuatu yang lebih nakutin dari manusia itu sendiri. Pantesan saja, aku merasa ngerti kenapa Eddie Vedder dengan indahnya bikin lagu "Society". …"Society, you're crazy breed!".

Hal-hal simpel dibikin sulit, yang gak ada diada-adain, yang gak logis dilogis-logisin, hal yang kecil  digedhe-gedhein, yang gedhe dikecil-kecilin, dan seterus-seterusnya. Apakah benar masyarakat seperti itu? Bisakah masyarakat kehilangan kemanusiaannya? Ngeri! Daripada menjadi zombie dalam kumpulan manusia yang hilang manusianya, apa mending kabur? Seperti si Alexander Supertramp yang meninggalkan segalanya karena sudah muak dengan 'society'?! 


Wooh… Badai pun datang! Badai di kepala datang lagi… Tanganpun mulai gerah ingin menari. Sepertinya pemanasanku sedikit berhasil. Dari cinta terlarang ke gilanya society. Pengen kabur jadinya. Tapi, semua juga mungkin tahu, kabur hanya bagi pecundang. Dan, aku tentu tak ingin jadi pecundang. 

Mending nyanyi dulu nih, 'Cinta Terlarang' dan 'Society'. Sungguh dua lagu yang gak nyambung baik genre maupun kisahnya.. Hehehehe... 







Selamat Pagi! 


Semua ini berawal dari ketertarikanku pada Beyonce atau yang lebih dikenal dengan julukan Queen Bey, bisa dibilang satu dari 'the sexiest women on earth'. Aku menjelajah jagad Youtube untuk sekedar menikmati alunan merdu suara sang Ratu. Hingga pada satu lagu super romantis berjudul 'Drunk In Love' yang dinyanyikan Queen Bey dan suaminya Jay Z. Tak lengkap rasanya jika menonton video di Youtube tanpa melihat sekilas komentar para viewer. Lalu, aku temukan komentar menarik, "I don't understand why someone like her can fall for Jay Z who has no sex appeal at all. What happen with her sex life now? Is it already dead?". Yang kemudian, komentar itu dijawab dengan sangat menarik juga, "She falls for Jay Z because he has a sexy idea. She falls for it!". 

Look at how Queen Bey staring at Jay Z, kind of cute! (img source: here)

Nah lho, di sanalah awal aku kepikiran dengan konsep sexy mind. Apa sebenarnya itu? Sekuat apakah keseksian pikiran ini hingga bisa melampaui batasan-batasan fisik?

Bagaimana menjalani dan memandang kehidupan, bagaimana membebaskan diri dalam ekspresi tak terbatas, dan bagaimana bersikap jujur pada nurani, seperti itu mungkin konsepnya yang bisa kucoba jabarkan. Tentu tidak semua orang bisa seperti itu, sama halnya tidak semua orang punya sex-appeal yang kuat secara ragawi. Orang-orang dengan pemikiran yang unik pasti akan menjadi menonjol di antara sekumpulan orang di dunia yang semakin terasa palsu ini. Ketertarikan pada sesuatu yang unik adalah bawaan manusia, basic instinct barangkali. Kalau sudah tertarik pasti jadi kepo, bawaannya ingin tahu terus. Kalau sudah begitu pasti akan mendekat dan semakin dekat. Byarr! Jadian deh. Hehehe.. 

Terlepas bagaimana pun wujud dan bentuknya, seseorang dengan sexy mind pasti akan selalu mendapatkan pengagumnya. Aku pun demikian, ketertarikanku pada seseorang boleh saja berawal dari fisik karena itu yang memang pertama bisa terlihat. Tapi, pemikiran yang jujur dan penuh petualangan adalah pesona tiada akhir bagi diriku yang selalu ingin punya teman yang seru. Teman yang bisa mengimbangi perangkat lunak di otakku yang liar. Agar sampai kapanpun nanti, aku tak perlu men-downgrade (Ups! Bisa jadi aku terlalu meninggikan diriku sendiri. Hehehe.. ) diriku sendiri hanya untuk sekedar menjadi compatible dengan seseorang yang tak pernah bisa kupahami. Begitu pula sebaliknya, aku takut juga jadi men-downgrade orang lain. Karena itu juga aku mudah jatuh hati pada orang-orang yang cerdas, bebas, dan liar. 

Yoi... Ada gak ya orang seperti itu? Pastinya ada lah. Aku percaya selalu hal itu. Dan kalau sudah kutemukan, seseorang dengan 'sexy and beautiful mind' itu pasti akan kuperjuangkan mati-matian agar selalu bisa bersamaku. ðŸ˜‰

Aku pun ingin jadi sexy, makanya aku coba jujur pada diri sendiri. Sudahkah ada yang tertarik? Hehehe...

Lalu, mengalunlah sendu lagu 'Jatuh hati' dari Raisa,... Ya, cinta memang banyak bentuknya. 

"... Ku terpikat pada tuturmu. Aku tersihir jiwamu. 
Terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia. 
Ku ingin kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu. 
Ku tak harus memilikimu, tapi bolehkah ku selalu di dekatmu... "




"For someone with the most beautiful and sexiest mind I've ever found, please let me always be by your side."



Mahameru 2013


Ngapain sih harus naik gunung? Pernah gak sih mendengar pertanyaan ‘basi’ itu? Tentunya, para pendaki gunung sudah seringkali mendengar pertanyaan ‘ngapain’ ini berulang kali sampai bosan. Nah, apa yang akan teman-teman pendaki jawab? Pasti macem-macem jawaban, dan tak sedikit pula yang bahkan tak bisa memberikan jawabannya. Saking bingungnya, dan tidak tahu juga sebenarnya ngapain sih mereka mendaki? 

Aku juga begitu! Aku mencintai mendaki bahkan jauh sebelum pertama kali aku mendaki. Kok bisa? Ada ceritanya itu, lain kali akan kuceritakan. Aku memulai petualanganku di gunung sejak kelas 1 SMA bersama organisasi pecinta alam (Sispala) di sekolahku saat itu. (Terimakasih untuk OP2A Persada! Satu hal terbaik di masa abu-abuku selain cinta monyetku dulu.) Gunung Merbabu adalah gunung yang pertama kucoba daki meskipun pada akhirnya aku tidak sampai di puncak tertingginya kala itu. Aku pernah mendengar orang berkata, "Hanya ada 2 kemungkinan setelah orang pertama kali naik gunung: Kalau gak kapok ya pasti ketagihan." Nah, aku masuk yang golongan terakhir. Aku ketagihan! Sejak saat itu, mendaki gunung seakan menjadi rutinitas yang bahkan kalau setahun saja tidak ngicipin gunung akan membuatku gelisah. Hingga aku kuliah dan bergabung di LAWALATA-IPB, kenal dengan dunia pecinta alam se-Indonesia, lulus, dan sampai saat ini jadi kuli kantoran, keinginanku untuk bercinta dengan hutan dan gunung seperti tak pernah padam. Bagaimana ketekunan dan kesetiaan itu terjaga? 

Merbabu 2002(?)

Merapi 2003
Selalu ada alasan untuk segala sesuatu. Jika tak bisa menjelaskan, itu hanya belum tersadari saja. Secara naluriah manusia pasti memiliki motif untuk setiap perbuatannya. Perlu usaha dan waktu juga untuk mendapatkan apa yang kita cari itu. Aku pun pernah tidak paham hingga bingung sendiri. Kegalauanku mencari arti pendakian, berpuncak sesaat setelah aku turun dari pendakian Gunung Sindoro di Jawa Tengah di tahun 2008. Saat itu, tiba-tiba aku melamunkan, merenungkan, menggelisahkan dan mempertanyakan alasan mendasar kenapa aku selalu mendaki dan mendaki. Aku mencari apa yang kucari? Yah, seperti itulah. Mirip lirik lagu ya? Ha... Bahkan, aku sampai berkaca-kaca meski tak sampai menangisinya. Hingga bertahun-tahun kemudian, aku menemukan alasanku sendiri kenapa aku tidak bisa untuk tidak naik gunung. 

Sindoro 2008

Di pendakianku yang ke-sekian kali, di pergantian tahun menuju 2013, aku menghabiskan waktuku di Semeru. Bersama teman-teman yang menjadi tim terbaik pendakian yang pernah kutemui, aku menemukan alasanku sendiri. Tidak hanya itu, seorang kawan -sebut saja namanya Bang Sandi- bahkan menyebutkan 3 hal istimewa yang hanya akan kita temukan saat mendaki gunung. Tiga hal yang disebutkan itu adalah sesuatu yang kuanggap memang benar adanya. Dan, aku bisa menjadikan ini pula sebagai alasan yang kucari, kenapa selama ini aku selalu mendaki dan mendaki. Ini pula menjadi penguat hati, bahwa apa yang kucintai ini bukan sekedar bayangan semu yang tidak berwujud atau hanya sekedar obsesi.

Ini sebut saja Bang Sandi : p

"Ada 3 hal yang bisa kita dapatkan dengan mendaki gunung", kata Bang Sandi. Apa itu?

1. Kita bisa mengenal alam dari dekat. Kita bisa merasakan, melihat, menyentuh dan menjiwai apa yang terjadi dengan alam kita. Hutan lebat, kabut yang tebal, air jernih yang mengalir, udara dingin yang menusuk, pasir yang berdebu, dan banyak hal yang bisa kita rasakan di sana. Ada keindahan dan kedamaian yang tidak akan tertandingi saat kita benar-benar bisa bersama dengan alam. Tak hanya keindahan, kadang getir dan sedih pun muncul saat kita melihat banyaknya sampah, hutan yang rusak, tanah yang longsor dan air yang tercemar. Bisakah rasa ini hadir saat kita tak pernah mengenalnya? Tidak bisa. Meskipun tak bisa disangkal bahwa sering kerusakan yang menyesakkan dada ini terjadi akibat ulah 'mereka yang mengaku juga sebagai pendaki dan pencinta". 

2. Kita bisa mengenal teman kita. Aku percaya bahwa mengenali seorang sahabat, itu bukan hal yang mudah. Kita bisa saja tahu, kita bisa saja sering bertukar senyum dan sapa, hingga bercanda bersama, tapi apakah kita cukup mengenal mereka? Menghabiskan waktu bersama di alam dapat membantu menjawab pertanyaan itu. Mendaki gunung dapat membuat kita mengenal lebih dalam teman-teman kita. Alam mendekatkan manusia seakan menghilangkan sekat yang terbentuk dari kehidupan sehari-hari yang penuh dengan intrik dan aturan. Tak hanya sesekali tapi seringkali, aku mendapatkan kejutan dari teman-temanku yang ternyata memiliki sifat dan karakternya masing-masing. Tidak ada yang sempurna, bahkan akupun pasti begitu bagi mereka. Namun, kehangatan yang tercipta saat bercengkerama dalam tenda, dengan segelas kopi panas yang kita minum bersama-sama adalah sesuatu yang sangatlah mahal. Dan aku, aku mencintai kalian semua, sahabat-sahabat yang pernah menemaniku menikmati perjalananku selama ini. 


Salak I - 2014, tak ada ngalahin hangatnya tenda kita ya..:) 
dan gak ada yang ngalahi serunya poto-poto seperti ini. Oro-oro Ombo 2013

atau serunya masak-masak seperti ini! Salak - Mossa, 2014

3. Kita bisa mengenal diri kita sendiri. Bahkan, terkadang seseorang tak mengenal dirinya sendiri. Akupun demikian. Mendaki mengajarkanku bahwa aku adalah sesosok jiwa yang tidak selamanya sama dengan apa yang kupikirkan. Aku tak pernah menyangka bahwa aku akan selalu mengeluh saat aku kelelahan, atau bahkan menangis saat aku merasa tak kuat lagi melangkahkan kakiku yang semakin berat, atau aku akan menjadi orang yang apatis saat kedinginan, pemarah saat kecapekan, ataupun menjadi aku-aku lain yang aku bahkan tak tahu sebelumnya. Aku pun juga tak pernah menyangka bahwa langkah kaki yang kukira lemah ini bisa mencapai titik tertinggi yang terkadang bagai mimpi. Aku tidak akan pernah tahu sisi diriku itu jika aku tak pernah mendaki!

Kerinci 2008

Kerinci 2008, With Abus Siraj, salah satu partner mendaki terbaikku!
Tiga hal itu kemudian akan membawa kita pada satu hal yang bisa merangkum semua. Kita akan mengenal Tuhan dan kebesarannya. Mendaki akan membawa kita pada pengalaman spiritual yang berbeda. Seorang kawan -sebut saja Embang- sering melakukan perjalanan sendirian, entah naik gunung atau hanya jalan ke hutan, untuk mencari pengalaman ini. Dia pernah berkata bahwa dia merasa dekat sekali dengan Tuhan saat tak ada lagi sesuatu di sekitarnya selain alam yang liar. Sendirian menghabiskan malam di Mandalawangi - Pangrango dan dikelilingi lolongan anjing hutan, itulah salah satu cerita Embang yang kuingat. Ya, meskipun aku sendiri tidak akan berani melakukan perjalanan solo seperti itu. Lagi pula itu terlalu berbahaya, kecuali mungkin para profesional dan juga para penekat. 

Akupun punya alasanku sendiri yang kutemukan setelah aku turun dari Semeru. Aku sangat mencintai jawaban yang kutemukan itu. Kenapa? Ya karena akhirnya semua kegalauanku sirna dan kemantapan hatiku semakin dalam tertanam. Aku pun tak kan pusing lagi menjawab atas pertanyaan 'Ngapain sih naik gunung?'. Bagi yang berteman di Facebook denganku mungkin pernah melihat postinganku saat itu. Alasan sederhana kenapa aku mencintai mendaki gunung. 

Satu hal sederhana saja: Bahwa aku ingin kasurku menjadi hal paling mewah dan bahwa tidurku menjadi tidur paling enak di dunia. Semua itu bisa kudapatkan dengan mendaki gunung!

Sejak itu pula aku jadi tahu kapan aku harus mendaki lagi. Saat tidurku gelisah dan kasurku mulai gak nyaman, itu pertanda adanya panggilan. Saatnya mendaki lagi! Yok, ke mana lagi kita kawan?!


"Why do I love hiking so much?" Finally, I got the best answer for that question. I got it in my journey to Mahameru. "Yes, I love hiking BECAUSE after hiking, my bed become the most comfortable place in the world". - Aku 2013 -
Pangrango 2011

Salak 4 - Desember 2014
----------


img source: here


Tak ada jawaban yang benar atas dua pilihan yang sulit. Tak ada yang tepat saat kita dihadapkan pada opsi dilematis.

  • Suatu hari, kamu sedang berada di tepi jurang. Ada dua orang yang paling kamu cintai, ayah dan ibumu, sedang berada di ujung jurang dan memerlukan bantuan kamu. Kamu hanya bisa menyelamatkan satu di antara mereka. Siapa yang akan kamu selamatkan?
  • Atau di jurang itu, kamu harus memilih menyelamatkan kakak atau adik kamu? Teman atau kekasihmu? Dirimu atau orang lain?

Sulit bukan? Semua pilihan terasa salah. Aku tidak tahu apa itu buah Simalakama tapi orang sering mengindentikkan kejadian semacam itu sebagai Simalakama. Sepusing apapun kamu berpikir, jawaban yang paling tepatpun tak akan muncul. Akan selalu pembenaran, alasan, excuse, dan berbagai argumen pilihan yang diambil. Tapi apakah sebenarnya jawaban yang benar?

Bagi kamu yang pernah nonton anime atau bac a manga Hunter X Hunter pasti tahu jawabannya kan? Yup. Jawaban yang benar adalah diam saja. Diam mewakilkan sikap tidak bisa memilih yang berarti tidak ada jawaban yang benar dengan memilih salah satu jawaban. Nah, hal yang sama juga pernah dilontarkan oleh salah seorang kawan yang cukup cerdas bernama Si Bolong. Dia pernah memberikan pertanyaan yang dilematis seperti itu dan pada akhirnya memberikan jawaban yang sama. Tidak pernah akan muncul satu jawaban yang benar.

Tapi seperti juga pertanyaan Gon, aku juga selalu kepikiran hal yang sama. Pertanyaan yang paling penting adalah apa yang akan kita lakukan jika kita dihadapkan pada hal yang nyata? Bagaimana jika pilihan menyakitkan itu harus kita ambil? Musti dan kudu! Seperti ketika Jack harus memilih menyelematkan dirinya sendiri atau kekasihnya Rose di film Titanic. Atau kisah papan Carneades dari filsuf yang dijuluki si akademik skeptik dari Yunani, Carneades. Siapa yang akan menyalahkan Jack seumpama dia menyelamatkan dirinya dirinya sendiri alih-alih Rose? Tidak ada! Tapi tak ada juga yang menyalahkan dia saat melakukan sebaliknya. Apa ini artinya?

Jack n Rose di Titanic :(
img source: here
Pilihan yang kita ambil dalam kondisi dilematis akan menunjukkan siapa kita. Dan catatan pentingnya adalah, siapapun kita adalah tidak salah. Ketika kita harus memilih ibu dibanding ayah, ketika kita memilih diri sendiri dibanding orang lain, memilih anak dibanding orang tua, dan lain-lain sebagainya.  Siapa yang mau menyalahkan?

Dan tibalah bagian paling sulit. Bagaimana cara kita memilihnya? Ah, di antara 2 pilihan berat paling enak ya pakai undian. Bukankah begitu? Terkait bagaimana harus memilih, aku tidak tahu harus berkata apa. Aku tidak tahu. Dalam situasi mendesak dan tak ada waktu untuk berpikir, aku tidak bisa membayangkan itu. Biarlah alam bawah sadar yang menuntun pilihan saat akal sudah buntu. Tenang saja, soalnya dalam hal ini tak ada yang benar, pun tak ada yang salah.

Nonton anime sambil berfilsuf! :D

Gon, Leorio dan Kurapika dicegat Lady Quizzer yang memberikan pertanyaan dilematis
img source: here

Nenek kuis aka Lady Quizzer
img source: here