Tampilkan postingan dengan label Love story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Love story. Tampilkan semua postingan


Semua ini berawal dari ketertarikanku pada Beyonce atau yang lebih dikenal dengan julukan Queen Bey, bisa dibilang satu dari 'the sexiest women on earth'. Aku menjelajah jagad Youtube untuk sekedar menikmati alunan merdu suara sang Ratu. Hingga pada satu lagu super romantis berjudul 'Drunk In Love' yang dinyanyikan Queen Bey dan suaminya Jay Z. Tak lengkap rasanya jika menonton video di Youtube tanpa melihat sekilas komentar para viewer. Lalu, aku temukan komentar menarik, "I don't understand why someone like her can fall for Jay Z who has no sex appeal at all. What happen with her sex life now? Is it already dead?". Yang kemudian, komentar itu dijawab dengan sangat menarik juga, "She falls for Jay Z because he has a sexy idea. She falls for it!". 

Look at how Queen Bey staring at Jay Z, kind of cute! (img source: here)

Nah lho, di sanalah awal aku kepikiran dengan konsep sexy mind. Apa sebenarnya itu? Sekuat apakah keseksian pikiran ini hingga bisa melampaui batasan-batasan fisik?

Bagaimana menjalani dan memandang kehidupan, bagaimana membebaskan diri dalam ekspresi tak terbatas, dan bagaimana bersikap jujur pada nurani, seperti itu mungkin konsepnya yang bisa kucoba jabarkan. Tentu tidak semua orang bisa seperti itu, sama halnya tidak semua orang punya sex-appeal yang kuat secara ragawi. Orang-orang dengan pemikiran yang unik pasti akan menjadi menonjol di antara sekumpulan orang di dunia yang semakin terasa palsu ini. Ketertarikan pada sesuatu yang unik adalah bawaan manusia, basic instinct barangkali. Kalau sudah tertarik pasti jadi kepo, bawaannya ingin tahu terus. Kalau sudah begitu pasti akan mendekat dan semakin dekat. Byarr! Jadian deh. Hehehe.. 

Terlepas bagaimana pun wujud dan bentuknya, seseorang dengan sexy mind pasti akan selalu mendapatkan pengagumnya. Aku pun demikian, ketertarikanku pada seseorang boleh saja berawal dari fisik karena itu yang memang pertama bisa terlihat. Tapi, pemikiran yang jujur dan penuh petualangan adalah pesona tiada akhir bagi diriku yang selalu ingin punya teman yang seru. Teman yang bisa mengimbangi perangkat lunak di otakku yang liar. Agar sampai kapanpun nanti, aku tak perlu men-downgrade (Ups! Bisa jadi aku terlalu meninggikan diriku sendiri. Hehehe.. ) diriku sendiri hanya untuk sekedar menjadi compatible dengan seseorang yang tak pernah bisa kupahami. Begitu pula sebaliknya, aku takut juga jadi men-downgrade orang lain. Karena itu juga aku mudah jatuh hati pada orang-orang yang cerdas, bebas, dan liar. 

Yoi... Ada gak ya orang seperti itu? Pastinya ada lah. Aku percaya selalu hal itu. Dan kalau sudah kutemukan, seseorang dengan 'sexy and beautiful mind' itu pasti akan kuperjuangkan mati-matian agar selalu bisa bersamaku. ðŸ˜‰

Aku pun ingin jadi sexy, makanya aku coba jujur pada diri sendiri. Sudahkah ada yang tertarik? Hehehe...

Lalu, mengalunlah sendu lagu 'Jatuh hati' dari Raisa,... Ya, cinta memang banyak bentuknya. 

"... Ku terpikat pada tuturmu. Aku tersihir jiwamu. 
Terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia. 
Ku ingin kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu. 
Ku tak harus memilikimu, tapi bolehkah ku selalu di dekatmu... "




"For someone with the most beautiful and sexiest mind I've ever found, please let me always be by your side."



Bermimpi dalam kenyataan
Aku mencintaimu dalam mimpiku
Kamu yang nyata
Cinta yang nyata
Hanya kisahnya yang maya...

Aku mencintaimu sebatas mimpiku
Kisah indah yang hanya kutahu sendiri
Yang lahir karna sekilas tatapmu
Melahirkan jutaan imaji tak terbatas

Kamu juga mencintaiku
Di dalam mimpi
Kamu pun pernah bilang padaku,
"Jangan takut untuk terus melanjutkan mimpi,
karena bagaimanapun aku sangat mencintaimu."

... manis...
Tapi sayang, semua itu dalam mimpi,

Kenapa mimpiku begitu nyata?
Mimpi ini terlalu indah, terlalu sempurna,
terlalu sayang untuk kuakhiri
Aku malas bangun
Aku takut semua berakhir

Karena kamu yang nyata,
bahkan mungkin tak pernah bisa hidup dalam fantasiku
Karena kamu yang nyata,
mungkin tak akan pernah mencintaiku
Jikapun mungkin kamu,
Entah kenapa aku yakin kamu terlalu angkuh

Mungkin bukan angkuh, tapi mungkin ini terlalu berat
untukmu dan pula untukku
Jikapun mungkin perasaan kita sama, mungkin, jalan kita lain
Tapi kenapa kita bisa bertemu?

Kamu ke Barat, aku ke Timur, lewat jalan berlainan pula!
Tapi, kita bertemu di sini

Hebatnya cinta!
Tapi tak sehebat juga! Karna toh tak bisa menyatukan jalan pilihan kita
Padahal aku mencintaimu sampai hampir gila

Karena nyata terlalu menyakitkan
dan mimpi terlalu sempurna untuk kutinggalkan,
Aku memilih untuk tidur dan bermimpi,
Dan tetap jadi Putri Tidur yang berangan dicintai




(Yuk ngomongin cinta)


Tentang cinta yang tak pernah padam,
meski nyala berubah warna,
dia tetap menyala

Mencoba mencari-cari definisi,
Apakah itu?
Gairah datang dan pergi
Rindupun tak selalu menggebu
Rasa pun terkadang hambar

Nyaman kadang membingungkanku dengan takut akan kehilangan,
takut sendirian,
takut kesepian.
Terpaksakan di tengah gelisah kepastian?

Argh,...!
Rumitnya cinta itu.

Tak adakah yang bisa memisahkan antara rasa romantisme berbunga-bunga dengan ketakutan atas kesepian? Kepentingan ber'status'?
Tak mungkin semua beraduk menjadi kesatuan murni.
Semua bersyarat,
Hitungan.

Komitmen, janji, rayu, ahh...
Omong kosong semuanya.
...
Dangkal!
Palsu!

Protes pada arti yang diajarkan, makna yang didefinisikan.

Kurasa itu salah,
meski aku tak yakin jika benar itu ada

Setiap yang hidup dan berotak pasti berpikir.
Mau jujur atau tidak?

Bagiku, cinta itu sederhana
Rasa bahagia ketika seseorang mengirim kabar saat dia di jalan sana,
saat satu puisi sederhana membuatku berjingkrak seperti gila.

Ini bukan negosiasi,
Ini bukan hitungan untung-rugi,

Meski jujur,
Kubertanya, bisakah terus begini?




YIN YANG of the Heart

Di suatu obrolan dalam mobil, di satu perjalanan dari Portland menuju Corvallis, aku menemukan sesuatu hal yang membuatku MIKIR (dengan tekanan intonasi gaya Cak Lontong). Obrolan tentang apa itu sampai bisa-bisanya membuatku menulisnya di tulisan ini? Kami sedang mengobrolkan tentang pernikahan, tentang pasangan hidup dan peran laki-laki perempuan. Aih, berat kali nampaknya. Memang. Makanya MIKIR! (kangen Cak Lontong jadinya. Selesai nulis ini langsung nge-Yutub ah.)

Obrolan diawali dengan kisah seorang kawan, seorang wanita yang sangat sukses di karirnya yang jelas bukan orang Indonesia, yang memilih untuk lajang di usianya yang 40 tahun. Si kawan tersebut pernah berkata bahwa pernikahan di negerinya yang masih masuk dalam budaya Asia, tidak memberikan posisi yang nyaman bagi wanita bahkan cenderung merugikan. Wanita banyak yang harus mengalah untuk kepentingan keluarga barunya, suaminya, anak-anaknya bahkan di adat negerinya, seorang menantu perempuan harus mengurus keluarga mertuanya.Untuk itu, dia kadang harus meninggalkan pekerjaannya dan berkonsentrasi untuk kerja rumah tangga yang tiada henti. Arghh....! Meski tidak harus begitu juga sih. Tapi itu gambaran umumnya.

Laki-laki juga memilih calon istrinya yang cenderung membuatnya lebih superior, Lebih kaya, lebih pintar, lebih ini, lebih itu, dll. Tak rela rasanya jika si wanita mengalahkan si pria meski dalam hal sekecil apapun. Ini masalah harga diri, katanya. Benarkah demikian? Kok rasa-rasanya aku kenal pola ini ya. Rasanya kok mirip ya. Oh iya, jadi inget doktrin dari jaman penjajahan dulu, "Laki-laki kan imam ye katanya, pemimpin gitu. Yang namanya pemimpin kan harus unggul. Mana ada pemimpin kalah pamor dari yang dipimpin. Iya kan? kali-kali aja gitu."

Kemudian si kawan itu juga berkata, "Aku tak mau kehilangan hidupku. Aku tak mau waktuku kuhabiskan untuk melayani orang lain. Aku bukan pembantu!". Widihhh, ekstrim bener kan ya. Tapi gak ada salahnya juga sih, doi kan orang penting dan sangat pintar, masa sih harus jadi pembokat di rumahnya sendiri? Kan gak lucu juga. Katanya, laki-laki di negerinya (yang padahal maju itu) lebih suka memilih istri dari kalangan biasa-biasa saja, yang gampang diatur, dibentuk dan dikendalikan. Pada tahu kisah Yamato Nadeshiko dari Jepang kan? Nah, mirip-mirip begitu. Perempuan yang bisa dibentuk adalah idaman para laki-laki. Tentus saja si kawan ini menolak mentah-mentah, "Aku gak mau pura-pura jadi bodoh hanya untuk dapat laki-laki". Hahaha,.. dalem bener kan.

Tapi masa iya sih, laki-laki gak suka perempuan pinter? Kalo dikaitkan sama si Yamato Nadeshiko, ya nyambung. Gimana mau nge-bentuk seorang perempuan jika perempuan itu pintar, lebih parahnya lagi jika yang ingin nge-bentuk agak kurang pintar. Hehehe... Tidak masuk akal sedikit langsung sikat. "Emang lu siape!", ekstrimnya mungkin gitu. Gak ding, becanda doang kalimat terakhir itu. Jangan tersungging.

Aih, aku jadi inget seorang kawan yang lain lagi. Dia pernah menuliskan padaku, "Eh, lu cari orang bule aja Net. Kalo lu di Indonesia lu gak bakalan nikah-nikah!". Jleb!!!! "Anjrit! Kena deh." Dalemnya itu sampai nusuk ulu hatiku. Skip  dulu bagian ini.

Nah, jika wanita-wanita mandiri,pintar dan sukses di Asia tidak bisa menemukan pasangan yang mereka mau, solusinya adalah cari pria bule. Katanya pria bule bisa lebih menghargai wanita, lebih menghormati privasi dan hak-hak satu sama lain. Intinya pria bule lebih modern lah, gak kolokan (katanya lagi nih). Wah, nampaknya ini solusi yang baik kan. Selain dapat laki-laki idaman yang menghargai perempuan, dapat bonus anak blasteran yang pasti unyu-unyu. Kali-kali aja laris jadi artis sinetron kayak di Indonesia yang tipinya bertaburan muka-muka blaster.

Tapi tunggu dulu! Bagian yang paling mikir ada setelah ini.

Kawanku yang lainnya lagi (lain ke-2, jadi ada 3 orang kawan ceritanya), yang asli wanita Amerika mengatakan bahwa hal serupa kadang juga terjadi di negeri Paman Sam ini. Tapi ini agak berkebalikan. Ceritanya adalah wanita-wanita di Amerika (mungkin juga Eropa) kebanyakan sangat mandiri baik secara finansial maupun yang lainnya. Mereka juga mendapat pendidikan yang baik. Nah yang model-model begini kan susah diaturnya, sedangkan sebagian laki-laki di sini masih menginginkan menjadi sosok pemimpin di keluarganya. Si laki-laki ini ingin punya istri yang nurut tapi susah nemunya di negeri sendiri. Jadi gimana? Gampang! Cari aja di luar negeri! Dan negeri-negeri Asia adalah target empuk. Perempuan-perempuan Asia terkenal nurut laki-laki dan cenderung pendiam. Pas sesuai kriteria kan.

Si kawan ke-3 ini juga mengatakan bahwa fenomena laki-laki bule menikahi wanita Asia sudah banyak terjadi. Tapi kebalikannya sangat jarang (wanita bule dan laki-laki Asia). Dia nantangin juga, "Coba saja cari pasangan interrasial ini. Pasangan mana yang lebih banyak?". Ehm, iya sih. Banyakan yang laki yang bule, perempuannya dari Asia.

Nah kembali ke temanku yang ke-2. Aku kan jadi mikir ya. Kalaupun gak ada mau sama aku di Asia gara-gara aku gak nurutan, dan toh akhirnya aku cari bule. Tapi oh tapi, si bule juga banyak yang mau sama wanita Asia karena nurutan. Halahh,..! Ini gimana toh? Kan gak nyambung ya. Misal nih, aku mau cari laki-laki yang jadi 'partner' bukan 'leader' sampai jauh-jauh ke tanah seberang. Lalu laki-laki di tanah seberang juga nyari wanita yang bisa jadi 'follower' bukannya 'leader/partner'. Lalu apa yang terjadi jika kedua orang ini bertemu?

Ya Runyam pastinya. Wong sama-sama tidak mendapat apa yang dicari.

Luasnya samudera tidak menjamin, budaya pun tidak juga, apalagi cuman warna kulit, rambut dan mata. Logika cari pasangan bule dengan alasan biar bisa menghargai wanita, bagiku sudah rontok dan tidak berlaku. Tidak ada hubungannya. Ini terkait langsung dengan gaya berpikir, pandangan hidup, dan kepercayaan (ini bukan agama ya). Seseorang, apapun latar belakangnya, memiliki sifat dan cara berpikir yang khas. Nah, itulah yang kucari.

Aku mencari seseorang yang nyambung cara berpikirnya denganku. Aku tahu aku unik dan beda, dan aku ingin memperjuangkan itu. Aku tidak ingin warnaku hilang karena salah pilih 'partner'. Akupun tidak ingin menghilangkan warna orang lain karena bagiku itu jahat. Paduan warnapun juga akan tercipta. Jadi akan ada 3 warna. Hehehe... Itu yang kupercaya.

Aku punya waktuku, dia punya waktunya, dan kami punya waktu bersama. Itulah prinsip warna bagiku.

Aih berat amat ya. Maunya banyak! Kapan nemunya ya? Hahaha... Pertanyaan standar yang sering ditanyakan dari dulu, juga olehku sendiri. Trus dengar sebuah lirik lagu nih,:

"Kita sepakat bila rasa yang sesungguhnya tak mudah didapat, perlu ada pengorbanan, perlu ada perjuangan,.." (Asmara Nusantara - Budi Doremi)

Jadi sadar. Berjuang dan berkorban. Itulah jawabannya. Mendapatkan apa yang diinginkan kan tidak mudah. Kalau terlalu mudah malah tidak seru ya. Hahh,... jadi ngantuk.. Tak terasa sudah 6 tahun berjuang ya....


Ah Budiiiii,...

Ampun bingung deh mau ngungkapin apa tentang si Budi satu ini. Terlalu banyak hal yang ingin diungkapkan malah bleng.
Budi yang mana ini? Budi bapakku? Ah tentu bukan. Budi ini penyanyi, pencipta lagu. Budi si seniman. Budi yang muda dan sangat mencintai tanah air yang sama denganku. Budi Doremi namanya, entah nama aslinya. Budi yang telah membuatku jatuh cinta dengannya melalui cintanya pada nusantara.

Musik yang gampang didengar, lirik sederhana dan jujur serta ekspresi yang unik tak dibuat-buat.

Budi Doremi (dari video 'Satu hari yang cerah')

Coba dengar kisah sejoli dari Wakatobi dan Raja Ampat yang menjalin cinta di antara luasnya lautan melalui kisah 'Asmara Nusantara'. Meskipun jauh tapi mereka menemukan cinta yang kata Mas Budi ini 'rasa yang tak mudah didapat'.  Memang benar, menemukan cinta itu gak mudah. Apalagi mempertahankan dan memperjuangkannya. Wehhhh... Ampuunnn... Tapi kata Budi itulah intinya.

Perjuangan melawan jarak antar pulau itulah yang indah. 'Oh indahnya bercinta di Nusantara!.  Ah, kalau aku sih maunya dari Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi ya.. Hehehehe..

Bait pertama lirik lagu ini juga lucu dan menggoda. Coba simak:

Waktu itu kamu pakai baju merah 
Yang ku tahu aku pakai baju putih 
Kita bergandengan menyusuri kota 
Dan cinta kita seperti indonesia

Lucu kan.. Padahal cuman kebetulan membahas baju merah sama putih doang, tapi ujung2nya tuh baju disamakan dengan Indonesia. Ah, meskipun dipaksa nyambung meski gak terlalu nyambung, tapi kok dapet banget ya rasanya. Yah, itulah Indonesia. Cintakupun seperti Indonesia. Meski gak nyambung tapi kok rasanya nyambung banget gitu deh. Hehe...

Nusantara, Ibu Pertiwi Indonesia memang tak ada duanya. Mana ada negara kepulauan yang cantik secantik Indonesia. Kecantikan yang terwujud karena perbedaan dalam persatuan. Woww... 

Aku harap kisah cintaku juga bisa seperti Asmara Nusantara ini. Perbedaan dan jarak itulah yang membuat Nusantara indah. Memang butuh perjuangan dan tak mudah. Tapi cerita yang kelak tertulispun akan menjadi karya indah dari kisah cinta di bumi Nusantara ini. Ah, jadi kangen rumah dan seseorang dari lain pulau di Nusantara sana.. Oh, Budi.....

Kita tulis cerita yang takkan kita lupa
Bersama di bawah langit senja 
Kita nyatakan saja pada mereka lewat sebuah lagu 
Asmara kau dan aku 
di bumi yang indah 
di khatulistiwa
 


 


Apakah itu perasaan galau gundah gulana?
Apakah itu hasrat gelora membara?
Apakah itu memberi dan menerima?
atau 
Apakah itu ketergantungan pada jiwa lainnya?

Ah, banyak nian arti satu kata itu.

Setiap jiwa sepanjang masa punya definisinya sendiri.
Karena cinta adalah rasa, yang tidak bisa diukur tingkatnya.
Seperti bertanya lebih bagus mana antara merah dan jingga.

Aku juga punya
Satu definisi tentang cinta

CINTA ADALAH KETIKA NYAMAN BERSAMA NAMUN TAK TERENGGUT RUANG GERAKNYA. 

Saat eksistensi sebagai manusia pribadi dan ego tidak hilang hanya karena harus bersama. Itulah bagiku cinta. Kita bisa bersama namun kita masih manusia dan jiwa yang berbeda. 
Hanya yang bisa mengerti definisi cintaku yang akan bisa merebut hatiku.
Dan jika orang itu memang ada, aku tak akan pernah menyerah untuk mendapatkannya. 

Bukankah begitu ya..




Tentang perasaan, kebingungan, keterombang-ambingan, keegoisan,...
Tentang apapun itu tentang perasaan

Apakah benar aku ada untuk seseorang? Apakah benar seseorang ada untukku?
Apakah benar ada seseorang yang akan melengkapiku? Dan akulah pelengkapnya?
Apakah nyata jika seseorang berkata padaku, "Kamu melengkapi hidupku."?

Hah....  Aku terheran-heran! Memang hidupku tidak lengkap apa?!
Dan apakah aku harus menunggu seseorang hanya untuk berkata, "Akhirnya hidupku lengkap."?

Ha7..
Pertanyaan yang konyol kupikir saat ini, dan aku juga sempat berpikir seperti itu untuk waktuku berangan-angan indah,... tentang  seseorang, tentang perasaan.

Tapi, seseorang 1, seseorang 2, 3 dan seterusnya hanya menjadi pelengkap untuk sementara waktu, toh pada akhirnya hanya ada aku, dan akhirnya timbullah konklusi di pikiranku,
"That's all just bullshit!"
Saat ini...
....
Hmmmm,...
Aku sudah lengkap tanpa orang lain melengkapiku, dan aku tidak akan memelas menunggu hal-hal yang absurd dan tidak pasti. Untuk apa?! Aku punya semua yang kubutuhkan. Kepercayaan, keyakinan, lingkungan, teman-teman, ...
Jadi untuk apa lagi aku menunggu hal yang menyesakkan pikiran?

Meski pada akhirnya aku mengakui jika ini menyesakkan. Entahlah??

Sepertinya aku masih patah hati. Patah hati yang membawa logikaku kembali.


----




Aku bukan orang yang sabar, tapi untukmu aku relakan waktuku. Semenitpun adalah mahal untukku, tapi demi kamu berjam-jampun kubiarkan berlalu.

Siang menjelang sore. Saat kutengadahkan langit, matahari tidak segalak biasanya. Bias silau itu tidak ada, terbaur mendung abu-abu merata di setiap horison yang kulihat. Mungkin sebentar lagi hujan? Karna angin sepoi-sepoi yang makin membuat mataku redup sepertinya  berkata demikian.

Kulihat sekelilingku, kuraba dengan tatapanku. Kira-kira tempat mana yang cocok untuk aku berteduh jika nanti hujan? J. Di depan tempatku duduk, terhampar lapangan rumput lengang. Kontras sekali dengan sekelilingnya yang dihiasi oleh gerobak-gerobak kecil pedagang kaki lima dan beberapa manusia dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang berjualan pulsa, makanan ringan, minuman, mie ayam dan masih banyak di seberang sana yang tak ku ketahui apa yang mereka jual. Mataku terlalu jauh menangkap pemandangan kecil 100 meter di depanku. Sedangkan di belakangku hanya ada beberapa warung dengan teras sempit. Dengan asumsi, jika nanti jadi hujan dan aku berteduh di sana aku akan tidak enak jika tidak beli sesuatu. Yah, memang sih, budaya ewuh-pakewuh masih ku bawa dari Jawa, tanah kelahiranku.

Yasudahlah, lupakan soal hujan yang tak pasti datang. Karna kabar angin tak selalu benar kan?
Sudah 1800 detik lebih aku menunggumu di lapangan ini. Sudah banyak hal yang aku coba lakukan untuk membunuh waktu, menghilangkan perekat mata yang makin kuat, isyarat rindu yang sangat dalam si tubuh pada sang kasur. J..hey. Tapi rinduku padamu, tentunya bisa mengalahkan itu semua.pasti.

Pertama aku membuka buku. Rencana pertama yang memang sudah kuniatkan untuk membunuh waktu aku menunggumu ini. Sudah kubawa dari kosanku buku berjudul “Dasar-Dasar Hukum Kehutanan”. Baru 3 halaman saja, dan bagaikan sirep yang sering dipakai maling untuk membius si empunya rumah agar terlelap. Aku ngantuk berat.

Lupakan baca buku, maen game HP saja. tapi ternyata lowbat. Menulis kerangka essay? Sudah kucoba juga, tapi memang hanya terhenti sampai kerangka saja. Hemmmm

2.38 pm

Sudah 10 menit aku menulis ini. Baru saja aku perhatikan di sebelah kanan depan tempat aku duduk, terlihat anak-anak SMP sedang berlatih baris-berbaris dan meneriakkan sesuatu yang membuat perhatianku teralih. Mungkin bunyi, tanda siap? Kualihkan sejenak pandanganku ke mereka seraya mengalihkan otakku pada kenangan lima setengah tahun lalu saat seragamku masih abu-abu. Saat aku dulu juga pernah belajar berbaris dan menjadi bagian dari Pasukan Pengibar Bendera sekolah. Ha. . Suatu kenangan manis yang terasa sudah lama sekali. Aku jadi ingin pulang ke kampung untuk reunian dengan teman-temanku dulu. Tapi sepertinya teman-temanku juga sudah tidak di kota itu lagi, seperti aku, saat inipun berada di sini, jauh dari tempat yang kurindukan saat ini.

Jauh di seberang sana, kulihat berdiri dengan gagah sebatang pohon yang sepertinya adalah beringin. Pohon yang paling gagah, paling tegap di antara sekelilingnya. Memancarkan daya tarik kemegahan yang menawan mata. Memang sih, horison depan mataku saat ini tertutup barisan hijau pepohonan yang membentuk pagar hidup. Sungguh menawan, memancarkan kehidupan, menawarkan damai yang entah dari mana tak bisa kudeskripsikan.

Suatu realita hukum alam jika hidup harus berdampingan dengan mati, jika kaya harus bersebelahan dengan miskin. Begitu jugakah...? Pohon-pohon hijau itu harus bertetangga dengan sungai di baliknya, memaksanya untuk menjadi penjaga dan sekailgus saksi betapa sungai itu telah merana. Sungai itu telah kehilangan kemegahannya. Mengertikah kamu? Lupakan saja, tapi tolong pikirkan.

2.54 pm

Saat kuangkat kepala, kubuyarkan bayangan Ciliwung dan kulihat di depanku sudah lebih banyak yang berkumpul di tempat ini. Aktivitas meningkat disini. Latihan tim sepak bola yang telah mengisi kekosongan lapangan. Orang-orang yang hanya sekedar nongkrong, duduk-duduk dan anak-anak yang melintas dari pulang sekolah. Seperti rutinitas satwa yang aktivitasnya tinggi di pagi dan sore hari, lapangan ini pun sepertinya begitu juga.

3.05

Angin semilir sudah menjadi lebih dingin. Langit abu-abu merata, kini semakin gelap di tengah-tengahnya, seperti membentuk tudung di atas sana. Kekhawatiranku akan sang hujan muncul lagi. Tapi tak ada apapun yang bisa kulalukan. Aku tak mampu mencegah air-air itu turun.

Aku masih menunggumu datang untuk menjemputku.

Burung-burung gereja di tengah lapangan kadang-kadang muncul di permukaan, terbang rendah dan kemudian hilang lagi di rerumputan. Indah.... Kulihat sambil lalu dan mengawang pada saat-saat aku menunggumu, bukan hari ini, tapi dulu, di suatu saat yang telah silam. Rentang waktu yang tidak akan kembali, tapi menyisakan tapaknya sampai nanti. Aku ingin mengenangnya. Setelah kupaksa pikirku, aku memilih untuk hanya merasakannya, tidak untuk menulisnya di sini.

3.10 pm

Kira-kira satu jam lagi kamu datang menjemputku. Satu jam telah berlalu dan satu jam lagi yang masih harus kulalui. Tapi tidak apa, untuk bisa mendapat perhatianmu, untuk bisa semotor berdua denganmu, aku rela. Meski harus berjam-jam pun.

Tempat aku duduk saat ini sungguh sangat nyaman. Aku menyukainya. Ada 5 buah tempat duduk seperti ini di lapangan ini, berjajar menghadap lapangan dengan naungan tajuk lebat dari pohon-pohon angsana yang entah berapa puluh tahun umurnya. Angin sore yang mendingin menyisir daun-daun angsana yang rapat-rapat itu, membentuk gelombang gerakan yang aku yakin sekali jarang ada yang memperhatikan. Karena aku sendiripun sangat jarang memperhatikannya.

Aku mulai bosan untuk menulis, bukan karna tak ada yang bisa kutulis, tapi karna sepertinya perekat mataku mulai beraksi lagi. Aku rasa juga bahasaku sudah mulai kacau..... biarlah....

Aku masih semangat menunggumu menjemputku. Sambil ditemani 3 keping biskuit, aku berhenti menulis dan mulai menikmati manis krim vanilla.

3.25

Baru saja SMS mu sampai. “ Aku ke sana sekarang”. ...... senang sekali rasanya. Aku akan menunggumu. Aku akan bertahan di tempat dudukku, melihat apapun yang bisa kulihat, menulis apa yang bisa kutulis.

Saat aku menunggumu menjemputku, aku menemukan kerinduanku.

------- menunggu adalah hal yang membosankan, tapi selalu ada cerita dibalik penantian meski hanya dengan sedikit membuka mata----

img source: here
"I need to find my self first, before I found someone" 

Tiba-tiba satu kalimat itu muncul di otakku tepat ketika aku membuka mata di pagi yang sudah menjelang siang. Mimpi apa aku semalam? aku juga lupa. Hanya saja perasaan lega ini masih terasa ketika aku bangun. 

Menjadi sesuatu hal yang agak menggelisahkan memang waktu-waktu ini. Di saat satu persatu teman sudah memulai yang katanya "hidup baru", dan aku masih berada di 'hidup lama' yang semakin lama justru tidak pernah membuatku bosan. Jika dibilang rakus, iya aku memang rakus. Banyak hal yang sangat ingin kucoba satu-persatu, dan bahkan jika bisa sekaligus dalam waktu yang menurut beberapa orang semakin terbatas untukku.
Benarkah demikian ya? Jika iya, berarti selama ini aku sangat boros waktu. Jika sudah sedemikian terbatas, maka kemana saja aku selama ini ya? 

Dan tiba-tiba keinginan untuk menemukan 'separuh hatiku' muncul. Entah yang separuh itu sebenarnya benar-benar bagian dariku atau hanya 'sesuatu' saja. Karena aku sering yakin bahwa aku ini adalah 'paket komplit' tanpa apapun, tanpa siapapun. Ya tapi jujur, rasa rindu akan sesuatu yang lain itu sering juga muncul. Jika kupikir, aneh. Kenapa seseorang harus bersama seseorang yang lain untuk merasa dirinya lengkap? Benar-benar masih aneh bagiku. 

Mungkin semua argumenku bisa saja adalah ungkapan iri-ku atas kebahagiaan teman-temanku yang telah menemukan seseorang dan telah berhasil menjalin komitmen tingkat dewa dalam janji pernikahan. Sedangkan aku? Aku masih berjuang di sini memerangi atau malah berteman dengan ambisi, ego, mimpi, cita-cita, dan banyak hal lain yang jika kudaftar seakan waktu yang kumilki sampai seratus tahun lagi-pun takkan bisa memenuhinya. Dan kadang aku merasa bahwa menemukan seseorang dan menjalin komitmen dengannya bisa mengancam keberadaan 'aku' saat ini. Akankah 'aku' akan hilang? Sumpah aku takut jika demikian. 

Namun aku memiliki seorang inspirator, seorang temanku yang sangat aku banggakan, yang sangat tahu tentang apa yang diinginkannya, bagaimana caranya, dan yang paling penting adalah 'dia melakukannya'. Sering aku menangis "Oh Tuhan, betapa aku juga ingin seperti dia". Aku ingin menemukan 'aku' yang paling orisinil. Dan sampai sekarangpun aku masih merasa sebagai seorang 'KW'. Terlalu banyak kekhawatiran, terlalu banyak ketakutan, dan terlalu banyak pertimbangan. 

Bukan karena semua itu jelek, hanya saja semakin aku menunda menuju orisinalitasku rasanya semakin aku menjauh dari jiwa lain yang segera ingin kutemukan. Ya, karena sebelum aku bisa berkomitmen dengan orang lain, tentu aku harus punya komitmen dengan diriku sendiri. Dan sebelum aku menemukan orang lain, aku harus menemukan diriku sendiri dulu. Semakin dekat aku dengan 'aku' maka semakin dekat juga 'dia'.

Untuk seseorang yang sebenarnya kurasa sudah kutemukan, sepertinya aku harus lebih bersabar.... karena aku percaya...

Dari buku yang aku baca, aku pernah ingat ada kalimat menarik yang diucapkan oleh Pamela Anderson :

“Jangan pernah jatuh cinta dengan orang yang kamu temui ketika sedang liburan”.

Apakah ini juga berlaku untuk sesuatu yang mirip dengan “liburan”?
Cinta lokasi memang menjadi penyakit yang menjangkiti banyak orang, mungkin juga aku. Aku tidak bisa lepas dari semua yang biasa terjadi terhadap orang. Ya... tidak bisa lari dari kodrat sebagai seorang wanita biasa. Yang selalu mudah jatuh cinta.
Haaa.....

Akal sehat bertarung dengan hasrat. Dan aku tidak ingin mengalahkan keduanya, sehingga semua memiliki porsi seimbang. Aku masih bisa berpikir jernih, dan hasratku tidak terabaikan. Sebuah kemenangan yang saling menguntungkan.

Dengan cinta lokasi yang memang benar-benar hanya di lokasi. Aku ingin jatuh cinta hanya sampai di sini. Menguntungkan tanpa membawa perasaan. Kesenangan tanpa resiko kesedihan.

Ada juga sih, pertanyaan yang lebih masuk akal: “apakah hal seperti itu ada?”

Ya, tentu tidak hanya aku, banyak di luar sana yang mengerti tentang kondisi ini.
Aku senang dapat menjadi orang yang terjangkiti virus ini. Karena memang menyenangkan. Aku sengaja tenggelam di dalamnya. Sekedar untuk membuatku bersemangat selama musim liburan ini.

Mari kita buat liburan yang menyenangkan dan penuh dengan kesan.
Mari kita cinta lokasi. Dan ketika kembali nanti, selesailah sudah mimpi. Tidak untuk dilupakan, namun untuk diingat dalam ingatan pribadi bahwa dimana ada liburan sendiri, disitulah saatnya kita menyambut sang “Cinta Lokasi”.

---------------------