Tampilkan postingan dengan label Chinese Painting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Chinese Painting. Tampilkan semua postingan
Kenapa Cina disebut negeri kerajaan bambu? Pasti salah satunya karena banyak bambu di sana. Cina memiliki kurang lebih 400 spesies atau 1/3 dari seluruh spesies bambu di dunia.Bambu paling banyak diproduksi salah satunya di selatan Sungai YangTse. Kaitan antara sungai dan bambu memang erat sepertinya. :)

Bambu u/ tanaman hias




Selain banyak, bambu juga banyak digunakan oleh orang-orang Cina untuk berbagai keperluan. Pada jaman dulu, bambu dipakai untuk menulis (seperti fungsi kertas). Bilah-bilah bambu dijalin untuk dijadikan alas tulisan. Mungkin kamu yang sering nonton film kolosal Cina sering melihat gulungan bambu bertulis. Selain itu, bambu juga dipakai untuk senjata panah, bahan bakar, rajutan topi, alas kaki, dan banyak lagi. Aku pun yakin jika orang yang pertama kali makan rebung adalah orang Cina. Su Dongpo(1037-1101), sebuah literatur dari Dinasti Song (960-1279) menyebutkan bahwa orang tidak dapat hidup tanpa bambu.Sampai sekarang pun bambu masih sangat penting bagi masyarakat Cina. Bambu dipakai untuk bahan furnitur, sumpit, sendok, bahan bangunan, dan fungsi lainnya.

Pentingnya bambu dalam budaya dan kehidupan orang Cina, menempatkan bambu sebagai ikon hampir di setiap hasil karya dari Cina. Sebut saja lukisan Cina, pasti tak ada yang menyangkal bahwa lukisan bambu sangat identik dengannya. Dalam arsitektur bangunan biasanya akan terdapat ukiran bambu di kayu-kayu penyusunnya. Beberapa minggu yang lalu pun aku berkunjung ke Lan Su Chinese Garden di Portland, Oregon dan menemukan ukiran bambu.

Bambu @ Lan Su CG

Aku jadi teringat tanah air Indonesia. Peran bambu dalam sejarah bumi pertiwi ini pasti semua tahu. Sejak SD aku diajarkan bahwa pejuang jaman dulu melawan penjajah dengan bersenjatakan bambu runcing. Bambu menempati posisi tinggi dalam sejarah RI. Bambu juga adalah rumah bagi para pribumi. Aku masih ingat benar, rumah kakek nenekku yang berdinding bilik bambu. Penopang genteng juga dari bambu. Belum lagi kerajinan bambu. Teman-teman di Bojong Gede (Bogor-Jabar) juga sangat terkenal dengan bangku bambunya. Ah, banyak sekali manfaat bambu memang.

Tapi pertanyaannya, adakah bambu dalam budaya kita? Mungkin ada, hanya saja tidak sepopuler lukisan ataupun ukiran Cina. Tapi apa? Aku belum tahu. Jika ada yang tahu tolong saya ditunjukkan.

Entah kenapa rumpun bambu kadang identik sebagai tempat mangkalnya setan dan jin. Kenapa kisah-kisah horor banyak dikaitkan dengan bunyi berderit bambu tertiup angin. Kenapa ya? Mungkinkah ini sama ceritanya dengan kisah hutan larangan tempat jin buang anak? Bentuk konservasi tradisional kah? Ah masa demikian sih. Jadi mikir, "Kenapa konservasi harus diidentikkan dengan dedemit?". Atau memang ada demitnya?

Aih aih. Budaya Cina diakui atau tidak menyebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Nah, pengaruh budaya bambu Cina di Indonesia, itu yang aku belum tahu benar. 

(Jadi kangen ke Bojong Gede lagi nih, nongkrong bareng di saung bambu, di hutan bambu pinggir Kali Ciliwung). Gimana kabar teman-teman ya? Bang Udin dkk. Semoga selalu baik. )

Nongkrong bareng di saung bambu Bojong Gede. photo by: M Muslich


Keep Kepo.. Keep curious!

(KWAN IM PO SAT)

---Desember kemarin aku berkesempatan mengunjungi sebuah klentheng di Pecinan Semarang. Klentheng itu namanya Tay Kak Sie (Hanzi: 大覺寺). Ada sebuah rak buku di ujung ruangan klentheng. Ketika kubuka salah satu buku, kulihat ada bab tentang ajaran welas asih. Jadi ingat Dewi Kwan Im - sang dewi welas asih. Kubaca-baca ajaran itu, ada sejumlah ajaran yang menurutku sih sangat indah. Jadi kufoto dan kusalin di sini. Menyebarkan kebaikan itu juga baik kan? Terlepas apapun keyakinan dan agama, kebaikan dan kemanusiaan adalah universal. Itu yang kutahu. Berikut ini adalah salinan ajaran welas asih.---

Yang harus dilaksanakan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari:


  1. Jika orang bikin kita susah, anggaplah itu adalah tumpukan rejeki.
  2. Mulai hari ini, belajarlah setiap hari menyenangkan orang lain.
  3. Jika kamu merasa pahit dalam hidupmu untuk suatu tujuan, itulah kebahagiaan.
  4. Lari dan berlarilah yang cepat untuk mengejar hari esok.
  5. Setiap hari kamu sudah harus merasa puas dengan apa yang kamu miliki saat ini.
  6. Setiap kali kalau ada orang yang memberi kamu satu, kamu harus mengembalikannya 10 kali lipat.
  7. Nilailah kebaikan orang lain terhadap kamu, tetapi hapuslah semua jasa yang pernah kamu berikan kepada orang lain.
  8. Dalam keadaan benar kamu difitnah, dipersalahkan dan dihukum, maka kamu akan mendapatkan pahala.
  9. Dalam keadaan salah kamu dipuji dan dibenarkan itu merupakan hukuman.
  10. Orang yang benar kita bela,tetapi yang salah kita beri nasehat.
  11. Jika perbuatan kamu benar, kamu difitnah dan dipersalahkan tetapi kamu menerimanya, maka akan datang rezeki yang datang kepadamu berlimpah-ruah.
  12. Jangan selalu melihat kesalahan/ mengecam orang lain, tetapi selalu melihat diri sendiri. Itulah kebenaran.
  13. Orang yang baik diajak bergaul, orang yang jahat dikasihani.
  14. Kalau hati kamu senyum, hati kamu senang, pasti kamu akan aku terima.
  15. Dua orang saling mengakui kesalahan masing-masing, maka dua orang itu akan bersahabat selamanya.
  16. Saling salah-menyalahkan, maka mengakibatkan putus hubungan.
  17. Kalau kamu rela dan tulus menolong orang yang dalam keadaaan susah, maka jangan sampai diketahui bahwa kamu sebagai penolongnya.
  18. Jangan membicarakan sedikitpun kejelekan orang dibelakangnya, sebab kamu akan dinilai jelek oleh si pendengar.
  19. Kalau kamu mengetahui orang itu berbuat salah, maka tegurlah langsung dengan kata-kata yang lemah lembut hingga orang itu menjadi insaf.
  20. Doa dan sembah sujudmu aku terima, apabila kamu bisa sadar dan menuruti jalanku.


Barang siapa yang memperbanyak dan ikut serta menyebarkan ajaran welas asih Avalokitesvara Bodhisattva ini akan mendapatkan pahala yang tak terhingga.


---------

Tarian Katak di Kolam


"Carilah ilmu sampai negeri Cina" -pepatah-

Kolam berkabut
(Hasil latihan 09/01/2013)
'Jika tak mampu, minimal pergilah ke Pecinan' -aku-


Dulu sempat terbersit tanya dalam hatiku (mirip lirik ya?hehehe), "Kenapa harus Cina? Kenapa ga ke India, Eropa, Amerika, atau malah Indonesia (yang dulu katanya Atlantis ini)?". Pastilah negeri besar itu punya sesuatu yang lebih, sampai orang-orang pun dianjurkan berguru ke sana. Kebesaran negeri tirai bambu itu memang sudah tersohor sejak dulu, bahkan sejak 'mungkin katanya' kita belum masuk jaman sejarah, ribuan tahun sebelum masehi, boro-boro Kutai Kertanegara sudah muncul (ingat kan kalo Kutai yang katanya kerajaan tertua ini berdiri sekitar 400M,..). Tidak perlu disebutkan semua kebesaran China karena aku tidak ingin membahas sejarah ataupun hal-hal 'rumit' lainnya. I want to talk about Chinese Painting.


Ya. Salah satu ilmu yang wajib dituntut dari Cina adalah ilmu melukisnya. Lukisan Cina yang khas dengan tinta bak dan sapuan kuas itu tanpa sengaja membuatku jatuh cinta. Tidak sengaja karena aku bertemu sang inspiratornya juga tidak direncanakan sebelumnya. Memang aku belum mampu pergi ke Cina namun aku pernah ke Pecinan. Pecinan Semarang tepatnya, tempat dimana keagungan Cina masih menampakkan wujudnya meskipun jauh di rantau tanah Jawa. Dan dialah sang guru Bapak Suharto Martanto (Tan Eng Tiong) yang mengajarkanku pertama kali melukis dengan kuas dan tinta cina. Rasanya,.. sesuatu banget.... 

Tidak butuh waktu lama untukku agar bisa menyukai seni baru ini. Aku memang menyukai lukis, gambar, sketsa dan sejenisnya sudah dari kecil dulu. Dan lukisan cina memberikan sebuah sensasi lain yang tak akan didapat dari crayon, cat, pensil, atau pena. Goresan tinta yang tidak mengenal ulangan, sapuan garis yang harus tegas dan percaya diri, serta gradasi warna yang menawan telah menjadi daya tarik yang tidak kutemukan di media lain. 

Saat ini, 2 minggu sejak pertama kali aku memegang kuas bertinta hitam cina, aku berikrar (ehm,...) akan mempelajari lebih lanjut tentang lukisan cina ini. Aku ingin nanti di rumahku kupajang lukisan besar hasil karyaku sendiri. Atau jika nanti ada yang teman yang menikah akan kukado dengan lukisanku juga. Atau jika ada teman yang mau akan kubuatkan juga. Kusertai dengan puisiku juga. Karena disamping melukis aku juga sering membuat puisi. Mimpi lama jadi pujangga. 

Puisi dan lukisan. Bukankah mereka pasangan yang serasi? Hehehe..

Yah meskipun aku belum sempat ke Cina, di Pecinan aku juga bisa dapat ilmu dari Cina. Hitung-hitung nyicil. 

Guruku punya FB dan twitter. kalo ada yang mau follow FB: Suharto Martanto /@suhartomartanto
Kalau mau ketemu langsung datang saja ke Pecinan Semarang, Gang Warung (tanya2 orang sana hampir semua tahu si bapak itu). 

Lukisan si Bapak Tan Eng Tiong
img source: here

------------