Melalui tulisan ini aku hanya ingin menyampaikan sesuatu, membuktikan sesuatu kepada seorang teman yang katanya sedang mengalami kebuntuan dalam menuliskan sesuatu di pikirannya. Dia ingin menulis tapi selalu buntu dan berakhir dengan jari-jari yang tiba-tiba diam 'speechless' di atas keyboard. Hah, kok bisa? Bisa saja  itu. Melalui tulisan 10 menit ini aku ingin katakan kepadanya bahwa apapun itu bisa ditulis, meski hal-hal yang mungkin tidak penting, tidak masuk akal, seperti tidak nyambung dan tidak 'patut' rasanya. 



Hei teman, menulis itu hanya persoalan untuk menuangkan isi kepala dan rangkaian kata. Yasudahlah, ikuti saja apa kata kepalamu itu. Ikuti saja sampai dia terpuaskan. Jangan ikuti gangguan monyet-monyet editor yang selalu menggodamu untuk menghapus kalimat pertama. 10 menit saja kamu coba lawan monyet-monyet sialan itu dan kamu akan temukan kemenangan indah yang tak terkira. Kejutan penuh dengan warna yang akan membuatmu ternganga. Hah, kok bisa ya aku nulis seperti ini? kok bisa ya aku merangkai kata-kata ini? Dan banyak pertanyaan lain yang akan membawamu pada sebuah dimensi baru. Hehehe. Mungkin ini lebay, berlebihan, tapi percayalah bahwa momen 10 menit ketika kamu bisa mengalahkan monyet editor itu sungguh sangat menyenangkan.

Pernah suatu kali aku mencoba ritual 10 menit itu untuk bertarung melawan malasku yang sudah memuncak. Dan tahukah kamu? Haa,.... Aku melahirkan satu puisi panjang, perenungan dalam satu cerita puitis yang berisi tentang fragmen hidupku. Aku terheran-heran betapa ternyata otakku bekerja begitu rupa sampai-sampai aku tidak mengenalinya. Kamu perlu coba deh. 

Jangan sampai kamu kalah oleh kebuntuanmu itu. yakinlah bahwa itu semua bisa dilawan dengan kamu membebaskan otakmu untuk menari-nari sesuai keinginannya dengan diwakili oleh tarian jemarimu di atas keyboard kaku itu. Ayolah, aku tahu kamu bisa. Seperti kamu bilang sebelumnya, bahwa kamu bisa lancar untuk bicara lisan, menuangkan isi kepala dalam suara. Sekarang tinggal kamu rubah saja, tinggal kamu coba buka laptop, nyalakan, tentukan satu hal yang ingin kamu lakukan, siapkan 10 menit dan mulailah menari. Kamu bisa, kamu dapat. Seperti tarian jariku ini yang sudah  mencapai batas waktu 10 menit yang kuberikan padanya. Aku akhiri ocehan tidak karuan ini. Yah, meski acak dan mungkin aneh, tapi tulisan ini mewakili apa yang ada di otakku selama 10 menit ini.

Ayo menulis..

Special to Roma

'Aku yakin 100% jika aku itu lurus, ga aneh-aneh. Terkecuali, untuk dua orang . Mereka yang membuatku ragu akan kelurusanku. Hahahaha.. Ya, mereka adalah Lana Del Rey dan Amber Heard. '

Lana Del Rey dan Amber Heard adalah dua sosok yang bagiku sangat mempesona. Sungguh, aku benar-benar jatuh cinta, jika boleh disebut demikian, kepada mereka. Yang satu musisi, satunya lagi aktris. Ehm,... Kecantikan, keseksian dan pesonanya benar-benar lintas gender. Tidak hanya kaum Adam yang kepincut, yang sama-sama Hawa saja jadi gregetan. Ini benar. Kupikir aku yang aneh, tapi kemudian aku menemukan bahwa ternyata banyak juga yang merasa demikian.

Amber Heard n Lana Del Rey

Lana Del Rey - The Goddest of Poet Music

Lana Del Rey aka Elizabeth Grant adalah musisi berkebangsaan USA. Aku mengenalnya sejak tahun 2010. Telat sih, tapi tidak apa-apa. Sekali mendengar suaranya yang menimbulkan aura mistik aku langsung tertarik. Kucari-cari semua lagu dan musik yang ditulisnya. Dan wow, aku jatuh cinta dengannya. Lagu-lagu yang ditulisnya benar-benar unik, antik, mistik, dan ehm sesuai seleraku, sesuai bayanganku akan lagu-lagu yang bisa membuka portal dunia sadar dan dunia bawah sadar. Wedeww, serem banget ya. Tapi memang itulah. Lirik-lirik artistik yang tidak umum, musik yang indah dan juga suaranya yang merdu. Perpaduan itu disempurnakan dengan fisiknya yang sungguh cantik. Jadilah suatu perpaduan artistik sempurna. Dan aku suka.

Amber Heard - Sexiest Woman Alive

Aku adalah fansnya Johnny Depp. Amber Heard adalah salah satu dari dua perempuan yang bisa membuatku 'tidak lurus'. Dan Amber Heard adalah kekasihnya Johnny Depp. Oh God... Tiba-tiba kepikiran hal-hal yang aneh nih. Hahahaha.. No no no.. Lupakan. Hehehehe... "Yah, dua-duanya pacar khayalan gue." - Eh, tetep.

Amber Heard yang kukenal lewat "The Rum Diary" sungguh mencuri perhatianku. Bukan karena aktingnya yang bagus, tapi karena 'dirinya'. Ya. Rasanya aku tidak pernah melihat perempuan secantik dan seindah dia. Sumpah deh, ngiler bener-bener ngiler. Wajahnya, ekspresi, matanya, gesturnya, pas banget. Pantesan Johnny Depp mau sama doi sampai mau dinikahin. Ehm, denger-denger Amber pernah jadi bi- ya? Wooo.. Betapa beruntung pasangannya itu.  Errrr....


Cukup-cukup. Kalau ini diteruskan bisa-bisa tambah ngelantur. Aku hanya ingin menuliskan betapa dua orang ini benar-benar 'mahkluk Tuhan paling Sexy'.







Siapa saja pembeli/ konsumen beras organik Al Barokah?

img source: here

Konsumen dalam uraian ini aku definisikan sebagai pembeli beras Al Barokah. )Pembeli bisa berarti mereka membeli untuk kepentingan konsumsi sendiri ataupun untuk dijual kembali. Jadi konsumen di sini siapa saja yang membeli beras organik Al Barokah.

Konsumen beras Al Barokah, menurut lokasinya seperti dijelaskan sebelumnya dapat dibedakan jadi 2 (di kota dan desa sekitar). Kesamaannya yaitu tingkat ekonomi dan pendidikan.

Konsumen berdasarkan satuannya:
  1. Konsumen perorangan/ keluarga: konsumen yang membeli untuk konsumsi sendiri/ keluarga
  2. Konsumen instansi: konsumen berbentuk instansi untuk konsumsi yang lebih banyak/ tidak perorangan, misalnya Rumah Sakit dan koperasi dinas, perusahaan ritel.

Konsumen berdasarkan motifnya:
  1. Konsumen beras untuk konsumsi biasa. Konsumen ini membeli beras sehat karena mengetahui manfaatnya untuk kesehatan dan rasa yang enak. Konsumen ini bisa saja beralih ke beras konvensional tapi tetap memilih beras organik.
  2. Konsumen beras untuk alasan kesehatan. Konsumen yang membeli beras organik karena menderita gangguan kesehatan tertentu, misalnya penderita diabetes. Konsumen jenis ini bisa dikatakan terpaksa mengkonsumsi beras organik karena sudah dilarang mengkonsumsi jenis lain dengan alasan kesehatan.
  3. Konsumen distributor. Konsumen jenis ini berlaku sebagai distributor. Mereka membeli beras untuk kemudian dijual lagi kepada konsumen lain.

Perlu diingat bahwa petani penghasil juga mengkonsumsi berasnya sendiri, jadi bisa saja digolongkan sebagai konsumen. Tapi berdasarkan definisi yang kubuat sendiri yaitu konsumen adalah pembeli maka tidak masuk. J

Kerjasama dengan Paguyuban Tani lain

Paguyuban Al Barokah tergabung dengan 35 paguyuban petani lain di Jawa Tengah di SPPQT yang terbentuk tahun 1999. Kerjasama ini menguatkan ikatan para petani di Jateng dalam wadah organisasi yang solid.

Manfaat dari pertemanan dan jaringan ini adalah salah satunya (seperti disebut di sebelumnya) adalah dapat membantu menyediakan stok beras organik jika pasokan terbatas. Pertemanan ini juga dapat memberikan informasi jika ada peluang pasar atau informasi penting lainnya.

Harga Beras Organik Al Barokah 2014

Tabel perbandingan harga per varietas
No
Varietas beras
Harga jual (Rp)
1
Menthik Wangi Super
12.000
2
Pandan Wangi
11.500
3
Beras Hitam Arang
22.500
4
Beras Merah Cempo Saodah
13.000
5
Beras Merah Anoman
13.000
6
Beras Merah Putih
13.000
7
Beras Merba
13.000
8
Beras Wangi Melati
11.500


Kendala pertanian: Hama Tikus

Dalam 2-3 tahun terakhir ini, wilayah pertanian di Ketapang dan Kaliwungu diserang oleh hama tikus. Hama tikus ini merusak sawah-sawah bahkan sampai menyebabkan gagal panen. Kerusakan yang ditanggung oleh petani konvensional lebih tinggi dibanding petani organik. Jika petani biasa bisa gagal panen, maka petani organik hanya akan menderita kerugian sampai 20-30%.
Bagaimana mengatasi hama tikus ini? Burung Phyto Alba adalah musuh alami tikus sawah. Paguyuban petani mengatasi serangan hama tikus dengan membuat rumah burung di tengah-tengah sawah. Dibuat pula Perdes yang mengatur larangan mengganggu burung itu. Sampai saat ini, cara itu cukup berhasil mengurangi kerusakan yang disebabkan tikus sawah.

Konsumen berbicara tentang Beras Organik

Bu Astuti , seorang pelanggan tetap beras organik Al Barokah menceritakan pengalamannya mengkonsumsi beras organik. Bu Asih bekerja di Dinas Pendidikan Kab. Semarang. Awalnya Bu Asih mengetahui produk beras organik dari bazaar pertanian. Bu Astuti membeli produk beras Al Barokah dan merasakan jika beras yang dikonsumsinya rasanya enak dan lebih pulen. Jenis beras yang waktu itu dibeli adalah jenis menthik wangi. Ketika mengetahui bahwa produksi beras organik Al Barokah dekat dengan tempat tinggalnya, maka sejak saat itu Bu Astuti dan keluarganya rutin menjadi pelanggan beras organik Al Barokah. 

Kelebihan beras organik seperti yang disampaikan oleh Bu Astuti adalah:
  1. Rasanya lebih enak dan pulen
  2. Cepat kenyang jadi tidak perlu makan terlalu banyak
  3. Tahan lama dan tidak cepat basi. Beras merah bisa tahan 2 hari tanpa basi
  4. Baik untuk kesehatan. Kakek Bu Asih yang menderita asam urat, tidak pernah kambuh sakit lagi setelah mengkonsumsi beras merah organik.

Harga beras organik memang lebih mahal dari beras konvensional, tapi Bu Astuti harga itu cukup pantas mengingat kualitas beras yang tinggi dan manfaatnya yang besar bagi kesehatan dan juga untuk kelestarian lingkungan. Perbedaan harga itu dinilai wajar. Tapi sayangnya pemikiran seperti Bu Astuti belum banyak dimiliki oleh tetangga-tetangganya. Ketika aku tanyakan siapa tetangga sekitar yang mengkonsumsi beras Al Barokah, Bu Astuti tidak tahu dan tidak yakin jika tetangganya juga membeli beras organik Al Barokah. Alasan yang sama: harga yang mahal.

Beras yang biasa dibeli oleh Bu Asih adalah jenis menthik wangi dan beras merah atau beras hitam. Untuk masak sehari-hari, bu Asih mencampur beras putih dengan beras merah atau beras hitam. Anak-anak Bu Asih tidak menyukai warna beras yang terlalu gelap sehingga beras harus dicampur.

Ibu Nurul adalah saudara dari Pak Mustofa. Pak Mustofa mengenalkan beras organik pada keluarganya. Pada awal mencoba, Ibu Nurul langsung merasakan enaknya beras organik. Rasa enak inilah yang memotifasi Ibu Nurul untuk tetap menjadi pelanggan beras organik.

Selama ini Ibu Nurul tidak pernah kesulitan untuk mendapatkan pesanan berasnya. Kualitas beras organik Al Barokah tidak diragukan oleh Bu Nurul. Ibu ini termasuk sangat memperhatikan konsumsi pangan keluarganya. Dia tidak pernah memasak ayam negeri, telor ayam negeri, dan tidak menggunakan MSG untuk masakannya. Dengan umurnya yang menjelang 50 tahun, dia harus berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan. Satu hal yang sulit dihentikannya adalah kebiasaan makan gorengan. J (saya juga)


Sertifikasi beras organik Al Barokah membuat Ibu Nurul semakin yakin kualitas beras Al Barokah. Namun demikian, Bu Nurul tetap percaya meskipun tidak ada sertifikasi itu. ‘Rasa tak pernah bohong’, katanya. Bu Nurul sendiri adalah orang yang peka terhadap makanan tidak sehat. Sekali dia makan sembarangan, biasanya akan terjadi gangguan kesehatan. Dia juga kenal baik dengan Pak Mus, sehingga sepenuhnya percaya dengannya. 

---

Jadi begitulah sekilas tentang beras organik Al-Barokah dan para pembelinya. Jika manfaat yang didapatkan sangat besar, kenapa tidak kita juga ikut menngkonsumsi beras sehat hasil produksi petani kita sendiri? Mengkonsumsi beras organik dari petani sendiri sama dengan mendukung para petani di negeri ini, negeri yang katanya 'agraris' ini. 

Yuk mengkonsumsi beras organik. 
[CATATAN LAPANGAN]

Suatu hari ketika kebetulan aku sedang di kampung halaman, Boyolali tercinta. Aku berkesempatan mengunjungi sebuah desa bernama Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Di sana aku bertemu dengan Pak Mustofa, petani dari Paguyuban Petani Al Barokah yang memproduksi beras organik Al Barokah yang ternyata cukup terkenal. Satu kunjungan singkat yang menyadarkanku bahwa aku lebih perlu mengenal rumahku, daerahku. Salut untuk Pak Mustofa, kelak aku juga akan pulang untuk membangun kampung halamanku. :-)

18 Maret 2014,

Aku sampai di terminal Boyolali jam 6 pagi. Niatnya ingin naik bus Sumber Jaya yang memang lewat jam 6 pagi, bus pertama menuju arah Karang Gede. Tapi ternyata bus telah lewat ketika aku sudah sampai di sana. Jadilah aku menunggu selama setengah jam di terminal, menunggu bus jam set 7. Aku memilih naik bus Sumber Jaya karena tidak perlu oper bus lagi. Jika naik bus Solo – Semarang maka aku harus ganti bus di Sruwen dan melanjutkan dengan mini bus jurusan Karanggede yang memang ngetemnya di pertigaan Sruwen. Jadi sama saja ujungnya. Niat untuk naik motor kuurungkan meskipun jarak tempuh dan waktu menuju lokasi lebih cepat jika naik motor, langsung ke arah utara dan tidak perlu ke Sruwen dulu. Berita kecelakaan akhir-akhir ini dan juga jarak yang cukup jauh membuatku ragu untuk naik motor. Aku punya kebiasaan ngantuk di motor dan itu bahaya sekali kan. Ongkos bus Boyolali – Susukan sebesar 7 ribu. Untuk urusan ongkos bus sebaiknya beri uang pas. Jika dibayarkan uang besar biasanya suka dimahal-mahalin, pengalaman kemarin di Solo.

Memasuki Desa Ketapang banyak terhampar hamparan sawah yang sudah mulai menguning. (Halah, kok jadi ingat iklan ARB ya? Wkwkwk). Kulihat juga satu petak sawah yang sedang dipanen. Ini bulan Maret kan. Mungkin ini bulan-bulan panen. Sebenarnya sejak masuk ke arah masuk Sruwen, pemandangan sawah mulai mendominasi landscape. Woow.. rasanya nostalgic banget. Ingin rasanya aku jalan-jalan di pematangnya. Kebiasaan waktu bocah dulu. Mau baca buku di perjalanan pun tidak jadi karena sayang jika tidak kulihat pemandangan ini.

Kondisi jalanan Sruwen – Karanggede rusak parah di beberapa tempat. Kerusakan jalan kadang membuatku yang duduk di minibus menjadi dangdutan. Jalan ini memang sering dilewati truk-truk pengangkut pasir dari Kali Wulu (? Semoga tidak salah nama). Sungai ini membawa material pasir yang berasal dari erupsi merapi. Hujan yang turun membuat pasir yang dimuntahkan merapi 3 tahun lalu turun ke bawah, membawa berkah bagi para tukang pasir. Sayangnya berkah itu membuat jalan pada rusak. Aku dengar tahun depan akan diadakan perbaikan jalan.
Dan sampailah aku di Ketapang. Jam 8 kurang seperempat. Aku turun di pangkalan ojek Sukomulyo Desa Ketapang. Dari sana naik ojek. Bilang saja ke rumah Pak Mustofa atau Al Barokah maka semua orang akan tahu, begitu juga tukang ojek ini. Ongkos ojek (mungkin) 5 ribu. Tukang ojeknya seperti tahu tentang maksud kedatanganku karena tanpa ditanya-tanya dia menceritakan masalah hama tikus di daerah ini. Sepertinya sudah sering ada orang-orang seperti aku ini? Semua orang baru yang menanyakan Pak Mustofa atau Al Barokah pasti ‘berbau’ pertanian. Hehehe. Ternyata gosip jika Pak Mus itu terkenal bukanlah isapan jempol belaka.

Aku disambut oleh Ibu Mus bersama anaknya yang masih berumur 3 tahun. Namanya Irvan, dan dia sangat lucu. Aku dipersilahkan masuk ke dalam ruang tamunya yang sederhana. Aku ditemani mengobrol sebentar dan sekitar 10 menit kemudian Pas Mustofa muncul. Lalu gantian Ibu Mus yang pergi ke belakang, membuat teh manis dan membawa kue. Lalu mulailah aku berbincang-bincang dengan Pak Mus. Banyak hal, banyak informasi sampai rasa-rasanya kepala penuh sekali. Mungkin karena memang seharian aku mengobrol dengan Pak Mus. Rencana Pak Mus untuk pergi mengantar beras ke Semarang tidak jadi dilakukan karena stoknya kurang. Jadilah hari ini Pak Mus di rumah saja, menemaniku bercakap-cakap sampai jam 3 sore. Oh God, 6 jam-an kami mengobrol. Ah, pantas saja aku ngantuk banget sekarang (jam 20.39). Apa saja yang kami obrolkan selama itu? Nah itu dia, aku sendiri juga akan sedikit banyak muter-muter nulisnya. Tapi akan kucoba merapihkannya agar lebih enak dibaca.

Sekilas Paguyuban Petani Al Barokah
Penghargaan dari Presiden untuk Al Barokah

Paguyuban petani ini berdiri sejak tahun 1998 dan Pak Mustofa adalah salah seorang pengagasnya. Tujuan utama dari pembentukan kelompok ini adalah untuk lebih mensejahterakan petani. Cara pertanian organik menjadi pilihan kelompok tani ini. Pertanian organik membuat petani lebih mandiri: menyediakan bibit, pupuk dan pestisida sendiri; pengolahan pasca panen pun dilakukan sendiri. Hal ini akan mengurangi ketergantungan petani terhadap input pertanian dari luar. Pak Mustofa menyebutnya dengan ‘petani yang memahami dirinya sebagai petani’. Kenapa demikian? Karena sudah sejak lama petani kita terjajah oleh sistem yang menjadikan petani sebagai obyek belaka. Petani tidak sadar bahwa sesungguhnya mereka bukan lagi menjadi petani sebenarnya. Bahkan secara terang-terangan Pak Mus mengatakan jika petani konvensional adalah korban dari para PPL (Petugas Penyuluh Lapangan). Para PPL ini tidak lain adalah agen penjual pupuk kimia dan obat-obat pestisida. Mereka membuat petani yang seharusnya dibimbing malah menjadi konsumen produk pabrik tersebut.

Tujuan dari Paguyuban Tani Al Barokah disebutkan ada 5, yaitu: 1) Meningkatkan pendapatan petani 2) menghapus ketergantungan petani pada input luar 3) meningkatkan nilai jual produk beras 4) meningkatkan kualitas SDM dan 5) meningkatkan posisi tawar petani dalam perdagangan beras.

Dalam wadah paguyuban ini petani belajar bagaimana kembali bertani secara organik. Pelatihan pun dilakukan bermacam-macam mulai dari pembibitan, pembuatan pupuk alami, pestisida alami dan pengolahan pasca panen. Selain proses produksi, Al Barokah juga membentuk lembaga ekonomi berwujud koperasi dan LKMA yang siap menampung dan memasarkan produk pertanian anggota paguyuban. Koperasi membeli harga beras organik petani lebih mahal daripada harga padi konvensional. Semakin banyak petani menjual padi ke koperasi maka SHU-nya juga semakin tinggi.

Aturan penjualan beras bagi petani yaitu beras yang dijual haruslah sudah dikurangi dengan jumlah yang cukup untuk konsumsi sendiri. Petani dilarang menjual seluruh hasil panen dan memenuhi kebutuhan sendiri dari membeli. Petani harus juga merasakan hasil beras yang mereka tanam. Para petani ini kadang mendapat julukan ‘petani elit’ karena memakan beras yang mahal.
Bagaimana koperasi mengetahui jumlah panen dari masing-masing petani. Bisakah petani menjual berasnya lebih daripada aturan yang disepakati? Paguyuban memiliki data/ catatan tentang setiap anggotanya (luas lahan, hasil panen, dll) sehingga bisa diperkirakan panennya. Meskipun demikian ada juga beberapa petani organik yang menjual berasnya lebih banyak dari seharusnya, dan uang itu digunakan untuk membeli beras yang lebih murah. Alasan ekonomi menjadi yang utama.

Meskipun dikenal sebagai sentra beras, tapi masyarakat di desa ini masih mendapatkan jatah beras miskin atau RASKIN. “Ini ironi sekali”, kata Pak Mus. Petani padi organik tapi diberi bantuan Raskin yang jelas-jelas kualitasnya sangatlah buruk. Tapi tetap saja Raskin itu terserap/ diterima oleh masyarakat desa, baik untuk dimakan, dijual lagi, atau keperluan lain. Pak Mus mengira jika pemberian Raskin itu bisa menggeser pangan lokal. Misal saja ada daerah yang makanan pokoknya singkong. Adanya raskin akan menggeser pola kebiasaan makan singkong menjadi makan beras. Dan itu dianggap tidak baik.

Koperasi Serba Usaha (KSU) Gardu Tani dan LKMA

Paguyuban ini membentuk sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi dengan nama Koperasi Serba Usaha Gardu Tani Al Barokah dan Lembaga Keuangan Masyarakat Agribisnis (LKMA) yang telah berbadan hukum dengan nomor 267/BH/KOK II. 1/188. 4/XI/2003tanggal 15 November 2002 dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi.

Fungsi dari KSU adalah menampung dan menyalurkan produk dari anggota paguyuban. Pertemuan rutin koperasi dilakukan setiap 3-4 bulan sekali untuk membahas perkembangan kegiatan koperasi. Pertemuan rutin hanya dihadiri oleh pengurus koperasi. Sedangkan RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang sering disebut RUBANI (Rapat Umum Paguyuban Petani) diadakan setiap menjelang lebaran. Jika biasanya RAT dilakukan akhir tahun, tapi di KSU Gardu Tani dilakukan menjelang lebaran. Ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan anggota. Ketika RUBANI, akan dilakukan juga pembagian SHU, yang akan membantu memenuhi kebutuhan uang selama lebaran. LKMA membantu petani yang membutuhkan pinjaman modal dan usaha. 

Bersambung ya...



Hari ini pas satu minggu aku di rumah, setelah sekian bulan lamanya aku tidak pulang. Dari pagi aku sudah bangun siang. Rasanya suntuk dan perasaan ini sungguh membuat pagi hariku menjadi sangat tidak menyenangkan. Hah, bahkan ibuku sendiri menjadi korban dari buruknya moodku pagi ini. Novel Pram Jejak Langkah kubaca untuk membuat hatiku lebih ringan, tapi semua gagal sia-sia. Aku masih saja bete. Ah, Tuhan. Sungguh hambamu ini sangatlah tidak baik. Aku biarkan ibuku menjadi salah tingkah dengan kediamanku yang justru juga menyakitkanku. Aku ingin mengakhiri kebekuan dalam hatiku, tapi aku tak kuasa melawan aliran emosiku yang murung. Semua serba menjadi salah dan salah.


Dan tibalah adikku dan segelas teh manis panas. Ah, basi sekali caranya. Mungkin ibuku menyuruhnya untuk membuatku lebih baik. Sempat aku merasa sinis, tapi tentu tak boleh kutunjukkan. Sudahlah. Sepertinya kali ini aku yang berlebihan. Akhirnya aku mengalah dan kuminum teh hangat itu. Dan luluhlah kesombonganku. Ah, lega yang tak bisa kudeskripsikan. Mulai kututup novelku dan kuhampiri ibuku. Aku bicara tentang beras merah yang kubawa kemarin, tentang tren pangan organik yang mulai bergema, dan tentang berbahayanya pangan-pangan dengan pupuk kimia dan pestisida.

Oh, ibuku. Meskipun tak dapat kau bacai teks-teks buku, koran atau bahkan papan nama sekalipun, hatimu,... Ya, hatimu ibu, sungguh membuatku terpaku. Hatimu lebih tajam daripada semua pisau yang pernah kugunakan selama ini. Kecerdasanmu, keleluasaan pikirmu, dan wawasan kehidupanmu mungkin tak akan pernah bisa aku tandingi. Apakah aku bisa mengalahkanmu? Aku ini hanyalah seorang egois yang selalu mengeluh pada dunia. Kenapa aku dilahirkan tanpa pilihan? Apakah aku akan terus dihadapkan pada yang tidak ada pilihan? Ah, aku sungguh tak mau. Aku tak akan sanggup hidup seperti itu. Cita-citaku selalu menjadi angin. Dari dulu. Sepoi ataupun badai.


Kemudian semua menjadi cair. Dimanapun itu teh adalah senjata yang mampu menaklukkan kesombongan dan keangkuhan hatiku. Dan adikku adalah Dewa Teh untukku. Dia yang selalu bisa membuatku luluh lantak dalam kepolosannya dan keluguannya yang tidak akan pernah pudar sampai kapanpun. Kamu anugerahku. Dan aku tidak pernah bisa mengabaikan seorang bidadari cantik seperti kamu. Ah, adikku. Sungguh ingin rasanya aku menangis dan memelukmu. Dan marilah kita ciptakan hidup kita yang damai, yang bahagia, tanpa perlu kekuatiran apapun yang menyusup kita. Sampai kapankah?