Sebagian cerita dari MeNeHe 41 hari ini :)
Tidak mudah untuk bisa bertemu dan berkumpul dengan kawan lama. Tapi, tidak sulit juga. Seperti pula malam ini. Tanpa basa-basi, tanpa rencana berarti, byarrr..., begitu saja, aku bisa bersua dan sekedar berbagi cerita dengan teman sekelas semasa kuliah dulu, MeNeHe 41. Untuk Sandhi, Lita, Amri, Clara, dan Priyo, aku senang sekali bisa ketemu kalian lagi setelah sekian lamanya. Jika bisa mengekspresikan diriku sebebasnya, aku pasti akan jingkrak-jingkrak ketemu kalian. Sayangnya, aku masih jadi orang yang pemalu seperti biasanya. Ehemm,...

Malam ini, dan juga seperti dulu juga, yang menjadi hot artisnya adalah 'Si Peneliti dari Kendal -Manokwari'. You know who lah gaes! Sandhi Imam Maulana sepertinya tetap akan kurus kering dengan 46 kilo-nya itu seperti pula tetap koplak dan secablak  yang kutahu ketika ia masih belum jadi S.Hut.  Gaes, padahal sekarang doi udah Master, lulusan kampus beken di Ausie, buntutnya sudah dua pula, tapi Sandhi tetap aja Sandhi yang sama. Sama? Sama-sama masih 'ndeso'. Sorry San, tapi cerita pengalamanmu di Ausie yang paling nempel di kepalaku lho. Ingat cewek berhanduk? Atau si 40%? Atau gaya-gayaan di Belanda? Hahaha... Konyol sumpah! But, I like it! Just so you know lah, aku juga tetep 'ndeso' kok. Justru itu 'point of interest'mu. Tak doakan semoga cita-citamu kabul ya. (Dan semoga ngikutin kamu deh yang urusan 8 tahun. Kalau bisa kurang. Amiinnn)

Amri juga gak banyak berubah, kecuali sedikit ukurannya saja agak naik. Hehehe. Suaranya masih rendah dan pelan, seperti dulu, hingga kadang aku tidak dengar apa yang dia katakan. Pak Komti punya rencana mulia lho untuk bikin reuni MeNeHe 41. Ayo support Amri jadi komti alumni! (Btw, sampai sekarang aku gak tahu apa itu arti atau kepanjangan komti. Apa komandan inti ya? Au ah.. ) Salam buat Ayu ya. Ciee, pasangan cinlok.

Priyo masih bulet, eh tambah bulet ding malah. Bersama sang istri tercinta, doi bela-belain datang ke pertemuan malam ini meskipun katanya habis kecapean seharian ngaduk semen. Ngecor katanya. Ngecor apaan sih kamu Pri? Clara juga, sehabis pulang kerja disempat-sempatin datang. Aku, saking kupernya, sampai gak paham kalau Clara sudah married dan bahkan punya buntut 2 tahun. Kemana saja aku selama ini?! Tapi, beneran lho Clar, kamu masih kelihatan seperti gadis. Hehehe.. (Pasti senang nih kalau dibilang begini.)

Last but least, Lita. Lita datang bersama anak dan suami. (OMG! Kapan aku juga bisa beranak juga ya? Nunggu yang mau buahin dulu kali ya.. Hahaha... ) Ingat dulu, aku sering ke kosan Lita buat nyalin tugas kuliah, minta bahan ujian, dll. Karena setahuku, Lita itu paketannya dengan Nui, maka aku sempatin ngambil selfie bareng Lita. Tujuannya? Jelas, buat bikin iri Nui. Ayok, Nui kapan ke Bogor? Gak kangen apa ngrumpi sama aku?

Aku dan Lita
Ada yang penasaran kita ngobrolin apa saja malam ini? Hah,... Anak Kehutanan pasti ngomongin hutan. Tentunya tak jauh dari kondisi kehutanan kita yang semakin parah. Kabut asap dimana-mana dan bagaimana ini seharusnya kondisi ini bisa segera diselesaikan. Halahh,... Serius banget ya?! Atuh mah gimana lagi, 4 dari 6 orang yang ngumpul di sini gawenya di bawah KLHK kabeh. Dari kabut asap, loncat-loncat ke oops Manokwari lagi! Terus ngomongin jaman kuliah, lalu balik ke Manokwari lagi. Hahaha.. Canda lho. Bagi yang punya nama-nama berikut ini, mohon diperhatikan, karena kalian telah jadi bahan omongan kita malam ini, yaitu: Catur si punk mania, Ivan yang tak ada duanya, Eko pak polisi, Iis Han Han yang entah berada dimana, Fatah yang sedang di seberang dunia, pak dosen Khalifah, Rejos dan bakso raksasanya, Nui dan Wati sang guru SMK, Yumte dan Christina pasangan cinlok kita, Eris dan Denpasarnya, Topan sang Eo ber-rebana kita, Satrio yang tak ada duanya, dan trio wek-wek lulus terakhir angkatan kita-Huda, Ivan, aku. Lhoh aku? Iya gaes. Bagi mungkin yang belum tahu, aku lulus benar-benar paling terakhir di angkatan 41, "Sang Khotaman-Penutup-Penyempurna". Lol..

Hampir lupa. Bahkan, kita juga ngomongin Anton SIREGAR sang artis orkestra kita yang dulu sempat pamitan ingin berkarir di Suriname. Apakah kalian masih ingat kawan kita satu-satunya Siregar yang bukan orang Batak itu?

Sebenarnya sih hampir kalian semua kami sebut namanya malam ini. Jadi, jangan khawatir kawan. Kalian akan selalu jadi bahan rumpian nostalgia kita kok. :)

MeNeHe 41 adalah satu dari sekian komunitas pertemanan dalam hidupku yang berwarna-warni. Kalian-kalian adalah warna-warna di dalamnya. Satu per satu dari kalian punya kesan di dalam memoriku. Jika berkesempatan dan kalian berkenan, aku bisa kok menceritakannya. Hehehe...  Terimakasih ya teman, untuk waktu dan kesempatannya. Meskipun waktu berlalu begitu cepat, tapi memori kita akan selalu ada dan terasa baru kemarin terjadi.

Sungguh, malam ini sangat menyenangkan. Bahkan Sandhi bilang kalau belum sembuh kangennya. Aku juga sama San. Tapi, apa daya, waktu tetaplah berbatas, dan besok kita harus kembali jadi kuli kehidupan, demi dapur masing-masing yang bahkan jumlahnya ada yang lebih dari satu. Hehe. 

Seorang kawanku dari Amrik (fyi,her name is Dori.)pernah bilang padaku satu kalimat yang ingin juga kukatakan pada kalian semua.

-"It's amazing how the time flies by, but not the memories. Isn't it interesting how each of us is brought together in life?"-


-21 Oktober 2015-
Sudah salah dari sananya. Mungkin itu yang terlintas di pikiran ketika mendengar pernyataan Pak Wiwid, "Mahzab yang dipakai untuk menyusun UU Tata Ruang kita adalah mahzab Amerika, yang tentu saja tidak cocok diterapkan di Indonesia." Pak Wiwid adalah seorang pegawai pemerintah daerah yang bekerja di Dinas PUPR Kabupaten Banyumas bagian Tata Ruang.

Disebutkan bahwa, sebelum disahkannya UU Penataan Ruang nomor 26 tahun 2007, penataan ruang di Indonesia berkiblat pada sistem penataan ruang ala Eropa yang mengatur ruang dalam blok-blok besar dan tidak secara detail. Sedangkan di UUPR terbaru, kiblat itu beralih ke Amerika. Kalau Pak Wiwid, menyebutnya sebagai 'mahzab Amerika'. Penataan ruang ala Amerika adalah penataan ruang untuk menata sebuah daerah baru. Perencanaan dibuat dengan detail dalam blok-blok yang sudah ditentukan sedemikian rupa. Kenapa kemudian hal ini menjadi tidak sesuai ketika diterapkan di Indonesia?

"Kondisi Amerika dan Indonesia sudah jelas berbeda", kata pak Wiwid. Penataan ruang ala Amerika ditujukan pada daerah yang masih kosong sedangkan untuk Indonesia adalah ruang yang sudah berkembang. Pensyaratan  perencanaan pada tingkat detail akan membuat masalah baru yang bahkan tidak secara langsung menyinggung tata ruang itu sendiri, misalnya saja masalah sosial, ekonomi dan turunan-turunannya. Coba kita tengok sekilas tentang si RDTR atau Rencana Detil Tata Ruang.

--
Kenapa RDTR menjadi kendala utama dalam penataan ruang? Ya, karena bahkan RDTR itu belum ada. Aturan yang seharusnya ada tapi belum ada. Ribetnya penyusunan perencanaan membuat hal-hal dasar seperti rencana ini terus molor. Jika di tingkat atas sudah terlambat, maka dipastikan yang di bawah-bawahnya juga ikut terlambat.

RDTR  menjadi suatu keharusan bagi sistem penataan ruang kita yang mengacu pada UUTR. Untuk mengatur suatu ruang, diperlukan suatu rencana detail yang mencakup blok-blok pemanfaatan ruang yang sudah diperhitungkan dengan masak-masak. Sepertinya baik-baik saja disini. Lalu, apa masalahnya?

Masalah muncul ketika ruang yang diatur adalah ruang yang sudah berkembang, sudah ada isinya, sudah terbangun. Akan lebih sulit untuk membuat penataan pada ruang yang terbangun dibanding pada lahan yang masih kosong. Mengatur ruang yang sudah berpenghuni berarti berurusan pula dengan para penghuninya. Dan seperti yang pernah aku tuliskan sebelumnya, bahwa sesuatu peraturan itu tidak berlaku mundur maka peraturanlah yang harus menyesuaikan dengan kondisi yang sudah ada. Bagaimana kemudian ruang yang sudah berkembang ini diatur? Nah, di sinilah nanti akan terjadi proses interaksi termasuk tarik ulur kepentingan yang tentunya tidak bisa sederhana, apalagi yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Sudah dipastikan akan sangat ribet. Tidak ada cara mudah tanpa resiko untuk mengatur yang sudah seperti ini. Kalau menyitir apa yang Ahok pernah katakan tentang bagaimana cara paling gampang menata ulang Jakarta, ya diratakan lalu dibangun ulang. Artinya, tidak mudah memang mengatur yang sudah 'teratur'. (Teratur dalam artian sudah bercokol duluan, tidak sama artinya dengan rapi.)

---
Beberapa hari yang lalu, aku berbincang dengan salah seorang kawan bernama Dafid, yang lebih sering dipanggil Suki, yang baru saja pulang berpetualang di negeri tirai bambu Cina. Satu kesan yang dia miliki tentang Beijing, kota terbesar negeri itu adalah betapa bersih dan rapihnya kota itu. Lalu, yang membuatnya tertarik adalah sistem pemilikan tanah di sana. Di negara komunis itu, pemilikan tanah seluruhnya dikuasai oleh negara. Tidak ada satupun warga sipil yang boleh memiliki tanah. Lalu, bagaimana orang-orang tinggal? Suki menceritakan jika di sana, terdapat banyak rumah susun dan apartemen yang disewakan pada warga sipil. Jangka waktu sewa bisa sampai dengan 25 tahun. Suki menceritakan jika orang-orang Beijing biasanya mulai menyewa apartemen saat umur 4oan tahun di saat sudah mapan. Hak sewa rumah dapat diwariskan kepada anak, kerabat ataupun orang lain ketika pemilik hak meninggal atau melepas haknya sebelum masa sewa berakhir. Jadi, untuk masalah rumah bisa selesai di sana. Tapi, bagaimana dengan lahan pertanian? Bagaimana status petani? Itu, aku belum tahu dan masih terlalu malas untuk mencari tahu (baca: googling sendiri).

Aku jadi berpikir, apa mungkin sistem penguasaan lahan secara penuh seperti di negeri komunis lebih baik untuk negeri yang kadung semrawut ini? (Katanya sih.. )  Jadi, tidak ada lagi nanti ceritanya jual beli tanah ilegal, adanya tuan tanah yang maruk, kesenjangan pemilikan tanah, dll. Biar nanti itu negara yang bagi-bagi tanah untuk apa saja dan dimana saja. Dengan demikian, maka penataan ruang akan menjadi lebih simpel karena yang ngurusi cuman sepihak, tak perlu ribet dengan sengketa pemilikan ataupun hal-hal terkait penguasaan lainnya. Kalau begitu, apa perlu kiblatnya diganti lagi, dari Eropa ke Amerika lalu sekarang ke Cina? Ingat sabda Nabi, "Tuntutlah ilmu sampai negeri Cina!". Nah lhoh..

Jadi gimana enaknya?
Da,aku mah apah atuh?! Siapa sayah harus mikir mahzab tata ruang segala.

Kalau kita punya demokrasi Pancasila, kenapa tidak kita juga punya sistem tata ruang Pancasila. Ya, sistem tata ruang yang khas Indonesia, yang mewadahi keunikan dan kondisi nyata dari tanah negara (tercinta) ini. Bagaimana bentuknya, ya bisa dilobi-lobi. Lagipula, apa perlu kita bermahzab ke negara-negara lain yang toh kondisinya jauh berbeda. Indonesia ini 'the only one' loh, negara yang gak ada duanya di dunia ini. Ya memang, kita perlu belajar dari negara lain juga, tapi tetap harus punya jati diri dong. Nah..  Apaan lagi ini, kok nyambung ke identitas bangsa? Lhoh, bukannya memang masalah ruang berhubungan erat dengan identitas. Ah, mbuh lah…

Sudah dulu lah, ngalor ngidul - ngetan ngulon tentang mahzab tata ruang. Balik lagi, dah aku mah apa atuh yah..Hanya wong cilik yang kepo-an dan bercita-cita bisa ngaku jadi peneliti. (Biar kalau lain kali nulis gak perlu lagi pakai keterangan, 'Dah aku mah apa atuh'.Hehehe)

Jadi intinya, kalau kata Pak Wiwid kita salah mahzab.

(Ngomongin mahzab yang pake istilah Arab, jadi kepikiran, apa pindah mahzab ke Arab sekalian? :D  )


img source: here


Pemanasan nulis bebas sebelum nyelesaikan laporan kerja. Sambil mendengar lagu yang lagi menggalau di kepalaku, "Cinta Terlarang"nya The Virgin. Entah kenapa ya, lagu ini terngiang-ngiang sejak beberapa hari terakhir di kepalaku yang seakan penuh meskipun aku yakin gak penuh-penuh amat. Apa sih yang kupikirkan? Toh, aku bukan Pak Jokowi yang harus ngurus negara. Haha..

Kok ada ya cinta terlarang? Bukankah cinta itu adalah sesuatu yang bagaimanapun bentuknya itu adalah indah? Cinta tidak selamanya terkait ero kan? Menurutku sih sah-sah aja apapun cinta itu asal tidak ada yang tersakiti. Yah, meskipun itu tidak akan pernah mungkin. Masyarakat, kumpulan manusia yang membentuknya telah membuat sesuatu yang lebih nakutin dari manusia itu sendiri. Pantesan saja, aku merasa ngerti kenapa Eddie Vedder dengan indahnya bikin lagu "Society". …"Society, you're crazy breed!".

Hal-hal simpel dibikin sulit, yang gak ada diada-adain, yang gak logis dilogis-logisin, hal yang kecil  digedhe-gedhein, yang gedhe dikecil-kecilin, dan seterus-seterusnya. Apakah benar masyarakat seperti itu? Bisakah masyarakat kehilangan kemanusiaannya? Ngeri! Daripada menjadi zombie dalam kumpulan manusia yang hilang manusianya, apa mending kabur? Seperti si Alexander Supertramp yang meninggalkan segalanya karena sudah muak dengan 'society'?! 


Wooh… Badai pun datang! Badai di kepala datang lagi… Tanganpun mulai gerah ingin menari. Sepertinya pemanasanku sedikit berhasil. Dari cinta terlarang ke gilanya society. Pengen kabur jadinya. Tapi, semua juga mungkin tahu, kabur hanya bagi pecundang. Dan, aku tentu tak ingin jadi pecundang. 

Mending nyanyi dulu nih, 'Cinta Terlarang' dan 'Society'. Sungguh dua lagu yang gak nyambung baik genre maupun kisahnya.. Hehehehe... 







Selamat Pagi! 


Semua ini berawal dari ketertarikanku pada Beyonce atau yang lebih dikenal dengan julukan Queen Bey, bisa dibilang satu dari 'the sexiest women on earth'. Aku menjelajah jagad Youtube untuk sekedar menikmati alunan merdu suara sang Ratu. Hingga pada satu lagu super romantis berjudul 'Drunk In Love' yang dinyanyikan Queen Bey dan suaminya Jay Z. Tak lengkap rasanya jika menonton video di Youtube tanpa melihat sekilas komentar para viewer. Lalu, aku temukan komentar menarik, "I don't understand why someone like her can fall for Jay Z who has no sex appeal at all. What happen with her sex life now? Is it already dead?". Yang kemudian, komentar itu dijawab dengan sangat menarik juga, "She falls for Jay Z because he has a sexy idea. She falls for it!". 

Look at how Queen Bey staring at Jay Z, kind of cute! (img source: here)

Nah lho, di sanalah awal aku kepikiran dengan konsep sexy mind. Apa sebenarnya itu? Sekuat apakah keseksian pikiran ini hingga bisa melampaui batasan-batasan fisik?

Bagaimana menjalani dan memandang kehidupan, bagaimana membebaskan diri dalam ekspresi tak terbatas, dan bagaimana bersikap jujur pada nurani, seperti itu mungkin konsepnya yang bisa kucoba jabarkan. Tentu tidak semua orang bisa seperti itu, sama halnya tidak semua orang punya sex-appeal yang kuat secara ragawi. Orang-orang dengan pemikiran yang unik pasti akan menjadi menonjol di antara sekumpulan orang di dunia yang semakin terasa palsu ini. Ketertarikan pada sesuatu yang unik adalah bawaan manusia, basic instinct barangkali. Kalau sudah tertarik pasti jadi kepo, bawaannya ingin tahu terus. Kalau sudah begitu pasti akan mendekat dan semakin dekat. Byarr! Jadian deh. Hehehe.. 

Terlepas bagaimana pun wujud dan bentuknya, seseorang dengan sexy mind pasti akan selalu mendapatkan pengagumnya. Aku pun demikian, ketertarikanku pada seseorang boleh saja berawal dari fisik karena itu yang memang pertama bisa terlihat. Tapi, pemikiran yang jujur dan penuh petualangan adalah pesona tiada akhir bagi diriku yang selalu ingin punya teman yang seru. Teman yang bisa mengimbangi perangkat lunak di otakku yang liar. Agar sampai kapanpun nanti, aku tak perlu men-downgrade (Ups! Bisa jadi aku terlalu meninggikan diriku sendiri. Hehehe.. ) diriku sendiri hanya untuk sekedar menjadi compatible dengan seseorang yang tak pernah bisa kupahami. Begitu pula sebaliknya, aku takut juga jadi men-downgrade orang lain. Karena itu juga aku mudah jatuh hati pada orang-orang yang cerdas, bebas, dan liar. 

Yoi... Ada gak ya orang seperti itu? Pastinya ada lah. Aku percaya selalu hal itu. Dan kalau sudah kutemukan, seseorang dengan 'sexy and beautiful mind' itu pasti akan kuperjuangkan mati-matian agar selalu bisa bersamaku. ðŸ˜‰

Aku pun ingin jadi sexy, makanya aku coba jujur pada diri sendiri. Sudahkah ada yang tertarik? Hehehe...

Lalu, mengalunlah sendu lagu 'Jatuh hati' dari Raisa,... Ya, cinta memang banyak bentuknya. 

"... Ku terpikat pada tuturmu. Aku tersihir jiwamu. 
Terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia. 
Ku ingin kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu. 
Ku tak harus memilikimu, tapi bolehkah ku selalu di dekatmu... "




"For someone with the most beautiful and sexiest mind I've ever found, please let me always be by your side."