Ke-eksklusif-an Apple

Brand berlogo Apel ini memang masih menjadi brand yang prestisius. Meski banyak muncul brand-brand baru, tapi si Apel krowak ini masih banyak diagung-agungkan orang. Ada yang bilang ke-eksklusif-annya yang membuat keren. Bisa jadi! Jika yang lain-lain cenderung sama maka tidak untuk Apple. Bentuk colokannya lain, fitur-fiturnya lain, store-nya lain, dan lain-lain yang lain lagi. Hahaha... Mungkin yang sama dengan yang lain hanyalah lubang untuk headset-nya.

Aku bisa saja menggunakan gadget merk lain, seperti S*msung, D*ll, A*er, dan lain-lainnya tanpa kesulitan karena sekali menguasai penggunaan satu brand maka yang lain juga relatif sama. Tapi tidak untuk Apple. Perlu tutorial dan waktu khusus untuk bisa menggunakan gadget ini. Sudah begitu, tidak disediakan buku panduan di dalam kotak pembelian baru. Yahh.. harus inisiatif belajar sendiri.

Sebagai newbie alias pengguna baru Ipad, aku merasa perlu untuk tahu apa saja sih yang bisa dilakukan si Ipad ini. Biar harganya terbayar, meski relatif mahal tapi manfaat dan fitur-fiturnya lebih unggul. Percuma saja punya gadget canggih kalau yang punya tidak ikutan canggih. Maka dari itu, di erat gadget pintar yang sudah menjamur, para pengguna gadget juga harus ikut pintar. Jangan terjebak oleh gengsi-gengsian - yang penting punya - tapi tidak tahu menggunakannya.

Gagap teknologi (gaptek) yang kurasakan pertama kali adalah ketika membuka Ipad yang baru saja kubeli. Kucari-cari tombol untuk menghidupkan, ah tidak terlalu sulit. Masih wajar. Lalu kucari lubang colokan untuk charger. Ketemu! Bukan masalah. Ada tombol samping untuk mengatur volume suara. Sip.. Setelah Ipad nyala ada panduan untuk aktivasi akun. Gampang! Dan tibalah kemudian hal-hal baru dimulai, dari mengunduh aplikasi yang kuinginkan, mengatur setingan, dan lain-lainnya. Seru! Ternyata ke-gaptek-anku terhadap Apple membawaku pada petualangan menemukan sesuatu yang baru.

Dan untuk petualangan yang seru itu, aku berniat untuk mendokumentasikan apa saja yang telah kulalui untuk lebih mengenal si Ipad yang kunamai 'Sekoya'. Pingin tahu apa saja? Klik tag 'Ipad' di blog ini. 


Img source: here



Dulu waktu aku masih abege, Halloween adalah kisah di negeri antah berantah yang hanya kubaca di novel Fear Street-nya RL Stine, di film-film keluaran Hollywood ataupun di cerita-cerita yang saat itu rasanya sangat jauh. Nah, karena kebetulan aku di sini pas Oktober, saatnya Halloween. Hari libur paling meriah di Amerika Serikat. Dan aku, yang sebetulnya penakut ini, malah ikut menikmati suasana Halloween yang sudah terasa sejak minggu ke-2 Oktober. Halaman-halaman rumah dipasangi hantu-hantuan, patung nenek sihir, sarang laba-laba palsu dan labu-labu orange dan putih yang beberapa di-antaranya diukir jadi lentera 'Jack-o-lantern'. Wow I love it!


Di depan kios, jualan hantu


Balon hantu di halaman tetangga


Aku bahkan ikut membuat satu ukiran labu bersama teman-temanku di WFI. Tak butuh waktu lama, hanya satu jam kemudian labu yang kuukir selesai. Wahh,.. senang sekali rasanya. Puas deh. Ah, jadi mikir, "Kapan ya bisa Halloween-an lagi di sini?". Hehehe... Next time lah  ya.. 

 
Teman-teman dan aku serta karya labu ukir kami :)
 
Jika Amerika punya Salmon, maka Indonesia punya Chitra chitra sebagai maskot restorasi sungai. Benarkah?

Tulisan ini adalah salah satu jawaban dari pertanyaanku di artikel tentang Salmon (baca: Salmon, Primadona Ikan di Pacific North West). 

Di tulisan sebelumnya, aku membahas tentang Ikan Salmon, yang menjadi maskot restorasi sungai di Amerika Serikat karena masuk dalam kategori satwa terancam punah menurut Endangered Species Act. Status Salmon tersebut mewajibkan pemerintah dan juga warga negara untuk ikut serta melindungi Salmon dengan salah satu caranya adalah memperbaiki tempat hidup atau habitat Salmon, yaitu sungai.

Berangkat dari itu, aku menjadi terpikir, adakah sesuatu maskot yang bisa mendorong adanya restorasi sungai di Indonesia? Kemudian aku teringat dengan geger tahun 2011 kemarin saat ditemukannya Bulus raksasa di Sungai Ciliwung Jakarta, tepatnya di daerah Tanjung Barat (Baca berita: penemuan bulus raksasa Ciliwung). Bulus berukuran panjang hampir 1,5 meter yang memiliki nama ilmiah Chitra chitra javanensis adalah satu dari sekian banyak satwa penghuni Sungai Ciliwung yang masih bertahan sampai saat ini. Dan kemungkinan besar bulus ini bisa menjadi maskot restorasi sungai di Indonesia, khususnya di Jawa yang menjadi habitat utamanya. Inisiasi ini juga sudah dimulai oleh Komunitas Ciliwung.

C. chitra javanensis yang ditemukan di Ciliwung Jakarta November 2011 (img source: here)

Chitra chitra javanensis adalah salah satu subspecies dari Chitra chitra atau nama internasionalnya adalah Asian narrow-headed softshell turtle (Kura-kura Asia dengan tempurung lunak dan dan kepala menyempit).  Urutan taksonomi bulus ini adalah sebagai berikut:

Kingdom: Animalia , Phylum: Chordata, Class: Reptilia, Subclass: Anapsida, Ordo: Tertudines, Sub-Ordo: Cryotidora, Family: Trionychidae, Genus: Chitra, Species: Chitra chitra, sub-species: Chitra chitra javanensis.

Genus Chitra: (A) C indica (Bangladesh); (B) C vandijki (Myanmar); (C) C chitra chitra (Malaysia); (D) C chitra javanensis (Indonesia). (McCord et.al 2002)






Sebaran bulus ini adalah di Pulau Jawa dan juga Sumatra bagian selatan. Bulus Chitra chitra menghuni wilayah perairan air tawar yaitu sungai-sungai. Mereka biasanya berada di bawah lapisan lumpur/pasir sungai.  Spesies bulus ini masuk dalam ketegori Critically Endangered menurut IUCN dan Red List Appendix II dalam CITES. Di Indonesia sendiri dalam PP no. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, species Chitra yang dilindungi adalah Chitra Indica atau Labi-labi Besar yang tentunya berbeda spesies dengan Chitra chitra. Aku tidak bisa menemukan adanya peraturan nasional yang melindungi C. chitra.


Sebaran C. chitra javanensis (McCord et. al 2002)

Ancaman utama kelestarian bulus ini adalah perburuan dan juga rusaknya habitat. Diketahui bahwa perburuan bulus ini banyak dilakukan di daerah Pasuruan – Jawa Timur dan juga beberapa kali di Bengawan Solo – Jawa Tengah. Sebagian besar perburuan dilakukan untuk jual-beli koleksi reptil. Pencemaran sungai yang masih marak berlangsung saat ini juga menjadi ancaman bagi bulus Chitra chitra yang menyukai perairan air tawar yang bersih.

Penemuan bulus raksasa C. chitra javanensis di Sungai Ciliwung menjadi bagian penting dalam upaya restorasi sungai Ciliwung yang dimotori terutama oleh jejaring Komunitas Ciliwung yang kemudian  menetapkan tanggal 11 November yang bertepatan dengan penemuan bulus sebagai Hari Ciliwung. Lalu, setelah 3 tahun sejak November 2011, bagaimana perkembangan restorasi Ciliwung dan bagaimana juga nasib bulus raksasa ini?

Saat aku menulis catatan singkat ini, aku belum banyak menemukan perkembangan berarti terkait riset ilmiah tentang Chitra chitra javanensis yang juga oleh masyarakat lokal disebut Senggawangan. Setelah mencoba berselancar di dunia maya dengan kata kunci ‘Chitra chitra javanensis’, ‘senggawangan’, dan lain-lain yang sekiranya terkait dengan isu bulus raksasa, namun hasilnya tidak terlalu banyak. Menurutku sudah sewajarnya jika hewan langka bahkan dilindungi, harus mendapatkan perhatian lebih terutama juga karena ancaman yang dihadapi cukup berat. Jika tidak ingin menyusul kepunahan species yang juga terjadi di Ciliwung, yang telah memakan korban punahnya 90% spesies ikan asli akibat rusaknya habitat, serangan ikan non-asli invasif, dan eksploitasi.

Upaya untuk melindungi Chitra chitra javanensis terkait langsung dengan restorasi sungai. Langkah yang telah diambil oleh para penggiat Komunitas Ciliwung dengan menjadikannya maskot Ciliwung menurutku sangatlah tepat. Maskot membuat sesuatu menjadi lebih menarik dan bertujuan. Orang akan lebih tertarik dengan suatu tujuan yang ‘nyentrik’ daripada tujuan mulia yang terkadang dinilai ‘basi’ dan terlalu mengawang-awang. Menyelamatkan Bulus Raksasa dari ancaman kepunahan menurutku lebih menarik daripada hanya slogan membersihkan sungai untuk kebaikan bersama. Meskipun pada prakteknya, penyelamatan habitat bulus akan sama artinya dengan restorasi sungai itu sendiri. Seperti orang berjualan, diperlukan branding yang kuat, begitu pula dengan restorasi sungai.

Belajar dari Pacific North West, pantai barat Amerika yang saat ini juga banyak melakukan proyek restorasi sungai, Salmon adalah maskot utama. Perlindungan habitat Salmon telah membawa efek yang kuat terhadap upaya perbaikan kualitas sungai dari hilir sampai hulu, mulai dari program penghijauan daerah riparian hingga proyek besar perobohan dam/bendungan yang nilai dalam dolarnya sangat spektakuler. Salmon telah berhasil menjelma menjadi ikon sungai sehat di sini. Jika Salmon bisa,  Chitra chitra javanensis juga bisa kan?


Referensi:

McCord WP, Prtichard Peter CH.2002. A Review of The Softshell Turtles of The Genus Chitra, With The Description of New Taxa From Myanmar and Indonesia (Java). Centre for Herpetology, Madras Crocodile Bank Trust, Hamadryad Vol. 27, No. 1, pp. 11 – 56. (link)

[IUCN] International Union for Conservation Nature.The IUCN Red List of Threatened Species: Chitra chitra. (link)

Berita:



Musim gugur pertama
Melahirkan kekaguman
Warna-warni negeri mimpi
Bercahaya diterpa surya dunia
Menjelma nyata

Aku terbangun
Dari tidur hangat di pagi beku
Menggigil tertiup bayu
Langkah ragu, sesaat membisu
Seketika cahaya menerpaku

Tersadarkan aku
Terpesonakan aku

Bersama pagi di musim gugur pertamaku di negeri mimpi
Tuhan hadir menyapaku lagi 





Portland, salah ibu kota negara bagian Oregon di Amerika Serikat, mendapat julukan sebagai kota mawar, City of Rose. Kota di pantai barat negeri Paman Sam ini memang pantas mendapat julukan itu. Selain memang banyak mawar beraneka rupa dari yang besar sampai yang mini dari yang warna alami sampai dengan hasil persilangan, semua bisa ditemukan di sini. Dan, Portland juga punya kebun Mawar yang sangat terkenal yaitu International Rose Test Garden (IRTG).  Kamu bisa menemukan koleksi mawar yang saking indahnya, aku sampai ingin lari-lari seperti di film-film India. 





IRTG merupakan satu dari sekian banyak destinasi wisata di Kota Portland yang wajib dikunjungi. Kebun ini memiliki koleksi mawar sekitar 7000-an dari 550 varian. Terletak di Washington Park yang lebih tinggi dari pusat kota,  kebun mawar ini menawarkan  pemandangan spektakuler yaitu Kota Portland dan terkadang di hari cerah terlihat pemandangan jajaran pegunungan Cascade yang berselimut salju. Di kebun ini juga terdapat amphiteather yang biasa digunakan untuk acara-acara seni. Aku pernah sekali melihat opera outdoor yang sangat keren juga di amphitheatre ini. 

Yang paling menyenangkan di tempat wisata ini adalah tidak adanya biaya masuk alias gratis. Cihuyyy!!!... Jarang-jarang ada tempat wisata gratis yang bagus. Umumnya biaya masuk tempat wisata sekita US$ 9-10 atau jika dirupiahkan mencapai 100 ribuan lebih dikit. Lumayan banget kan ngirit untuk beli suvenir di gift shop. 

Ngomong soal gift shop aku jadi ingat belanjaku di sana yaitu postcard dan juga teh mawar. Aku memang biasanya membeli 1-2 lembar postcard di tiap tempat wisata untuk sekadar koleksi. Nah, kalau teh mawar, itu karena aku penasaran dengan rasany. Ketika aku mencoba sampelnya, rasanya lumayan sedap hingga akhirnya kuputuskan untuk membelinya. Ada yang mau?






Sudah 3 kali aku mengunjungi IRTG selama di Portland dan Bulan Oktober ini mungkin adalah bulan terakhir bagi mawar untuk mekar. Yahhh... Musim gugur telah datang dan menuju musim dingin yang pastinya dingin hingga sang mawar enggan mekar saat itu. Hingga tahun depan kemudian saat aku d sudah tak di kota ini lagi. Jadi sedih begini. Hiks hiks hiks.. 

Kenangan mawar di kebun ini akan selalu bersamaku pasti. Mungkin kapan-kapan aku bisa ke sini lagi, mungkin juga bersama seseorang yang paling ingin kutunjukkan ini semua padanya. Sampai ketemu lagi Kebun Mawar Portland. 

Keep blooming in my heart! 







Title    : Boku No Ita Jikan (The Hours of My Life)
Genre  : Melodrama, romance, family
Episodes: 11
Broadcast year : Jan -March 2014
Theme song  : Harukaze by Rihwa,
                       Yorokobi no Uta by Yuzu
 CAST:
Miura Haruma as Sawada Takuto
Tabe Mikako as Hongo Megumi
Saito Takumi as Mukai Shigeyuki
Kazama Shunsuke as Mizushima Mamoru
Yamamoto Mizuki as Murayama Hina
Nomura Shuhei as Sawada Rikuto


Pernah nonton dorama penguras air mata 'One Litre of Tears'? Nah, Boku no Ita Jikan juga salah satu dorama tearjerker  (pembuat mewek) yang patut diperhitungkan. Aku bahkan lebih suka dengan kisah dorama ini. Kenapa? Dorama yang mengangkat kisah penderita ALS (yang sekarang lagi booming dengan Ice Bucket Challenge itu) memberikan ending cerita yang sangat mengejutkan. Penasaran? Nonton sendiri ya. Review ini akan berisi spoiler jadi untuk kamu yang tidak ingin dispoilerin, bacanya sampai sinopsis saja ya, jangan masuk ke review.


Sinopsis:

Sawada Takuto, mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas, sedang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Puluhan wawancara kerja telah dilalui tapi tak membuahkan hasil. Takuto adalah anak pertama dari keluarga direktur rumah sakit dan pernah diharapkan oleh keluarganya untuk meneruskan sebagai dokter namun gagal. Keluarganya mengalihkan harapannya kepada Rikuto-sang adik- yang ternyata memiliki masalah kesulitan berkomunikasi dengan orang lain dan tak memiliki teman.  Meskipun Takuto cukup populer dan mudah berteman dengan siapa saja termasuk para wanita, dia tidak terlalu yakin akan ada orang yang bisa tulus mencintainya, sehingga dia tidak pernah menjalin hubungan emosional dengan wanita. Hingga kemudian dia bertemu Hongo Megumi, teman kampusnya, di suatu wawancara kerja. Ketulusan Megumi meluluhkan hati Takuto dan merekapun akhirnya menjadi sepasang kekasih. Takuto pun berhasil mendapatkan pekerjaan tetap di suatu perusahaan. Di tengah kebahagiaan yang ia dapatkan, Takuto harus menerima kenyataan bahwa ternyata dirinya mengidap penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), penyakit yang belum ada obatnya, yang membuat penderitanya lumpuh pelan-pelan dan bahkan bisa meninggal dunia.

Bagaimana Takuto menghadapi semua itu? Bagaimana pula reaksi keluarga dan orang-orang terdekatnya? Nonton sendiri ya dorama ini. Dijamin, banjir air mata deh.

Sawada Takuto and Rikuto, Cute brothers


Menguliti Dorama


(Spoiler Alert!)

ALS, penyakit mematikan yang belum ada obatnya, dan saat ini telah menjadi perhatian dunia berkat aksi para pesohor dengan ice bucket challenge-nya, dicoba diangkat oleh dorama ini. Boku no ita jikan mencoba menelusur lebih jauh kehidupan dan perasaan penderita ALS. Secara keseluruhan aku menilai dorama ini cukup berhasil membawa emosi dan perasaan penonton untuk ikut peduli dengan ALS.

Ide cerita dorama ini sebenarnya biasa saja, kehidupan dan perjuangan penderita penyakit akut. Sekilas mengingatkanku akan One Littre of Tears (doramanya Erika Sawajiri dan Nishikido Ryo) dan Yuuki (mini seri Kamenashi Kazuya). Yang istimewa adalah bahwa Boku no Ita Jikan memiliki momentum yang pas. Di saat dunia sedang heboh ALS, dorama ini juga ada. Tentu saja waktu yang pas ini mwnjadi nilai lebih tersendiri. Beberapa pencinta dorama pasti ingat, ALS pernah juga ditampilkan di dorama Code Blue meskipun bukan cerita utama, dan tidak banyak yang mengingatnya. 

Alur cerita dorama ini rapi dan sangat mudah diikuti. Dorama ini memiliki pace/ kecepatan alur yang nyaman dan tidak memburu penonton untuk cepat menyelesaikan ceritanya. Meskipun santai dan pelan, tapi tetap menarik. Justru alur yang tidak terlalu cepat lebih bisa membawa penonton lebih masuk ke emosi karakter, terutama Sawada Takuto yang menderita ALS. Dan yang paling menarik dan jempolan untuk dorama ini adalah endingnya yang luar biasa. Jika di drama-drama lain diakhiri dengan tangis kesedihan karena kepergian sang tokoh utama yang sakit, maka dorama ini malah menghidupkan si tokoh utama yang berjuang tidak untuk melawan penyakitnya tapi untuk berdamai dan menjalani hidup dengan apa yang dia punya. Lebih dari itu, selalu ada sosok yang setia mendampingi dan bisa menerima kondisi itu? Sangat indah sekali. 

Takuto and Megumi (img source: here)

Para pemeran tokoh dorama ini cukup baik. Miura Haruma berhasil membuatku mewek dan membayangkan sendiri jika aku di posisinya. Tabe Mikako juga lumayan berhasil dengan aktingnya meskipun bagiku kurang wah, tapi tetap bagus. Pemeran lainnya juga baik dan membentuk dorama ini menjadi lebih hidup. Yang patut diberi jempol selain Miura Haruma adalah juga Kazama Shunsuke yang  berperan sebagai sahabat setia Takuto. Meskipun dia tidak menjadi pemeran utama, tapi aku bisa merasakan kehangatannya sebagai seorang sahabat. Pasti menyenangkan punya teman seperti dia. 

Latar dorama ini lumayan lah, cukup baik untuk sebuah dorama. Aku suka apartemen Takuto yang tidak terlalu besar tapi tidak kecil juga. Sebenarnya itiu tipikal apartemen di Jepang sih. Aku jadi ingin punya juga satu. Hehehe..

Lagu temanya, salah satu adalah dari Yuzu berjudul Yorokobi no Uta atau Lagu kebahagiaan. Aku sendiri menjadi fans Yuzu dan selalu menyukai hampir semua karya duo musisi itu. Yorokobi no Uta juga sangat pas untuk dorama ini. Simak lagunya.



Akhir kata, Boku no Ita Jikan patut ditonton bagi kamu para pecinta dorama. Belajar dari Sawada Takuto yang mencari tujuan hidupnya, mencari arti waktu yang kita punya di dunia, dan selalu menerima kenyataan dengan lapang dada. Buatlah hidup menjadi berharga. 


8.5/10


Doodle bisa juga berarti gambar corat-coret, gambar iseng-iseng. Semua orang pasti pernah membuat doodle, terlebih dulu saat masih sekolah. Kalau bosan mendengar ceramah guru, sudah pasti buku tulis jadi korban doodle kita, gambar corat-coret. Aku dulu sering menggambar Sailormoon waktu SD. Kalau kamu?

Nah, Karena aku penggemar berat Hunter X Hunter (HxH), maka saat ini juga lagi senang-senangnya menghabiskan waktu untuk men-doodle selama 1-2 jam. Baru sekalinya menggambar, aku merasakan sensasi luar biasa yang ajaib. Pokoknya tidak bisa diungkapkan deh, dan memang sepertinya menggambar adalah panggilanku. Ya, meskipun hasilnya masih biasa saja. 

Hobi men-doodle-ku berawal dari kesukaanku senang berselancar di tumblr sambil melihat-lihat karya para fans HxH yang ternyata sangat banyak dan bagus-bagus. Salah satu artist favoritku adalah ZAF. Benar-benar keren banget karyanya, terutama karakter Hisoka. Setelah muter2 nyari sang artis, akhirnya ketemu juga alamat dunmay-nya dan nampaknya dia dari Korea. Wow.. Aku jadi mupeng juga ingin bisa begitu, menyalurkan imajinasiku. 

Doodle pertamaku hari ini adalah Illumi Zoldyck, abangnya Killua yang mempunyai mata paling imut di dunia 2 dimensi. Aku masih struggle untuk menggambar telapak tangan dan jari-jarinya. Hampir separuh waktu aku habiskan untuk menggambar jari. Sudah begitu hasilnya belum memuaskan. Arghhhh.... !!! Masih harus banyak latihan! 

Cekidot. 


Illumi n cigarette


Illumi :)



Kenapa ya bangun pagi itu susah?
Tapi di sisi lain, ada orang yang tak ada masalah dengan itu? Hingga ada sebutan 'morning person' dan yang 'non morning person'. Mengapa juga tidur paling enak adalah tidur d pagi hari? Pernah dengar dulu waktu kecil: kalau tidur subuh-subuh, para setan sedang membagikan selimut kulit kambing yang hangat untuk umat manusia agar mereka terlena dan meninggalkan kewajiban solat subuhnya. Hahahaha...... Mungkin selimut kulit kambing itu yang menjadi sebab utama munculnya kaum non morning person. 

Aku sudah mencoba banyak cara untuk bisa bermigrasi menjadi morning person, tapi godaan setan kan selalu enak ya. Jadinya susah untuk meninggalkan yang enak-enak. Alarm seganas apapun tak akan sanggup meruntuhkan selimut pagiku. Tidak sedikit waktu aku merasa kesal sendiri karena selalu kesiangan. Tapi ya bagaimana ya? Kaum morning person mungkin tak akan paham apa yang kurasakan. Susah bro! Bangun pagi itu tak semudah omongan Mariyo Teguh. 

Sebagai kaum non morning, hari ini aku bangun pagi, tak seperti biasanya. Aneh juga rasanya, terbangun sendiri di luar jadwal rutin. Aku menjadi bingung untuk melakukan apa. Hingga akhirnya kusambar tab ini, buka sosmed 5 menit, dan nyasar curhat di blog ini. Wah, lumayan juga ya bangun pagi, menjadi produktif begini, meski ini antara penting dan tidak penting. 

Sekali-kali boleh lah ya, melepas selimut kulit kambing yang nyaman dan bermigrasi menjadi morning person. 

Selamat pagi! 
Sugeng enjang! 
Wilujeng enjing! 
Good morning! 
Ohayo gozaimasu!
Bom dia!

Lake Quinault - Washington






Title: Kami No Shizuku
Episode: 9
Genre: drama 
Broadcast time: Jan - March 2009

Cast: 
Kamenashi Kazuya as Kanzaki Shizuku
Tanabe Seiichi as Tomine Issei
Naka Riisa as Shinohara Miyabi 


Salah satu dorama bertema unik yang akan mengajak kamu menelusuri dunia 'wine' profesional. Kamenashi Kazuya dan wine adalah paduan sempurna. Makan malam di restoran mewah ditemani  anggur berkelas dan partner yang keren adalah mimpi setiap wanita! Dan dorama ini membuatku membayangkannya. You must not miss it! 

Spoiler alert! Just read sinopsis if you don't wanna get spoiled. Skip review part. 

Sinopsis: 

Kanzaki Shizuku memiliki hubungan yang sangat buruk dengan ayahnya -Kanzaki Yutaka- seorang kritikus sekaligus kolektor wine termasyur yang diakui dunia. Karena itu pula Shizuku sangat membenci wine yang merepresentasikan ayahnya. Hingga kemudian ayahnya meninggal, Shizuku masih belum bisa memperbaiki hubungan itu. Secara tak disangka ternyata ayahnya meninggalkan wasiat yaitu sebuah perlombaan untuk menentukan siapa yg berhak menjadi pewaris dari seluruh kekayaannya, termasuk koleksi wine yang sangat berharga.  Shizuku harus bertarung melawan Tomine Issei, seorang kritikus wine berbakat yang baru saja diangkat anak oleh ayahnya. Meski awalnya membenci wine, Shizuku ingin lehih memahami ayahnya yang misterius.  Perlombaan dua orang jenius wine tersebut akhirnya dimulai dan mengantarkan keduanya menemukan maksud-maksud tersembunyi yang ingin disampaikan oleh sang ayah melalui wine. Siapakah yg akan menang? Apakah Shizuku yang ingin lebih mengenal ayahnya melalui lomba ini? Ataukah Issei yang ingin menguasai koleksi anggur berharga, termasuk di dalamnya adalah "Kami no shizuku",  Anggur dewa? 

Nonton sendiri ya. 


Menguliti Dorama 

Dorama ini adalah adaptasi manga karya Agi Tadashi dengan judul yang sama, Kami no Shizuku. Aku tidak pernah membaca manganya jadi tidak tahu perbandingannya. Yang penting adalah tema cerita yang sangat unik, jalan cerita dan juga endingnya. Semuanya terangkum dengan cukup baik membentuk dorama Kami no Shizuku, yang menceritakan dunia kritikus wine yang tidak biasa. 

Bagiku yang agak awam tentang wine, kisah di dorama ini menjadi menarik. Penonton akan diajak untuk mengenal wine-wine berkelas di dunia, bagaimana produksinya, dan bagaimana cara menikmatinya. Melalui 2 karakter utama, para jenius wine  yaitu Kanzaki Shizuku dan Tomine Issei, kita akan terbengong-bengong melihat betapa gilanya orang-orang ini mengungkapkan wine melalui kata-kata puitis bak pujangga. Menarik banget! 

Kame as Prince of wine  (Img source: here)


Alur di dorama ini cukup mudah diikuti dan banyak kejutan di sepanjang perjalanannya yang tak terduga. Hanya saja di beberapa dialog antar tokoh agak susah dimengerti karena banyak istilah tentang wine yang tak kupahami. Banyak karakter yang menarik di cerita ini, misalnya: sang ayah Kanzaki Yutaka yang sangat cool ternyata womanizer juga, Shizuku yang sangat elegan, Issei yang sangat terobsesi dan bergairah terhadap wine, dan juga Robert, gembel yang ternyata adalah master wine. Perkembangan karakter Issei juga menarik, dari yang pertama kalo muncul sebagai antagonis hingga kemudian bermetamorfosa menjadi protagonis. 

Issei as King of wine (source: here)


A happy ending! Aku suka kisah yang happy ending dan kisah ini memiliki itu. Penyelesaian konfliknya sangat baik dan anggun. Hanya satu sayang saja, tidak banyak sisi romance yang disuguhkan, jadi agak terasa hambar. Bahkan, tak ada satupun kissing scene dari tokoh utama! Kecewa,... Semuanya pasti ingin melihat adegan Kissing scene Kame kan. Hug is not enough. Tapi yasudahlah. Ending untuk  Issei sangat sempurna. Aku suka ketika akhirnya tokoh ini mendapatkan kebahagiaannya. 

Latar/ seting menurutku lumayan baik. Rumah Kanzaki yang elegan, gubuk Robert, dan favoritku adalah bar mini yang terlihat sangat nyaman milik seorang bartender wine yang sering dikunjungi para tokoh di dorama ini. Bar mini itu membuatku jadi ingin memiliki tempat seperti itu juga, yang nyaman. Yang kurasakan agak kurang adalah seting tempat kerja Shizuku yang terasa kurang suasananya. 

Para pemain di sini lumayan baik. Kame tidak pernah gagal kurasa di setiap peran yang dimainkannya, begitu juga di sini. Tanabe Seiichi sebagai pesaing utama juga bagus. Aktingnya dia yang sangat lustful ketika berurusan dengan wine membuatku geli sendiri, tapi bagus. Naka Riisa yang menjadi peran pendukung utama wanita juga cukup lucu dan menggemaskan. Pemeran lainnya lumayanlah dan tak perlu kusebut satu-satu ya.

Lagu tema One Drop dari Kat-tun. Aku lumayan jadi fangirl boyband yang ini jadi secara subyektif kukatakan aku suka. Judul lagu juga cocok dengan tema dorama ini. One drop is a drop of God. 



Jadi, begitulah kira-kira tentang Kami no Shizuku. Aku cukup menikmati menonton dorama ini dan aku juga merekomendasikan ke kamu yang suka dengan tema tidak biasa. Tidak banyak kisah cinta, tapi cerita ini akan membuatmu jatuh cinta dengan minuman beralkohol yang sangat cantik ini: wine! 


Skor: 8/10






 (Ini adalah hasil 'free writing', yaitu menulis bebas 10 menit terus menerus tanpa edit.)

Tiba-tiba hatiku gundah gulana entah kenapa. Ada seseorang yang menanyakan kabar dan mencari informasi sedang apa. Rasanya aku dikejar waktu yang seakan tak memberiku ampun dan kesempatan untuk sekedar bersantai. Aduh, aku ingin berteriak sekencang-kencangnya. Tapi aku tak mungkin bisa melakukannya di sini karena hari masih sore dan aku masih merasa menjadi orang normal. Tapi aku masih ingin teriak karena hatiku rasanya deg-degan setengah tak mau memberi ampun. Oke, aku bernegosiasi pada diriku sendiri untuk berteriak lewat tulisan 10 menit yang seperti biasa kulakukan untuk melemaskan jari dan juga membungkam kegalauan.

Aku memikirkan tentang masa depan, tentang suatu waktu yang masih belum tentu dan tentang ketidakteraturan. Satu hal yang pasti menjadi pertanyaan bagi semua manusia adalah tentang apa yang dimauinya? Aku pun juga begitu. Aku selalu bertanya dan bertanya pada diriku sendiri, dialog sendiri, apa sebenarnya dalam hidupku yang terbatas ini yang benar-benar aku inginkan. Dan aku selalu saja dibuat terkejut, terkesima sekaligus jengkel dan jengah atas jawaban yang membuatku tak bisa memilih. Apa itu? Aku ingin semuanya. Aku ingin banyak hal yang tidak bisa kuprioritaskan yang mana. Aku masih menjadi anak kecil yang selalu menginginkan semua mainan baru. Bagus benar kan?

Tapi rasanya tidak begitu juga. Aku ingin pulang ke rumah dan membuat sesuatu hal kecil yang nyata tapi aku juga ingin menjadi selebriti besar. Bingung kan? Aku ingin berdiam di satu tempat dan membentuk kedamaian di sana. Tapi kenapa aku selalu menjadi pengiri para pengelana? Bahkan aku masih dianggap pengelana saat aku berpikir aku hanya orang yang sedang bingung. Haduh. Aku ingin mengenal diriku sendiri. Diri yang tak pernah mengakui bahwa aku hanyalah satu dari jutaan orang 'biasa' di bumi ini. 

Pernah aku ingat, membayangkan sesuatu yang sangat mengerikan yang mungkin dan besar peluangnya terjadi. Apa? Mati dan dilupakan. Oh, benar-benar itu. Itu menakutkanku setengah hidup. Aku pemuja hidup abadi layaknya aku selalu percaya akan cinta abadi. Nah, aku juga pasti ingin hidup abadi, mengukirkan sejarahku dan meninggalkan hidupku dalam keabadian yang tak bisa lekang. Hebat bukan. 

Tapi ya itu. Masa depan bagiku masih seburam 13 tahun lalu ketika pertama kali aku ber-KTP. Lha kalo sekarang saja masih buram, bagaimana ke depan? Berapa lama lagi sih waktu yang kumiliki di sini? Jika mengikuti sejarah nabi, maka hampir separuh waktu dan kesempatanku sudah kuambil. Tinggal separuh lagi yang tersisa. Tapi aku masih mikir bagaimana menggunakan yang separuh itu menjadikannya prasasti dan membuatku dikenang. 

Aku harus apa? 



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Foto di bawah ini rasanya seperti dunia tak nyata yang sedikit memberiku gambaran tentang apa yang ingin kurasakan sekarang, 'maya'.)



Mt St Helens di kejauhan, Hutan Nasional Gifford Pinchot, Cold Water Lake

Anveg* (Analisis Vegetasi)? Ekoper** (Ekologi Perairan) ? Olala....

Sejak dari jaman masih sekolah dulu, di praktikum kampus, di Lawalata-IPB bahka hingga sudah ALB, sampai-sampai jauh-jauh ke Amrik, Anveg dan praktek Ekoper masih juga kulakukan. Aku tidak akan membahas tentang teknik Anveg ataupun Ekoper di tulisan ini, hanya sedikit mengunci kenangan 3 hari lalu, saat aku ikut membantu, menjadi volunteer praktikum lapangan siswa high school di Mt St Helens, Washington. Bersama tuan rumah MSHI (Mt St Helens Institue), siswa dan guru dari Centralia High School Washington, dan sejumlah volunteer, kami menghabiskan semalam sehari di pegunungan spektakuler yang masih masuk kawasan Hutan Nasional Gifford Pinchot.




Kamis Sore, 02 Oktober 2014

Aku dan Rick berangkat dari Portland menuju lokasi. Normalnya butuh waktu 2 jam perjalanan dengan mobil. Namun karena kami berangkat ketika jam sibuk dan lalu lintas padat, maka waktu yang diperlukanpun menjadi lebih panjang. Sekitar hampir 2 jam kemudian kami sudah mampir sejenak di sebuah kota kecil (aku lupa namanya) untuk makan malam. Sebuah restoran Mexican pun kami pilih. Sekitar 40 menit kemudian baru dilanjutkan perjalanan menuju Mt St Helens. Hari mulai gelap dan mataharipun segera tenggelam. Kami sampai di lokasi sekitar jam 8 malam dan suasana sepi.

Pintu gedung learning center yand dulunya adalah Visitor center ternyata tidak dikunci. Kamipun masuk dan mendapati ternyata para siswa sedang menonton film 'Dante's Peak', sebuah film tentang letusan gunung berapi yang lebay. Bahkan Sonja, ahli vulkanologis dari MHSI bilang adegan di film itu unrealistic banget. Aku ikut berkenalan dengan sejumlah guru dan volunteer lain. Sambil menunggu siswa selesai menonton film, aku menikmati langit malam yang berbintang serta hamparan hitam gelap pegunungan St Helens di sepanjang mata memandang. Rasanya benar-benar,.. weeww... Amazing!

Sekitar jam setengah 9.15 kami menuju bunkhouse, kompleks rumah para peneliti/ staff di MSHI. Aku menginap di sana malam itu. Suhu udara sekitar 45 F, lumayan dingin. Malam itupun aku tidur nyenyak sekali dan menyadari bahwa aku adalah satu dari sedikit orang yang beruntung menghabiskan malamnya menginap di sekitar gunung itu.



Di depan bunkhouse, tempat menginap semalam


Jum'at pagi, 03 Oktober 2014

Bangun pagi jam 6.00. Langit masih gelap dan udara di luar jangan dikira dinginnya minta ampun. Seduhan teh panas menghangatkanku di pagi itu. Baru jam 7 kemudian berangkat menuju Learning Center untuk sarapan dan juga bersiap untuk kegiatan. Ketika tiba, ternyata banyak murid yang masih bergelatakan tidur di lantai. Mereka belum pada bangun. Lucu banget melihat anak-anak SMA itu pada bergumul dengan sleeping bag dan selimutnya. Sembari menunggu kami, melihat matahari yang baru saja terbit.

Sarapan pagi ala Amerika, cereal dan susu, plus sepotong pisang. Waktu sarapan kulihat ada siswa yang mengenakan penutup kepala hangat berbentuk beruang. Lucu banget... Ajakin foto dulu.

Aku dan beruang lucu Tatiana

Setelah sarapan diadakan sesi perkenalan. Kami para pendamping memulai memperkenalkan diri dan menceritakan aktivitas kami masing-masing dan latar belakang terjun di dunia ilmu pengetahuan. Aku juga nantinya kebagian harus memberi cerita juga. Satu-per satu maju, menceritakan masa kecilnya, kenapa menjadi scientist dan ketertarikan mereka terhadap ilmu. Pas tiba giliranku, sumpah nervous banget. Untungnya aku punya bahan yang bisa kuceritakan. Karena mereka sangat tertarik dengan vulkano (G. berapi) maka banyaklah cerita yg bisa kusampaikan. Secara rumahku cuman 17 km dari salah satu vulkano teraktif di dunia. "That was a great speech!", katanya. Sungguh senangnya di luar negeri begini adalah orang selalu memberi penghargaan atas usaha orang lain.


Perkenalan sambil cerita tentang background keilmuan di depan anak-anak SMA.


Pembagian kelompok dilakukan. Ada 4 kelompok yang terdiri dari sekitar 8 anak. Nama-nama kelompok mengikuti nama pohon: Hemlock, Alder, Willow, dan (aduh lupa). Tiap kelompok akan melakukan 2 kegiatan yaitu pengambilan data terestrial dan akuatik, pada pagi dan siang sesudah makan. Di pagi hari aku menjadi pendamping pengambilan data teresterial bersama tim Hemlock dan setelah makan siang berganti di akuatik bersama Tim Alder. Pagi harinya aku berpasangan dengan pendamping lain yaitu Rick dan di akuatik bersama Elizabeth.

Pengambilan data Terestrial

Tim berjalan menuju lokasi pengambilan data yang ternyata cukup jauh. Perlu berjalan 20 menit menuju ke sana. Untungnya hari itu cerah dan hangat. Setelah tiba, kami dibagikan peralatan yang disimpan dalam satu box besar. Para laki-laki yang kemudian mendapat tugas untuk mengangkut yang terberat. Lokasi telah ditentukan dan tinggal mencarinya dengan GPS. Anggota tim harus bekerja mandiri, kami pendamping hanya membantu jika memang diperlukan. (Baru kutahu ternyata ada sejumlah orang tua yang ikut dalam kegiatan ini).

Mencari titik plot

Butuh waktu cukup lama, sekitar 30 menit untuk menemukan titik plot. Setelah ketemu baru kemudian dibagi-bagi tugas. Kami membantu untuk menjelaskan apa yang bisa mereka lakukan. Tak berapa lama para siswa mulai membuat sebuah plot lingkaran dan juga petak-petak kecil di dalamnya.


Mengukur diameter pohon


Analisa tumbuhan bawah

Mengambil sampel tanah


Ah, aku jadi ingat anveg dulu, kalau dulu banyakan pakai petak ukur, plot lingkaran hanya dipakai untuk hutan homogen. Di sini memang hutannya nyaris homogen. Hampir semua yang tumbuh di sini adalah Douglas Fir, pohon maskotnya Oregon. Bahkan di plot yang dibuat anak-anak inipun semuanya adalah Douglas Fir. Setelah plot selesai, pengambilan sampel tanah di 4 kuadran plot, pengukuran pohon, dan juga tumbuhan bawah. Menjelang jam 12 siang, data berhasil diselesaikan. Saatnya kembali ke gedung utama.

Makan siang dilakukan di jajaran meja piknik di tepi Cold Water Lake. Sandwich yang sudah disiapkan pagi tadi menjadi andalan makan siang hari ini. Sandwich kalkun memang jadi makan siang praktis selama di lapangan. Setelah selesai, baru kemudian masing-masing tim kembali melakukan tugasnya. Aku berganti mendampingi Tim Alder untuk mengambil data akuatif bersama Elizabeth. Sebenarnya aku sudah lupa bagaimana melakukan ini, tapi tidak masalah karena partnerku adalah ahlinya. Aku jadi hanya ikut membantu dan sambil belajar juga.

Pengambilan data Akuatik.

Lokasi pengambilan data akuatik adalah di sekitar Cold Water Lake, tapi bukan di danau utama melainkan di danau-danau kecil di sekitarnya. Seperti pada kegiatan anveg teresterial, hal pertama yang dilakukan adalah menemukan lokasi yang telah ditentukan. Sekali lagi, keterampilan menggunakan GPS perlu diuji. Salah seorang anggota team memegang mengoperasikan GPS dan memimpin anggota lain menuju lokasi yang ternyata tidak mudah dilalui, yaitu melalui semak belukar yang cukup tebal. Di balik semak-semak nampak danau kecil yang airnya bening. Yap, di badan air inilah Tim Alder melakukan kegiatannya.

Danau cantik lokasi pengambilan data


Setelah dijelaskan sebentar oleh Elizabeth, tim dengan sigap membagi tugas: siapa yang mendata vegetasi, siapa yang mengukur parameter fisik, siapa yang mendata biota air, dll. Tidak sampai 5 menit semua anggota sudah tahu apa yang akan mereka lakukan. Salut banget.

 Hal pertama adalah membuat titik-titik stasiun pengamatan. Cukup cepat, hanya sekitar 10 menitan dan 5 stasiun telah dibuat. Selanjutnya mereka melakukan tugasnya. Aku membantu seorang anggota yang bertugas untuk mengukur karakteristik fisik air (pH, konduktivitas, dan kekeruhan) karena kebetulan dia sendirian. Peralatan yang digunakan sangat memadai dan anak-anak ini juga cukup mahir menggunakannya. Dari pengamatanku, hanya pengindentifikasian serangga air yang agak susah dilakukan dan lebih intensif didampingi oleh Elizabeth.

Analisa vegetasi air


Salamander yang ikut masuk di perangkap  serangga

Semuanya bekerja sama :) kompak.

 Sekitar 1,5 jam kemudian semua data telah didapatkan dan semua orang kembali ke tepi danau untuk menunggu penjemputan. Hampir jam 4 sore, bus sekolah menjemput anak-anak ini. Aku ikut naik di bus sekolah kuning itu.
 
Sesampai di gedung utama, anak-anak langsung membersihkan diri dan mengantri untuk makan malam. Aku berbincang sebentar dengan para  pendamping dan guru. Kemudian bersama Rick pamit pulang ke Portland tanpa ikut makan malam bersama. Masih ada 2 jam-an perjalanan, sebelum kami tiba di Portland.

Sungguh satu hari yang sangat indah dan berkesan. Semoga lain kali ada kesempatan lagi untuk ke sini bersama teman-teman yang lainnya.

"Science connect us all.", kata Glenn. Seorang vulkanologis yang sangat antusias dan mencintai vulkano. 

Aku diapit dua siswi Centralia High School.



----------------------------

(Anveg dan Ekoper di sini kuartikan sebagai praktikum sederhana/ dasar yang dulu sering dilakukan saat masih kuliah di IPB dan juga saat aktif di Lawalata. :) )
Pertama kali aku mencoba mengenal sungai di negeri ini, aku langsung diherankan dengan ikan selebriti ini, Salmon. Ikan migran ini memiliki posisi dan pengaruh yang sangat penting terhadap sungai-sungai di negeri ini. Dam dirobohkan untuk memberi jalan pada si ikan ini, instalasi LWD (Large Wood Debris) yang biayanya spektakuler rela dilakukan untuk memberi si ikan tempat memijah, setiap ada proyek yang berhubungan dengan aliran air/ sungai selalu nama Salmon di bawa-bawa untuk memastikan kepentingan si ikan tidak terganggu, bahkan pemerintah federal dengan sengaja membunuh sejumlah pemangsa Salmon (burung, anjing laut). Pokoknya, si Salmon ini bak selebriti di sini. Meski kadang keputusan pemerintah dinilai kurang populer, namun tetap saja dilakukan untuk menjaga si Salmon.

Salmon adalah nama umum yang digunakan untuk menyebut sejumlah jenis ikan dari famili Salmonidae. Ikan-ikan Salmonidae yang tidak tidak disebut Salmon antara lain Trout, Char, Grayling dan Whitefish. Ikan Salmon aslinya berasal dari Samudra Pasifik dan juga Samudra Atlantik bagian utara, meskipun kini sudah banyak budidaya Salmon yang dilakukan hampir di seluruh dunia. Ikan Salmon bersifat 'anadromous' yaitu Salmon yang hidup di laut bermigrasi dari laut ke air tawar untuk bertelur atau bisa juga bagi Salmon yang hidup di air tawar yang bermigrasi ke sungai yang lebih hulu untuk bertelur. Kebalikan dari anadromous adalah catadromous, yaitu ikan air tawar yang  bermigrasi ke laut untuk bertelur. Ada dongeng (folklore) yang menceritakan bahwa Salmon akan kembali tepat dimana dia dilahirkan/ menetas dan menurut beberapa studi hal ini benar. Bagaimana mereka bisa mengingatnya ya?


Salmon life cycle
1. Salmon eggs hatch in the redd
2. Fry grow in the stream
3. Young Salmon migrate downstream and journey to the sea
4. Salmon spend years at sea - feeding, growing and storing nutrients from the ocean
5. Large adult Salmon journey back up the river
6. Adult lay and fertilize eggs (spawn), then die
7. Salmon get eaten and nutrients are spread througout the area (forest, land)

Salmon adalah sumber makanan yang penting. Penduduk asli Amerika (Native America aka Indian) bahkan menyebut Salmon sebagai 'roti'nya orang mereka. Sudah sejak lama, Salmon menjadi makanan paling penting bagi penduduk native. Tidak hanya mereka, hampir semua orang di sini menyukai Salmon. Posisi Salmon dalam ekonomi lokal di daerah inipun menjadi sangat penting. Selain itu, ikan ini juga menjadi sumber makanan penting bagi spesies lain seperti beruang, anjing laut dan juga burung pemangsa.

Salmon dan Native American. Sebuah gambar di Museum at Warm Spring, Oregon

Dalam kaitannya dengan restorasi sungai, Salmon memiliki fungsi penting. Salmon yang bermigrasi dari laut ke hulu mensyaratkan kondisi sungai yang sehat. Kejernihan air, temperatur yang tepat, jalur migrasi yang lancar dan tentu saja tempat bertelur yang nyaman. Dari hilir ke hulu, dari laut ke tempat bertelur, Salmon telah menyatukan satu kepentingan yang sama yaitu sungai yang baik. Jika ada gangguan di tengah jalan, maka rantai migrasi Salmon akan terputus. Pernah suatu ketika, di Kota Portland, temperatur air di Sungai Willamette lebih tinggi dari normal pada saat musim migrasi Salmon. Akhirnya, banyak ikan yang mati kepanasan. Ataupun bendungan yang menutup jalan migrasi sehingga Salmon tidak bisa lewat. Meskipun Salmon adalah ikan yang bisa melompat, tapi tingginya bangunan bendungan tidak bisa dilaluinya. Karena itulah, Salmon mampu berbicara bagaimana kondisi sungai di wilayah ini. Jika Salmon bisa ditemukan di suatu sungai dalam kondisi baik maka bisa diartikan sungai itu cukup baik. Nah, ini pula yang akhirnya membawa Salmon menjadi seleb ikan di sini.

Hutan-hutan di PNW banyak yang dimiliki oleh privat, baik keluarga ataupun korporat. Di hutan-hutan tersebut, mengalir sungai-sungai kecil-besar yang sebagian menjadi jalur migrasi Salmon ataupun tempat bertelur. Hilangnya Salmon dari satu aliran yang dulunya pernah didatangi Salmon adalah pertanda buruk, bahwa ada yang salah dengan sungai. Hal ini bukanlah berita baik dan kadang menjadikan para pemilik lahan was-was. Banyak kelompok pemerhati lingkungan (pemerintah ataupun NGO) yang mengawasi si ikan ini. Masyarakat umumpun juga menaruh perhatian untuk si ikan. Para pemilik lahan dan juga pemerintah umumnya akan melakukan apa saja untuk menjaga ataupun membuat Salmon kembali ke sungai-sungai mereka. Kenapa? Karena "jika sungaimu didatangi Salmon, maka kamu orang yang baik."

Instalasi LWD di hutan privat sebagai tempat untuk Salmon bertelur



Bagaimana dengan Indonesia?

Aku tidak tahu apakah di Indonesia ada ikan migran juga. Ikan migran mungkin bisa dijadikan maskot sungai. Mereka bisa menghubungkan hilir dan hulu. Merekapun bisa bercerita ada apa saja di sepanjang perjalanannya menyusur sungai? Membuat tren menyelamatkan ikan sepertinya bagus juga, secara tidak langsung juga menyelamatkan habitatnya yaitu sungai.

------------



Bendungan 10 Pintu Air Tangerang (Img source: here)

Seminggu yang lalu tepatnya. Aku tak sengaja membaca berita yang sebenarnya biasa saja tapi menjadi luar biasa. Aku merasa terhibur dengan ironi yang disampaikannya. Mirip kata orang, "Menertawakan diri sendiri adalah salah satu hiburan juga." Nah, berita ini juga membuatku mentertawakan negeri ini, mentertawakan diri ini sendiri. 
 
Judul berita online tersebut adalah "Pintu Air Tangerang Bocor, Petugas Sumpal Dengan Sampah". Isinya mengenai bocornya bendung pintu air 10 di Tangerang dan usaha petugas untuk menanggulanginya dengan menyumpal lubang kebocoran dengan sampah sungai. Berita selengkapnya bisa dibaca di link ini

Sebuah postingan di forum terbesar di Indonesia, KASKUS, tepatnya di subforum BPLN (Berita, Politik, Luar Negeri) yang lebih dikenal sebagai BP raya, juga memposting berita ini. Ini linknya : KASKUS. Berita itu mendapat lebih dari 50 komentar dan dilihat lebih dari 1000 kali. Yang menarik bagiku adalah komen-komen dari para netizen penghuni BP raya. Coba simak beberapa komen berikut ini.

1. Yang mengomentari tentang ‘kekreatifan’ pihak PU yang berhasil memanfaatkan sampah sungai agar lebih berguna. Ke-kepepet-an yang dialami petugas PU Tangerang ini dikomentari oleh mereka:





Well, PU telah berhasil dengan tanggap dan sigap menyumbat kebocoran bendungan! Rekayasanya bisa-bisa mengalahkan engineer! Jangan heran, sampah sungaipun ada gunanya juga. Hahahaha.. Jika sampah gak cukup buat nyumpal bendung bocor, petugasnya aja sekalian dilempar buat nyumbat (Yang ini sadis benar, tapi berhasil membuat aku senyum-senyum sendiri.) Yah, inilah Indonesia.

2. Yang mengomentari tentang PU-nya: 



PU Tangerang? No hope katanya. Selain bendungan, coba dilihat proyek PU yang lain. Jalan aspal misalnya, yang kata si juragan ini dikerjakannya hanya ½ hati. Ada yang berkomentar pula tentang enaknya jadi PNS? Kenapa dengan pegawai negeri sipil? Kenapa enak? Entahlah, aku tidak tahu. Tapi yang jelas memang antrian untuk daftar PNS selalu panjang dan berjubel kan. Nah ada pesen juga, buat pns yang sudah jadi: kerja yang baik ya, jangan maruk. Tuh, bendungan kerjain yang bener, masak beli semen buat nyumpel bendung bocor aja gak sanggup. Gimana mau nyumbat uang negara yang katanya ‘bochor-bochor’ di sana-sini.

3. Yang ini memberi usulan untuk bisnis sampah Jakarta – Banten. 



Untuk keperluan menyumbat bendung bocor di Banten, sampah sungai di Jakarta yang jumlahnya sudah, .. Ah sudahlah.. bisa dikirimkan pada yang membutuhkan.

4. Yang ini malah nyangkut prestasi kepala daerah.





Tangerang adalah bagian dari Provinsi Banten yang dipimpin oleh Ratu Atut (sekarang masih gak ya?). Nah, menurut salah satu juragan ini, tindakan PU yang kreatif ini adalah salah satu prestasi Atut sebagai kepala daerah. Hahahaha… Eh ada yang bawa-bawa nama Dagumen di sini. Ada yang tahu siapa dia? Hehehe….


Dan, itulah tadi, sekedar berita konyol yang cukup membawa tawa pada diri sendiri. Menghibur diri dengan kebodohan yang tercipta bersama. Ketika tak ada lagi yang bisa membuat kita tertawa, ya tertawakan diri sendiri. Ah, coba membayangkan, apakah para petugas PU yang menyumpal sampah di bendung bocor itu juga mentertawakan diri mereka sendiri? Seperti layaknya aku dan sejumlah warga di KASKUS yang ikut menyimak berita itu?

Last comment:

Ikut terhibur juga.


 -------------------------