Img source: here


SKETSA: Lelucon yang semakin ke sini semakin garing. Aku yakin banyak orang yang setuju dengan pendapatku. Komedi yang rutin ditayangkan di Tr*nsTV ini semakin lama semakin 'maksa', garing, kriuk-kiuk, dan tak dapat dimengerti maksudnya. Bukan tawa yang dihasilkan tapi hanya cengiran karena bingung terhadap maksud dan tujuannya. Apaan ini?

Dulu, dulu banget, ah entah kapan itu, acara ini pernah jadi satu favoritku. Komedi ringan yang cukup menghibur dan terkadang memberikan kejutan yang  woiaa!!! Cerdas! Hanya dengan beberapa menit, satu sketsa bisa menjadikanku tertawa terbahak-bahak. Ha ha ha.... (Itu dulu ya!)

Salah satu sketsa favoritku adalah cerita si Ojan dan emaknya. Kira-kira begini nih dialognya:

Emak : "Ojaaannn!"  (manggilnya kenceng banget)
Ojan : "Iye Mak."
Emak : "Beliin Emak minyak di warung! Ntar dikasih lima ratus. "
Ojan: (Sambil nyodorin uang seribu) "Ini Emak aja deh yang ke warung! Ojan kasih seribu."
Emak: .....??!!!****

Sumpah ini cerdas banget. Coba dari dulu aku nonton cerita ini, aku pasti bisa praktekin ke emakku. Kira-kira bagaimana ekspresinya ya jika kulakukan ini: "Mpun, Mae mawon sing tumbas lengo, niki kulo paringi sewu.". Bisa-bisa ditoyor kepalaku. Ha ha...

Nah, jika dulu bisa sekeren itu, lalu kenapa sekarang jadi garing kerontang  begini. Apakah karena terlalu kejar tayang? Kehabisan idekah? Atau memang lagi malas mikir? Aih, entahlah. Harusnya ini nanya sama tim kreatif acara bersangkutan ya. Sebagai seorang yang dulu pernah suka acara ini, aku jadi kecewa berat. Padahal konsep acara ini sudah bagus lhoh: komedi ringan pendek-pendek.

Aku tidak mau menuliskan contoh cerita sketsa yang sekarang ini, yang kriuk-kriuk itu lho. Coba saja nonton sendiri sana. Lalu nikmatilah kerenyahan komedi itu saking garingnya.

Ah ngapain juga ya aku nulis uneg-uneg di sini. Kali-kali aja ada yang sepemikiran sama denganku.  Ah, biarin lah. Sekalian ngisi blog yang udah lama gak di updet. Yah, meskipun tulisan ini mungkin juga sama 'garing'nya sama yang lagi kuomongin. Ha ha ha...


"Gitu ya gitu, tapi gak segitunya juga kaliiiii!"


Img source: here


"Lihatlah cewek dari jari-jari kakinya."

Wejangan itu pertama kali kudengar dari Om Imo, seorang seniorku di Lawalata-IPB. Awalnya aneh juga mendengarnya, lihat kualitas perempuan kok dari jari kaki? Apa maksudnya? Pentingnya di mana? Tapi kemudian aku mikir bahwa ada benarnya juga lho. Seorang "high quality girl' itu bisa ditentukan dari jari kakinya. Nah lho,... 

"Suatu hari, gue ketemu cewek cakep banget. Pokoknya oke dah tuh tampilannya. Tapi pas gue lihat jari kakinya jadi ilfil. Lo tau kenapa? Tuh cewek kakinya gak banget. Kuku kakinya pada item-item. Ga bersih! " , kira-kira begitu dulu Om Imo pernah cerita.

Kenapa bisa begitu ya? Apakah kamu juga merasa demikian? Jika melihat orang yang rupawan tapi jari kakinya kurang terawat apakah akan ilfil juga? Biar gampang menjawabnya nih aku kasih contoh. Misal, bayangkan kamu ketemu Raisa atau Raline Shah (eh, bener kan ya mereka ini adalah ikon cantik masa kini?) yang elok rupawan tak bercela. Nah pas kamu lihat telapak kakinya yang terbalut sendal high heels indah kamu menemukan jika kuku kaki mereka gak terawat bahkan item-item kotor. Hayohhh... Gimana tuh?! Kalau aku pasti mikir yang aneh-aneh, "Nih orang gak sempet apa males ya?!".

Hubungan antara kondisi jemari kaki dan kualitas cewek itu berbanding lurus: semakin bersih jari dan kuku kakinya maka semakin berkualitas dirinya. Kalau kata Om Imo sih begini, jika seorang cewek rajin merawat serta membersihkan jari kaki yang bisa dibilang bagian paling gak diperhatikan dan sepele, maka bisa diasumsikan tuh cewek pandai merawat diri. Sela jari kaki aja sempet dirawat apalagi sela yang lain. Ha Ha Ha.... Bener banget!

Gara-gara wejangan dari Om Imo itu aku jadi selalu menyempatkan diri bersihin jari kaki. Yahh, siapa tahu ada yang merhatiin dan membuat analisis. Biar aku masuk nominasi 'high quality' juga. Yuhuuu...!
Gara-gara ini pula aku juga sering memperhatikan jari kaki orang. Tidak jarang juga lho, aku menemukan cewek cantik yang kuku kakinya tak terawat dan item-item. Kalau sudah begitu biasanya aku senyum sendiri dan jadi mikir, "Wah, cewek ini pasti rada-rada jorok.". He he he..

Apakah teori dan wejangan dari Om Imo ini benar? Coba kamu buktikan sendiri. Sedikit saran bagi para cewek nih, mulai sekarang rajin-rajin rawat kuku kaki. Jangan cuma muka yang dibagusin  tapi yang lain buluk. Cowok juga pinter, bisa menilai kualitas cewek gak cuman dari muka. Yang cowok pun juga begitu, ngelihat cewek jangan cuman dari muka tapi dari kaki juga.

Akhir kata, makasih Om Im untuk wejangan yang sakti ini. Ada wejangan lain gak? :)


Eh, lho kok jadi kepikiran, "Jari kaki masuk aurat juga kan ya. Hehehe... Gak bisa lihat dong." No hard feeling please... 
Kenapa ya jika di dalam perjalanan jauh ide-ide segar selalu banyak menyeruak muncul bak banjir gelombang tsunami yang memghantam otak? Yuhuuu.... Rasanya apapun bisa terjadi, diraih, dan dilakukan! Luar biasa bukan! Dunia imajinasi otak mempermainkan kebolehannya untuk menemukan solusi dan jawaban atas banyak pertanyaan kehidupan yang kadang tak kan ditemukan mesti dicari di dalam renungan. Perjalanan bisa menjawabnya! Dan saat ini, di dalam kotak bus Gunung Mulia, di perjalanan Bogor - Boyolali, aku juga terkena badai itu. Aku banyak terinspirasi dan menemukan keindahan akan rencana yang seakan tanpa cela.

Mungkin dalam perjalanan tak banyak hal yang bisa kita lakukan selain duduk manis di kursi penumpang. Mau ngapain coba? Mata menyaksikan pergantian pemandangan kehidupan dari luar kaca jendela, mempelajari kenyataan di luar sana. Saat itulah otak mulai bekerja, mencerna informasi yang diterima dan menghubungkan dengan hidup si empunya. Dalam kondisi rileks si otak akan lebih mudah menjangkau pikiran terdalam kita dan dengan mudah serta sederhana bisa menemukan solusinya. Ah, hebat nian desain manusia itu ya! Siapa pula penciptanya?! 

Kotak bus, gerbong kereta api dan lambung pesawat menjelma menjadi kotak emas yang kadang lebih pintar dari ruang kelas. Otak sendiri adalah sumber ilmu terbaik dibanding apapun. Dan perjalanan menjadi proses penginspirasian terbaik dibanding bertapa. Oh ya? Jika memang apa yang kupikirkan itu benar, maka tak salah jika orang bijak dari dulu selalu mengatakan "Merantaulah sebanyak mungkin! Lakukan perjalanan selagi muda!". Bukan hanya tempat tujuan yang menjadi tujuan, tapi perjalanan itu lah tujuannya. 

Ingat seorang kawan, pengembara juga, Gilang Embang yang selalu memberi inspirasi. Dia berkata bahwa di perjalanan itulah proses yang pentingnya. Benar banget itu! 

Awalnya aku ingin bermaksud menuliskan perjalanan dalam artian sederhana yaitu dari satu tempat ke tempat lain, tapi kurasa bahwa perjalanan ini bisa dimaksudkan ke sesuatu yang lebih luas, lebih universal. Perjalanan untuk apapun itu selalu memberikan kejutan bagi si pengembara. Apa kamu ingin hidupmu penuh kejutan? Aku sih iya! Karena itulah aku selalu ingin menjadi pengembara di hidup ini. Karena pada dasarnya, aku memilliki sejuta pertanyaan yang ingin kujawab melalui nurani yang kadang hanya terbuka saat aku sedang di jalan. 

Anybody wants to go with me? 




(Ini adalah catatan tentang seorang sahabat, seorang teman yang dalam hidupku yang cuma sekali ini telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kutemui. Ya, melalui catatan ini aku ingin mengungkapkan betapa mereka-mereka ini sangat berharga. Benar-benar berharga hingga aku bahkan kadang tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. )



Nadia and I at Labuhan Jukung Beach, West Lampung


Nadia, itu nama kamu. Apa kabar kamu sekarang ya? Ah, tentunya kamu sekarang sudah menjadi gadis remaja yang cantik. Saat itu, tahun 2008 kita bertemu dan kamu masih kelas 6 SD. Kamu adalah satu orang spesial yang telah menghiasi hari-hari indahku selama melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Krui Barat - Lampung Barat. Satu bulan penuh cerita yang menghiasi petualangan pertamaku di Pulau Sumatra.

Pahmungan, sebuah pekon (desa) indah yang dikelilingi agroforest Damar, menjadi kampung halamanmu dan juga tempatku belajar tentang hutan dan kehidupan. Alam yang indah, orang-orang yang ramah, bahasa baru, rasa baru, dan banyak hal lain yang sungguh mempesonaku di sana. Bisa kubilang jika kegiatan PKL-ku itu adalah ekspedisi soloku yang pertama. Dan kamu, Nadia menjadi bagian penting juga di dalamnya.

Pertama kali bertemu denganmu mungkin adalah hari kedua setelah kedatanganku di Pahmungan. Aku menginap di rumah kakek kamu yang pas terletak di sebelah rumahmu. Dalam suasana yang masih asing dan sungkan, kamu muncul dengan anak-anak yang lain. Ah, aku kok lupa ya! Siapa itu nama adik kamu yang cantik itu? Juga sepupu kembar kamu yang lucu itu? Lalu kitapun berteman dekat. Aih, senang sekali rasanya punya kawan baru. Dimulailah kemudian petualangan kita bersama.

Sekarang aku akan mencoba mendaftar kegiatan apa saja yang pernah kita lakukan bareng ya.

  1. Mandi sore di sungai. Main air di sungai adalah satu keasyikan yang tak tertandingi. Meski sayang sekali aku tak bisa berenang. Nadia selalu menemaniku di sore yang lelah, untuk sekedar menyegarkan diri di aliran jernih air sungai yang mungkin adalah Way Ngison Balak (atau Lunik). Ah lupa lagi.
  2. Panen Damar Mata Kucing. Di suatu siang, kamu dan temanmu ikut aku ke hutan. Jika tugasku adalah mengamati dan mendata tentang panen damar, kamu bersama temanmu 'ngelahang' alias panen damar jatuhan. Lumayan bisa dijual juga kan. Hemm, laku berapa Nadia waktu itu?
  3. Belajar Bahasa Lampung. Satu hal yang paling sulit kupelajari adalah bahasa baru ini. Aksen huruf 'R' yang khas adalah kendala utamaku. Nadia adalah guru yang sabar. Aku masih ingat lho sejumlah kata yang kamu ajarkan: Babui (babi), Ulai (ular) dan Kaci (anjing).
  4. Main di Pantai Labuhan Jukung. Yuhuuu! Ini adalah yang paling menyenangkan. Labuhan Jukung adalah satu dari pantai terindah di pesisir Lampung Barat. Sehari waktu itu, kita menjelma menjadi gadis pantai yang seksi. Ha ha ha. Maksudnya kamu sih Nadia. Meskipun masih kecil, tapi tubuhmu yang bongsor dan juga kulit kecoklatan kamu terlihat keren. Ekspresi kamu juga oke banget. Kamu terlihat seperti anak pantai beneran. (Memang benar kali ya!) Waktu itu kita bertemu 2 atau 3 bule ganteng dan ingin sekali menyapa. Ah, sayangnya aku masih cemen waktu itu. Coba sekarang! Pasti sudah kita ajak kenalan. :)
  5. Jalan-jalan di Pasar Krui. Di pasar itu juga kita makan bakso yang enak banget.

Etc

Aku yakin masih banyak banget Nad, hal-hal yang pernah kita lakukan bareng. Hal penting yang mungkin perlu kusampaikan adalah kamu membuat hari-hari selama di Pahmungan menjadi sangat berkesan. Kamu banyak mengajarkan aku segala macam hal. Kamu juga menjadi pemandu-ku yang paling handal. Kamupun juga selalu memperkenalkan aku dengan banyak teman-temanmu di sana sehingga aku bisa punya banyak kenalan. Memang benar banget, aku menyukai anak-anak. 

Terima kasih Nadia. Kamu telah mewarnai kenangan indahku di masa PKL. Belajarku jadi menyenangkan. SKS-ku pun menjadi petualangan.

Aku tak tahu bagaimana caranya agar kamu bisa membaca catatan ini. Ah, kenapa bingung ya! Aku bisa saja bermain lagi ke Pahmungan. Aku juga masih ingat jelas rumah kamu dimana. Yah, semoga saja jodoh kita masih ada sehingga kita bisa bertemu lagi nanti. Jika kupikir lagi, mungkin akan agak canggung kali ya jika kita bertemu. Kamu pasti sudah menjelang dewasa sedang kamu yang kukenal masih anak-anak. Halah, kenapa aku jadi berpikir sejauh itu? Bertemu kawan lama adalah anugerah. Pastinya akan banyak cerita yang kita bisa bagi. Nadia pun bisa saja mengajariku Bahasa Lampung lagi.

Ya,..

Suatu hari nanti. 
Ada satu hal yang selalu membuatku jengkel saat hujan. Ini terkait erat dengan sandal jepit dan jalanan becek. Ada yang tahukah apa hubungannya? Yang jelas, jika dipadukan maka mereka akan selalu membuat kaki dan celanaku belepotan air kotor genangan hujan.

Entah hanya aku atau mungkin ada yang lain, aku memiliki kekurangan yaitu tidak bisa berjalan dengan  rapih di jalan becek dengan sandal jepit. Ayunan langkah kakiku selalu berhasil menciprati  dan mengotori kaki, sehati-hati dan sepelan apapun. Nah, anehnya, cipratan di kaki ini tidak berlaku saat aku pakai sepatu atau sendal yang bukan sendal jepit. Lhoh! Aku juga tidak paham kenapa bisa begitu.  Mungkin ada hubungannya dengan desain alas kaki tersebut dan juga gerakan kakiku? Ehm,... Bisa jadi demikian. Hemm... Sok serius. Ha...

Hari ini pun begitu. Hujan semalam yang mengguyur Bogor menyisakan genangan-genangan air di jalanan aspal yang memang sudah lama tak pernah rata. (Proyek baru coy!) Genangan berwarna kecoklatan itu sudah pasti adalah campur- campur dari segala macam yang ada di jalan dan jika lagi hoki bisa jadi dapat tambahan air got. Di pagi yang mendung ini, aku berjalan hendak belanja di tukang sayur di komplek jajanan serba ada di lingkungan kampus IPB yang termahsyur: BARA. Celana pendek, kaos oblong, tas belanja besar dan tentunya sandal jepit adalah pilihan utama di pagi yang basah ini. Dan ya! Pilihanku tepat. Belum juga jalan 10 menit, kedua betisku sudah ternoda totol-totol coklat terkena cipratan air lumpur dari ayunan kakiku. Hahh....

Rasanya menyebalkan sekali saat percik air menyentuh betisku. Nyess.... Jiahhhh,.... Kebayang deh itu ramuan penyusun air genangan. Hehehe...

Dulu, saat aku masih sering memakai celana panjang, hal serupa juga sering terjadi. Bedanya adalah aku tidak sadar jika celanaku sudah banyak tercetak cipratan air. Gak kerasa. Hingga kadang aku heran, "Kok bisa ya?!". Celanaku berubah jadi totol. Apalagi jika celana warna terang, berubah coraklah dia.

Aku suka hujan. Aku suka tetes air pembawa kehidupan. Berjingkrak di bawah hujan pernah pula menjadi bagian dari masa emasku. Namun jika berbicara tentang berjalan di jalanan becek dan sandal jepit, tanpa ragu aku akan bilang "NO" besar.


Selamat datang musim hujan di Kota Hujan. Siap-siap juga untuk musim banjir di bawah sana. 



NB: Kadang aku berpikir apakah sandal swallowku sebel karena kotor atau malah tertawa geli melihat kejengkelanku. Ha ha...