Tampilkan postingan dengan label try to understand pujangga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label try to understand pujangga. Tampilkan semua postingan

Ada saat aku terbakar oleh gairah
Ada saat aku takut akan kesenyapan
Ada saat aku terhanyut oleh kehangatan
Ada saat aku membeku oleh hempasan garis hujan

Jalan setapak beku berlumpur menuju rumahku
Sebuah teka-teki tak terkuak
Kehidupan yang kukenal bagai ibuku sendiri
Atau keperkasaan bapak ketika ia hanya murung dalam diamnya

Menjelma dalam kokohnya misteri
Bersembunyi di balik pekat halimun ini
Bersenandung lewat gemerisik sepoi dan lantunan melodi

Aku memujamu
Tak sungkan aku bersimpuh di tanahmu

Gumamku adalah rayuan
Dalam lirih lagu bisikan
Lamunku adalah kekaguman
Dalam imajinasi tak terbatas bayangan
Sentuhanku adalah pelukan
Dalam hangatnya mentari siang

Ingin ku merayuMu Tuhan
Di sini
Saat ini juga


(Saat kugenggam segelas plastik kopi hitam di puncak Salak 2, tiba-tiba menyeruak dalam ruang pikir. Beruntung benar punya banyak kawan yang punya hobi sama. :) )






Bermimpi dalam kenyataan
Aku mencintaimu dalam mimpiku
Kamu yang nyata
Cinta yang nyata
Hanya kisahnya yang maya...

Aku mencintaimu sebatas mimpiku
Kisah indah yang hanya kutahu sendiri
Yang lahir karna sekilas tatapmu
Melahirkan jutaan imaji tak terbatas

Kamu juga mencintaiku
Di dalam mimpi
Kamu pun pernah bilang padaku,
"Jangan takut untuk terus melanjutkan mimpi,
karena bagaimanapun aku sangat mencintaimu."

... manis...
Tapi sayang, semua itu dalam mimpi,

Kenapa mimpiku begitu nyata?
Mimpi ini terlalu indah, terlalu sempurna,
terlalu sayang untuk kuakhiri
Aku malas bangun
Aku takut semua berakhir

Karena kamu yang nyata,
bahkan mungkin tak pernah bisa hidup dalam fantasiku
Karena kamu yang nyata,
mungkin tak akan pernah mencintaiku
Jikapun mungkin kamu,
Entah kenapa aku yakin kamu terlalu angkuh

Mungkin bukan angkuh, tapi mungkin ini terlalu berat
untukmu dan pula untukku
Jikapun mungkin perasaan kita sama, mungkin, jalan kita lain
Tapi kenapa kita bisa bertemu?

Kamu ke Barat, aku ke Timur, lewat jalan berlainan pula!
Tapi, kita bertemu di sini

Hebatnya cinta!
Tapi tak sehebat juga! Karna toh tak bisa menyatukan jalan pilihan kita
Padahal aku mencintaimu sampai hampir gila

Karena nyata terlalu menyakitkan
dan mimpi terlalu sempurna untuk kutinggalkan,
Aku memilih untuk tidur dan bermimpi,
Dan tetap jadi Putri Tidur yang berangan dicintai








Sampai saat ini 
Antara sekarang dan kenangan
masih terbolak-balik rapi
Saling berlomba memenuhi pikiran hait
Hampir 20 tahun lewat

Dalam waktu yang begitu panjang
kenyataan lalu pun jadi kenangan
Benarkah semua itu terjadi?

Saat malam datang,
kuputar lagi dalam imaji sebuah film kenangan 

Tak ada yang berubah,
kecuali sosok di cermin itu
Dia telah terubah oleh waktu
Terus berubah

Mungkin ini adalah terminal tengah 
atau malah mungkin akhir?

Setiap sekarang adalah kunci esok hari
Kunci yang selalu berbeda arti dan isi

Apapun itu, 
Aku ingin pintu yang kubuka hari demi hari bermakna
Sebuah kisah yang lebih dalam dari sekadar nyawa
dan hidup abadi dalam cerita
  

(Selamat menjelang 20 tahun bagiku, 10 tahun tahun lalu)


img source: here



Kau yang dulu pernah bertahta Dewa
Kini tertelan kabut kelabu

Aku yang tak pernah berani menatapmu
Kini terang-terangan menantangmu dengan telanjang mata

Kau tak kuasa menembus tabir
Bahkan bulan malampun lebih bersinar

Sesekali kau nampakkan wujud di sumur langit
Satu lubang dalam yang berhasil kau singgahi
Satu titik yang mampu kau silaui
Melihatkan lapisan kelabu yang berangsur putih
Sebuah lubang di langit
Dan kau di dalamnya
di dasar sumur itu
di atasku



Musim gugur pertama
Melahirkan kekaguman
Warna-warni negeri mimpi
Bercahaya diterpa surya dunia
Menjelma nyata

Aku terbangun
Dari tidur hangat di pagi beku
Menggigil tertiup bayu
Langkah ragu, sesaat membisu
Seketika cahaya menerpaku

Tersadarkan aku
Terpesonakan aku

Bersama pagi di musim gugur pertamaku di negeri mimpi
Tuhan hadir menyapaku lagi 




(Yuk ngomongin cinta)


Tentang cinta yang tak pernah padam,
meski nyala berubah warna,
dia tetap menyala

Mencoba mencari-cari definisi,
Apakah itu?
Gairah datang dan pergi
Rindupun tak selalu menggebu
Rasa pun terkadang hambar

Nyaman kadang membingungkanku dengan takut akan kehilangan,
takut sendirian,
takut kesepian.
Terpaksakan di tengah gelisah kepastian?

Argh,...!
Rumitnya cinta itu.

Tak adakah yang bisa memisahkan antara rasa romantisme berbunga-bunga dengan ketakutan atas kesepian? Kepentingan ber'status'?
Tak mungkin semua beraduk menjadi kesatuan murni.
Semua bersyarat,
Hitungan.

Komitmen, janji, rayu, ahh...
Omong kosong semuanya.
...
Dangkal!
Palsu!

Protes pada arti yang diajarkan, makna yang didefinisikan.

Kurasa itu salah,
meski aku tak yakin jika benar itu ada

Setiap yang hidup dan berotak pasti berpikir.
Mau jujur atau tidak?

Bagiku, cinta itu sederhana
Rasa bahagia ketika seseorang mengirim kabar saat dia di jalan sana,
saat satu puisi sederhana membuatku berjingkrak seperti gila.

Ini bukan negosiasi,
Ini bukan hitungan untung-rugi,

Meski jujur,
Kubertanya, bisakah terus begini?




Langit mendung pagi ini membawaku terbang, ataukah tenggelam?
Aku merasa bagai hewan laut yang memandang permukaan air.
Ah, dasar laut begitu indahnya.
Tapi cahaya mentari di atas sana silau menggodaku
Aku penasaran ada apa di atas sana.
Arak-arak awan bagai jembatan karang
Ingin rasanya mengintip apa yang ada di baliknya

Oh Mentari,
Meski langit tak selalu biru
Kelabupun menjelma syahdu terterobos cahayamu
Kau begitu agung di sana
Kau bahkan menjelma Tuhan
Di dasar laut hidup ini

Dan aku?
Seekor binatang laut yang tidak bisa berenang


------------

Ketika seolah berkata ingin terbang
Aku ingin sesuatu yang tak kumiliki
Aku mendamba apa yang bukan hakku
Tapi benarkah? 


Tentu saja ingin selalu pada yang tak ada?
Untuk apa ingin pada apa yang dipunya?
Itu bukan ingin
Itu syukur

Dan syukur menjauhkanku dari ingin
Dan syukur tidak akan membawaku kemana

Ingin itu adalah hidup
meski ingin adalah derita
hidup itu derita
tapi hidup juga tertawa

tetap ingin
tetap memuja
tetap hidup
dalam derita

Atau syukur?
di sini saja
apa yang ada
Biarkan

Salah konsep!



(Antologi Puisi Bogor 2014 - Kumpulan 120 karya penyair Bogor, KPSL-Komunitas Pasar Sastra Leuwiliang)



Nonet jadi penyair? Halah,... ngimpi!!!!

Lho, lha emang iya tho! Itu memang mimpi lamaku. Nggak salah itu.

Memang tidak ada salahnya, tapi kok rasa-rasane nggak cocok ngono ki...

(Aku sedang mencoba berbicara dengan diri sendiri. Kalau dipikir-pikir aneh juga. Aku lebih seneng menyebut diriku sendiri ini dengan nama 'Nonet' yang jelas-jelas bukan nama yang kusandang sejak lahir. 'Nonet' lebih gampang diinget dan sepertinya cocok dengan aku yang rada-rada nggak nyambungan. Tapi tetap saja 'Sudiyah Istichomah' tetap menjadi identitasku, hanya 'nonet' itu panggilanku. Oalah, malah mbahas nama. kemana-mana.

Di acara peluncuran buku antologi puisi (Maret '14)


Bulan Januari akhir aku berjalan melewati koridor Fakultas Pertanian kampus tercinta IPB yang semakin lama semakin membuatku bosan (wajar udah lebih sewindu ngendon di sini). Tak sengaja melihat pengumuman sebuah sayembara yang diperutukkan bagi para penyair. Akan dibuatlah ceritanya, sebuah kitab yang berisikan karya-karya penyair dari Bogor. Terpanggilah mimpi lama untuk eksis di dunia penuh kata-kata indah pujangga.

Oh Tuhan, syair! Puisi! Betapa aku ini sangat rindu tak berbatas pada dunia penuh imaji. Sudah bertahun-tahun mulai tumpul jiwa terkubur debu bingung simpang seribu jalan. Bersyukur sangat ketika pamlet dari KPSL itu memanggilku kembali. Ah, siapakah aku ini? Oalahh,... nduk!

Dalam sore remang dan rintik hujan kabut di luar jendela kamarku, aku menuliskan imajinasiku. Kubayangkan kota Bogor yang telah menjadi bagian rumahku. Percikan hujan di depan mata, terhalang oleh kaca, membawaku dalam menit-menit berharga. Rasanya berjumpa dengan diriku di dimensi lain. Ngayal!Dan larik-larik kata pun tercipta. Keindahan yang mungkin kurasakan sendiri. Bukankah ini seperti bercinta dengan diri sendiri? Bukankah kerja seniman begitu kan? Hanya bertanya.

Satu karya biasa (mungkin) telah kutuliskan dalam sejarah hidupku yang lama dalam tempurung. Syair berjudul 'kuikuti orang-orang berikat kepala itu' telah mengantarku menjadi satu dari sekian banyak yang ada di kitab sayembara! Satu dari sekian,.. ah apa istimewanya?

Pertama! sesuatu yang pertama selalu punya status lebih dari lainnya. Seperti cinta pertama, ciuman pertama, semua biasa saja, kecuali status pertamanya. Dan puisi itulah yang pertama coba kubagikan. Pertama kali aku ingin mengajak yang lain bercinta juga dalam rangkaian kata. Enakan mana? Sendiri atau banyakan? )



Sudiyah Istichomah




----
Bulan di langit benderang
Talu-talu kudengar genderang
Kentongan dan tabuh kayu bersahutan
Rupanya mereka sedang menghalau buto pemakan bulan

Langit mencekam
Dalam terang yang berganti pekat hitam

Ramai, orang memandang ke langit timur
Pada purnama yang semakin tertelan
Anak-anak kecil berlarian
Bersembunyi dan saling menemukan
Mungkin di sana serigala mengaum
Memanggil kekasihya di seberang

Ah, Padang Bulan
Terangmu adalah kekalahan
Si Buto gelap akan memakanmu
Dan kami nantikan malam persembahan itu
Kami nantikan dalam meriah dan hingar bingarnya
Sebuah Pesta Gerhana...
--------



Hasrat cinta yang berani dan menggebu jiwa
Di jalan raya hidup yang diselimuti gerimis
Rumput  basah dan dedaunan terterobos sinar
Mentari sore yang jingga menembus sadar

Bagai nyala korek api di gelap pekat
Menyengat kesadaran
Yang ada di ingatan kota ini adalah hujan
Hujan sore yang terhenti seketika dan terganti silau barat
Menjanjikan pelangi yang terkadang tak mengingkari
Dan melagukan musik senja

Irama yang hanya terdengar jika kutengadahkan wajahku ke langit
Saat mataku mendadak terpejam dan buta,
Bukan melihat, mendengar,  hanya merasa
Bahwa cinta pun selalu hadir,

bersama hujan sore di Bogor yang mendadak terhenti seketika


--------------


 

Entahlah tiba-tiba dia datang
Judul menggebu yang mengharuskanku memakai namanya
Iya, Puisi Cinta

Apa?
Apakah di hari ini masih ada puisi cinta dengan judul puisi cinta juga?
Hahaha...
Tertawa aku jadinya
Tapi bagaimana?
Aku memaksanya. Eh dia memaksaku

Aku pun tak sanggup menolaknya
Bukan kenapa, hanya saja aku kan sedang cinta
Ini puisi cinta kan?

Segala yang tak berlogika selalu tentang cinta
Eh, tunggu...
Cinta punya logika sendiri
Tak bakal ngerti jika hanya sebatas hitungan jari

Aku tahu
Sadar kok,
Puisi cinta ini kacau,
Ups,...
Buka hatimu
Rasakan cintaku
Bukankan sudah kubilang jika cinta punya logikanya sendiri?

Aku kan sedang cinta pada Puisi Cinta ini

Eh,....
Masih tak mengerti?

Sepertinya,..

Kamu perlu belajar jatuh hati


Aku hanya ingin menulis
Merangkai kata yang semakin menumpuk berat menggelayuti pikiran dan perasaanku
Diselingi suara rintik hujan yang membawa dingin di kamarku yang biasanya hangat
Kukenakan sweter yang bahkan hampir setahun ini tak pernah kukeluarkan dari lemari

Oh hujan,
Engkau selalu membawaku pada kenangan
Kenangan akan mimpi masa depan yang membawaku pada kota ini

Meski telah lama terlupakan dalam kebisingan hidup dan godaan perjalanan
Namun engkau terabadikan
Dalam tetesan hujan yang selalu datang saat Januari menyapa

Aku selalu teringat
Pada dulu yang selalu membawaku muda
Pada waktu ketika mimpi menjadi bagian nyata

Dan hujan sore ini membawaku terbangun
Rintik yang membuatku sadar di batas sadarku dari tidur sore
Dan menjelang malam

Aku terbangun oleh dingin yang menggerayangi kakiku

Hey bangun,
Lihatlah di luar hujan,
Bukankah ada yang perlu kamu lakukan?
Iya, aku tahu itu

Ah, hujan
Engkau membawaku terbawa pada kenangan citaku
Bukan selimut dan kasur empuk yang kurindukan saat hujan tiba
Tapi kesadaran pada pijakanku,
Teringat bahwa di kota ini aku harus melakukan sesuatu


"Bangun nak, dari tidur soremu" bisiknya.


Img source: here
Ada damai yang kutemukan dalam gelap
Gelap pekat yang semakin kulihat semakin bersinar

Sejuk dalam hitam
Syahdu dalam sunyi
Jiwaku berkelana ke ujung imaji

Gelap membebaskan penatku menuju kemerdekaan
Sungguh mata tak dapat dipercaya
Silau cahaya telah merubah dunia

Apa beda bagi si buta?

Lihatlah,
Tapi benarkah telah terlihat?
Itu fana.

Hakiki hanya kutemukan dalam pikir di kegelapan
Gelap remang yang membuat,
mataku bersinar
telingaku peka
dan hatiku merasa




Apakah itu perasaan galau gundah gulana?
Apakah itu hasrat gelora membara?
Apakah itu memberi dan menerima?
atau 
Apakah itu ketergantungan pada jiwa lainnya?

Ah, banyak nian arti satu kata itu.

Setiap jiwa sepanjang masa punya definisinya sendiri.
Karena cinta adalah rasa, yang tidak bisa diukur tingkatnya.
Seperti bertanya lebih bagus mana antara merah dan jingga.

Aku juga punya
Satu definisi tentang cinta

CINTA ADALAH KETIKA NYAMAN BERSAMA NAMUN TAK TERENGGUT RUANG GERAKNYA. 

Saat eksistensi sebagai manusia pribadi dan ego tidak hilang hanya karena harus bersama. Itulah bagiku cinta. Kita bisa bersama namun kita masih manusia dan jiwa yang berbeda. 
Hanya yang bisa mengerti definisi cintaku yang akan bisa merebut hatiku.
Dan jika orang itu memang ada, aku tak akan pernah menyerah untuk mendapatkannya. 

Bukankah begitu ya..




Tidak tahu ya
Hanya ingin lari
Itu saja

Tidak pasti juga 
kemana
sampai kapan

Hanya ingin lari
hingga tersengal
berburu nafas 

Tidak yakin juga
jika itu benar
atau salah?

Ah Entah
Tidak tahu, tidak yakin, tidak pasti

Hanya butuh merenung
dalam diam dan sunyi
dalam bisu dan tuli
sendiri


Hidup memberiku berjuta pilihan
Pilihan untuk hidup, mati, atau tidak keduanya

Pilihan membuatku berpikir
Berpikir untuk memilih, tidak memilih, atau tidak keduanya

Pikiran memberikanku paksaan
Paksaan untuk berpikir, tidak berpikir, atau tidak keduanya

Dan,...

Paksaan menjebakku, dalam siklus waktu
Yang mengharuskanku
.....
Untuk hidup, memilih, berpikir, atau,...
Aku harus mati tanpa semuanya

-----------
Rasanya, aku ingin selamanya berada dalam perasaan ini. Di saat semua terlihat begitu nyata, hidup, bergerak. Tenggelam dalam rasa syukur yang tak terkirakan, atas hidup dan kehidupan.

Tuhan, jika adalah kehidupan, aku mohon kepada Sang Penciptaku. Berikan aku indra ketujuh, agar aku bisa melihat langitMu. Langit kehidupan dimana aku bernafas dalam pencarianku. Aku mencariMu dalam sadar dan kebingunganku, dalam keyakinan dan bimbangku. Dan aku ingin ditemukan.

Hari ini, saat kulihat seorang ibu dan bayinya yang tidur, aku tersenyum, entah untuk apa. Keindahan tiba-tiba kurasakan. Keindahan yang hanya bisa kurasakan saat aku bersyukur. Saat kulihat ternyata wajah-wajah begitu berwarna, pucuk-pucuk daun bergerak berirama. Berpesan padaku.
“Bahwa apapun itu, hidup ini indah.”
“Jangan pernah takut kehilangan, karena pada dasarnya kita tidak pernah memiliki.”

“Hanya cinta pada kehidupan yang membuat kita hidup dalam indahnya syukur atas pemberian.”
----

Jika ada keinginan yang kuat,
Impian yang tertanam dalam,
Nyata akan mengikutinya.
Dalam bentuk yang kadang penuh kejut

Pesona hidup,
Melalui ketidak-tahuan manusia akan masa depan.
Ketidak-tahuan yang melahirkan harapan,
Dan melukis waktu terbentang

Meski hanya setitik kecil ingin di dalam jiwa,
Tapi aku selalu terkesima
Ketika ingin itu menggeliat,
Memperlihatkan lahir wujudnya.
Dia ingin hidup, pelan tapi pasti.

Aku tahu jika keajaiban itu ada.
Mungkin bukan itu,
Namun harapan yang lahir jadi nyata.
Karena itulah aku percaya,
Aku berharap,

Dan aku tak pernah lelah untuk itu
Terharu, 
Duduk di kursi, dengan pemandangan berjalan seolah melawanku. 
Teringat panas di mataku tadi, teringin bertemu dengan seseorang yang entah tidak selalu di hati. 

Meski menafikan, menyangkal, dan menghindar,..
tapi jauh di lubuk terdalam yang tak bisa kulihat
Entahlah, mungkin dia tersembunyi di sana. 

Dia hanya datang dalam bentuk panas di mata, 
ngilu di hati,
dan apapun itu yang membuatku seolah hilang

Tuhan,
Entah sejak kapan? Entah sampai kapan?
Permainan ini mulai menyakitkan.
Aku sakit dalam kekhawatiran ini, 
Aku bahkan takut akan kesabaranku sendiri

---

Kotak bus selalu membawa lamunan kemana-mana