Tampilkan postingan dengan label Friends of Mine. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Friends of Mine. Tampilkan semua postingan

Sebagian cerita dari MeNeHe 41 hari ini :)
Tidak mudah untuk bisa bertemu dan berkumpul dengan kawan lama. Tapi, tidak sulit juga. Seperti pula malam ini. Tanpa basa-basi, tanpa rencana berarti, byarrr..., begitu saja, aku bisa bersua dan sekedar berbagi cerita dengan teman sekelas semasa kuliah dulu, MeNeHe 41. Untuk Sandhi, Lita, Amri, Clara, dan Priyo, aku senang sekali bisa ketemu kalian lagi setelah sekian lamanya. Jika bisa mengekspresikan diriku sebebasnya, aku pasti akan jingkrak-jingkrak ketemu kalian. Sayangnya, aku masih jadi orang yang pemalu seperti biasanya. Ehemm,...

Malam ini, dan juga seperti dulu juga, yang menjadi hot artisnya adalah 'Si Peneliti dari Kendal -Manokwari'. You know who lah gaes! Sandhi Imam Maulana sepertinya tetap akan kurus kering dengan 46 kilo-nya itu seperti pula tetap koplak dan secablak  yang kutahu ketika ia masih belum jadi S.Hut.  Gaes, padahal sekarang doi udah Master, lulusan kampus beken di Ausie, buntutnya sudah dua pula, tapi Sandhi tetap aja Sandhi yang sama. Sama? Sama-sama masih 'ndeso'. Sorry San, tapi cerita pengalamanmu di Ausie yang paling nempel di kepalaku lho. Ingat cewek berhanduk? Atau si 40%? Atau gaya-gayaan di Belanda? Hahaha... Konyol sumpah! But, I like it! Just so you know lah, aku juga tetep 'ndeso' kok. Justru itu 'point of interest'mu. Tak doakan semoga cita-citamu kabul ya. (Dan semoga ngikutin kamu deh yang urusan 8 tahun. Kalau bisa kurang. Amiinnn)

Amri juga gak banyak berubah, kecuali sedikit ukurannya saja agak naik. Hehehe. Suaranya masih rendah dan pelan, seperti dulu, hingga kadang aku tidak dengar apa yang dia katakan. Pak Komti punya rencana mulia lho untuk bikin reuni MeNeHe 41. Ayo support Amri jadi komti alumni! (Btw, sampai sekarang aku gak tahu apa itu arti atau kepanjangan komti. Apa komandan inti ya? Au ah.. ) Salam buat Ayu ya. Ciee, pasangan cinlok.

Priyo masih bulet, eh tambah bulet ding malah. Bersama sang istri tercinta, doi bela-belain datang ke pertemuan malam ini meskipun katanya habis kecapean seharian ngaduk semen. Ngecor katanya. Ngecor apaan sih kamu Pri? Clara juga, sehabis pulang kerja disempat-sempatin datang. Aku, saking kupernya, sampai gak paham kalau Clara sudah married dan bahkan punya buntut 2 tahun. Kemana saja aku selama ini?! Tapi, beneran lho Clar, kamu masih kelihatan seperti gadis. Hehehe.. (Pasti senang nih kalau dibilang begini.)

Last but least, Lita. Lita datang bersama anak dan suami. (OMG! Kapan aku juga bisa beranak juga ya? Nunggu yang mau buahin dulu kali ya.. Hahaha... ) Ingat dulu, aku sering ke kosan Lita buat nyalin tugas kuliah, minta bahan ujian, dll. Karena setahuku, Lita itu paketannya dengan Nui, maka aku sempatin ngambil selfie bareng Lita. Tujuannya? Jelas, buat bikin iri Nui. Ayok, Nui kapan ke Bogor? Gak kangen apa ngrumpi sama aku?

Aku dan Lita
Ada yang penasaran kita ngobrolin apa saja malam ini? Hah,... Anak Kehutanan pasti ngomongin hutan. Tentunya tak jauh dari kondisi kehutanan kita yang semakin parah. Kabut asap dimana-mana dan bagaimana ini seharusnya kondisi ini bisa segera diselesaikan. Halahh,... Serius banget ya?! Atuh mah gimana lagi, 4 dari 6 orang yang ngumpul di sini gawenya di bawah KLHK kabeh. Dari kabut asap, loncat-loncat ke oops Manokwari lagi! Terus ngomongin jaman kuliah, lalu balik ke Manokwari lagi. Hahaha.. Canda lho. Bagi yang punya nama-nama berikut ini, mohon diperhatikan, karena kalian telah jadi bahan omongan kita malam ini, yaitu: Catur si punk mania, Ivan yang tak ada duanya, Eko pak polisi, Iis Han Han yang entah berada dimana, Fatah yang sedang di seberang dunia, pak dosen Khalifah, Rejos dan bakso raksasanya, Nui dan Wati sang guru SMK, Yumte dan Christina pasangan cinlok kita, Eris dan Denpasarnya, Topan sang Eo ber-rebana kita, Satrio yang tak ada duanya, dan trio wek-wek lulus terakhir angkatan kita-Huda, Ivan, aku. Lhoh aku? Iya gaes. Bagi mungkin yang belum tahu, aku lulus benar-benar paling terakhir di angkatan 41, "Sang Khotaman-Penutup-Penyempurna". Lol..

Hampir lupa. Bahkan, kita juga ngomongin Anton SIREGAR sang artis orkestra kita yang dulu sempat pamitan ingin berkarir di Suriname. Apakah kalian masih ingat kawan kita satu-satunya Siregar yang bukan orang Batak itu?

Sebenarnya sih hampir kalian semua kami sebut namanya malam ini. Jadi, jangan khawatir kawan. Kalian akan selalu jadi bahan rumpian nostalgia kita kok. :)

MeNeHe 41 adalah satu dari sekian komunitas pertemanan dalam hidupku yang berwarna-warni. Kalian-kalian adalah warna-warna di dalamnya. Satu per satu dari kalian punya kesan di dalam memoriku. Jika berkesempatan dan kalian berkenan, aku bisa kok menceritakannya. Hehehe...  Terimakasih ya teman, untuk waktu dan kesempatannya. Meskipun waktu berlalu begitu cepat, tapi memori kita akan selalu ada dan terasa baru kemarin terjadi.

Sungguh, malam ini sangat menyenangkan. Bahkan Sandhi bilang kalau belum sembuh kangennya. Aku juga sama San. Tapi, apa daya, waktu tetaplah berbatas, dan besok kita harus kembali jadi kuli kehidupan, demi dapur masing-masing yang bahkan jumlahnya ada yang lebih dari satu. Hehe. 

Seorang kawanku dari Amrik (fyi,her name is Dori.)pernah bilang padaku satu kalimat yang ingin juga kukatakan pada kalian semua.

-"It's amazing how the time flies by, but not the memories. Isn't it interesting how each of us is brought together in life?"-


-21 Oktober 2015-
(Ini adalah catatan tentang seorang sahabat, seorang teman yang dalam hidupku yang cuma sekali ini telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kutemui. Ya, melalui catatan ini aku ingin mengungkapkan betapa mereka-mereka ini sangat berharga. Benar-benar berharga hingga aku bahkan kadang tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. )



Nadia and I at Labuhan Jukung Beach, West Lampung


Nadia, itu nama kamu. Apa kabar kamu sekarang ya? Ah, tentunya kamu sekarang sudah menjadi gadis remaja yang cantik. Saat itu, tahun 2008 kita bertemu dan kamu masih kelas 6 SD. Kamu adalah satu orang spesial yang telah menghiasi hari-hari indahku selama melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Krui Barat - Lampung Barat. Satu bulan penuh cerita yang menghiasi petualangan pertamaku di Pulau Sumatra.

Pahmungan, sebuah pekon (desa) indah yang dikelilingi agroforest Damar, menjadi kampung halamanmu dan juga tempatku belajar tentang hutan dan kehidupan. Alam yang indah, orang-orang yang ramah, bahasa baru, rasa baru, dan banyak hal lain yang sungguh mempesonaku di sana. Bisa kubilang jika kegiatan PKL-ku itu adalah ekspedisi soloku yang pertama. Dan kamu, Nadia menjadi bagian penting juga di dalamnya.

Pertama kali bertemu denganmu mungkin adalah hari kedua setelah kedatanganku di Pahmungan. Aku menginap di rumah kakek kamu yang pas terletak di sebelah rumahmu. Dalam suasana yang masih asing dan sungkan, kamu muncul dengan anak-anak yang lain. Ah, aku kok lupa ya! Siapa itu nama adik kamu yang cantik itu? Juga sepupu kembar kamu yang lucu itu? Lalu kitapun berteman dekat. Aih, senang sekali rasanya punya kawan baru. Dimulailah kemudian petualangan kita bersama.

Sekarang aku akan mencoba mendaftar kegiatan apa saja yang pernah kita lakukan bareng ya.

  1. Mandi sore di sungai. Main air di sungai adalah satu keasyikan yang tak tertandingi. Meski sayang sekali aku tak bisa berenang. Nadia selalu menemaniku di sore yang lelah, untuk sekedar menyegarkan diri di aliran jernih air sungai yang mungkin adalah Way Ngison Balak (atau Lunik). Ah lupa lagi.
  2. Panen Damar Mata Kucing. Di suatu siang, kamu dan temanmu ikut aku ke hutan. Jika tugasku adalah mengamati dan mendata tentang panen damar, kamu bersama temanmu 'ngelahang' alias panen damar jatuhan. Lumayan bisa dijual juga kan. Hemm, laku berapa Nadia waktu itu?
  3. Belajar Bahasa Lampung. Satu hal yang paling sulit kupelajari adalah bahasa baru ini. Aksen huruf 'R' yang khas adalah kendala utamaku. Nadia adalah guru yang sabar. Aku masih ingat lho sejumlah kata yang kamu ajarkan: Babui (babi), Ulai (ular) dan Kaci (anjing).
  4. Main di Pantai Labuhan Jukung. Yuhuuu! Ini adalah yang paling menyenangkan. Labuhan Jukung adalah satu dari pantai terindah di pesisir Lampung Barat. Sehari waktu itu, kita menjelma menjadi gadis pantai yang seksi. Ha ha ha. Maksudnya kamu sih Nadia. Meskipun masih kecil, tapi tubuhmu yang bongsor dan juga kulit kecoklatan kamu terlihat keren. Ekspresi kamu juga oke banget. Kamu terlihat seperti anak pantai beneran. (Memang benar kali ya!) Waktu itu kita bertemu 2 atau 3 bule ganteng dan ingin sekali menyapa. Ah, sayangnya aku masih cemen waktu itu. Coba sekarang! Pasti sudah kita ajak kenalan. :)
  5. Jalan-jalan di Pasar Krui. Di pasar itu juga kita makan bakso yang enak banget.

Etc

Aku yakin masih banyak banget Nad, hal-hal yang pernah kita lakukan bareng. Hal penting yang mungkin perlu kusampaikan adalah kamu membuat hari-hari selama di Pahmungan menjadi sangat berkesan. Kamu banyak mengajarkan aku segala macam hal. Kamu juga menjadi pemandu-ku yang paling handal. Kamupun juga selalu memperkenalkan aku dengan banyak teman-temanmu di sana sehingga aku bisa punya banyak kenalan. Memang benar banget, aku menyukai anak-anak. 

Terima kasih Nadia. Kamu telah mewarnai kenangan indahku di masa PKL. Belajarku jadi menyenangkan. SKS-ku pun menjadi petualangan.

Aku tak tahu bagaimana caranya agar kamu bisa membaca catatan ini. Ah, kenapa bingung ya! Aku bisa saja bermain lagi ke Pahmungan. Aku juga masih ingat jelas rumah kamu dimana. Yah, semoga saja jodoh kita masih ada sehingga kita bisa bertemu lagi nanti. Jika kupikir lagi, mungkin akan agak canggung kali ya jika kita bertemu. Kamu pasti sudah menjelang dewasa sedang kamu yang kukenal masih anak-anak. Halah, kenapa aku jadi berpikir sejauh itu? Bertemu kawan lama adalah anugerah. Pastinya akan banyak cerita yang kita bisa bagi. Nadia pun bisa saja mengajariku Bahasa Lampung lagi.

Ya,..

Suatu hari nanti. 

Aja (Aji M Huda), apa yg kamu lihat Ja?

Sampai sekarang aku masih belum bisa merasakan apa yang berbeda, apa yang berubah dari diri seorang sahabat. Aku masih merasa sama, seolah tak pernah terjadi apa-apa. Dan memang tidak ada yang berubah kecuali fakta bahwa kamu sudah tidak di sini lagi. Ah, tapi sekali lagi kutegaskan! Aku tak merasa beda, aku tak merasa kehilangan, aku bahkan tak bisa menangis. Kenapa? Karena tidak ada yang pernah berubah Aja, kamu akan selalu ada dalam diriku sebagai seorang sahabat yang sangat berarti, kawan  yang mengerti dan junior-ku yang berani. 

Aja. Aku pertama mengenalmu sekitar 8 tahun lalu, 2006. Saat itu aku masih memanggil nama lengkapmu, ‘Aji Muhammad Huda’. Kemudian jadilah kamu MPCA-ku, ketua MPCA-ku yang beruntung punya nama lapangan baru di hari pertama pelantikanya. Sejak saat itulah panggilanku padamu jadi ‘Aja’, sampai sekarang. Kenapa beruntung? Coba lihat nama-nama yang lain, sebut saja Patkay, Kliwon, Jablay, Upil. Hahaha.. ‘Aja’ kurasa lebih manusiawi. Maaf ya yang tersinggung. :) 

Bersama teman-teman di angkatanmu, jadilah kalian MPCA pertamaku pas di saat aku masih sombong-sombongnya sebagai AM baru di LAWALATA-IPB dan kamulah ketuanya! Saat itu, aku mengenalmu sebatas hubungan senior-junior dan tidak secara personal. Tapi aku memperhatikanmu dan menilaimu sebagai sosok calon anggota yang tangguh, punya pendirian, dan berani. Hey, kamu ketua-nya kan! Itu adalah buktinya. 

Kemudian jadilah kamu AM. Sungguh AM yang rajin, rajin main ke sekret maksudnya. Hehehe. Bersama teman-temanmu, Bucok, Kliwon, Kipli, dll telah membentuk satu kesatuan cowok-cowok AM Nusa Penida yang sungguh keren. Cukup menghibur senior cewek di Karimunjawa yang bawelnya setengah mati. Sumpah, aku bangga sama kalian!

Kamu yang kukenal adalah kamu yang penuh impian, cita-cita disertai rencana dan tanggung jawab. Kamu juga pernah bilang bahwa kamu adalah pelindung keluargamu, kamu akan lakukan apa saja untuk kebahagiaan keluargamu. Aku kagum dan terharu. Aku saja belum yakin bisa seperti itu. Dan itu kamu buktikan. Jika boleh kubilang, kamu adalah satu dari angkatanmu yang paling sukses dalam berkarir. Di tengah-tengah kami yang masih galau menentukan pilihan hidup, kamu sudah jauh melaju. Kamu mencari, mencoba sesuatu yang baru dan menemukannya. Aku tidak tahu, tapi itulah yang kulihat. 

Dan satu lagi Ja, kamu tidak pernah lupa dengan keluarga keduamu, L-IPB. Meski sudah alumni, kamu tak pernah absen untuk sekedar bercengkerama ngalor-ngidul di sekret, naik gunung, arung jeram ataupun ke pantai bersama L. Tak hanya 1 atau 2 kali kudapati kamu berada di tengah-tengah junior L di sekret. Yah, kamu ingin menularkan semangat, ilmu dan bahkan romantisme dan kehangatan dalam persahatan kita semua di Lawalata. Itulah mengapa seakan jarak tak pernah ada. 

Di hari itupun kamu juga sedang ber-arung jeram. Salah satu kegiatan favoritmu, kegemaran setiap penggiat alam kurasa. Dan Tuhan memanggilmu untuk bersamanya ketika kamu sedang melakukan aktivitas kesukaanmu. Ah jadi ingat aku: seorang kawanku yang hobi berkuda di Oregon pernah berkata, “I know that everyone will die someday. My wish is when my time come, I hope it will be when I’m riding a horse!”. Dia berkata bahwa kebahagian terakhir orang ada di situ. Yah, boleh setuju atau tidak dengan pendapatnya. Tapi aku yakin kamu akan selalu bahagia Ja. 

Kamu adalah satu dari sekian banyak orang yang kukenal. Yakinlah, jika setiap sahabat selalu punya ruang khusus di dalam hatiku, begitu juga kamu. Aku hanya sekedar satu dari sekian banyak orang yang mengenalmu. Tapi setiap orang akan punya kenangan yang beda tentangmu, cerita yang beda, kisah yang beda. Ah, aku bayangkan indah rasanya jika setiap sahabatmu menulis kisahnya bersamamu. Ini sekaligus ajakan bagi teman-teman semua. Tuliskan perasaanmu dan abadikan dalam kata-kata. 

Aku tidak akan mengenangmu dalam tangis ataupun haru. Aku bahkan tak nyaman menggunakan kata ‘mengenang’. Iya Ja, aku merasa tak ada yang berubah. Kamu tetap ada. Karena itu aku menggunakan ‘kamu’ daripada ‘dia’. Ini bukanlah penyangkalan tapi sebuah keyakinan. Aku percaya dengan cinta abadi karena itulah aku percaya bahwa hidup itu juga abadi. Kamupun juga selalu abadi sampai jika Tuhan berkehendak aku harus pikun di kemudian hari. 





Sudiyah Istichomah / Nonet L-262
Portland-Oregon, 02 Juli 2014

Ada seorang teman, bolehlah dibilang adik meski tak sebapak tapi seibu, Ibu pertiwi maksudnya.

Dua tahun lalu bertemu di kampung halamannya, di salah satu pulau paling kaya di dunia, Kalimantan alias Borneo. Dia tinggal di Dusun Melinsum bagian dari satu desa yang hanya namanya saja yang SEJAHTERA, di Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Melinsum itu indah, meskipun kurasa kenyataan hidup itu tak selalu indah. Kesederhanaan, kebersamaan, perbedaan, petualangan, ah, rasanya masih banyak lagi hal lain yang membuatku jatuh cinta dengan Melinsum. Telah kunobatkan Melinsum sebagai kampung halaman ke-2ku setelah Boyolali.

Kembali ke kisah seorang teman, sebut namanya Rio. Anak yang lucu dan jenaka.Ah, aku tidak ingin menuliskan tentang Rio di tulisan ini. Nanti akan ada bagian khusus tentang dia. Hayhay... Di tulisan singkat ini aku hanya ingin menyampaikan pada Rio atau yang paling senang dengan nama 'sedikit alay' (upss sorry ya), EOZX atau apalah yang aku tidak tahu gimana membacanya, bahwa batas itu tidak ada. Itu yang kuyakini.

Karena sekarang Rio sudah punya blog sendiri, mulai rajin menulis, aku ingin menyampaikan betapa aku senang sekali. Ingin ke Melinsum ketemu langsung dengannya dan juga teman-teman lainnya, tapi kesempatan belumlah ada. Maka di negeri yang tidak terlalu jauh ini, aku sampaikan salamku.

Tetap semangat ya! Ini teman-temanku juga menyampaikan agar kamu tetap semangat ya. Tularkan semangat dan pengetahuanmu kepada teman-teman yang lain juga. Bicaralah tidak hanya pada diri sendiri tapi pada dunia! Sampaikan pendapatmu, sampaikan pikiranmu.
 

(Kapan ya bisa ke sana pas panen duren? :D )

Speak Up Your Mind!





(Widimartani Arum Pertiwi)

Ini adalah catatan tentang seorang sahabat, seorang teman yang dalam hidupku yang cuma sekali ini telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kutemui. Ya, melalui catatan ini aku ingin mengungkapkan betapa mereka-mereka ini sangat berharga. Benar-benar berharga hingga aku bahkan kadang tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. 

Me n Widi '03

Hai Wid, hehehe.. Senangnya akhirnya aku bisa bertemu denganmu setelah sekian tahun berlalu. Paling tidak 4 tahun sudah kita tidak ketemuan ya. Tapi beberapa hari yang lalu, ketika aku bertemu denganmu, aku tidak merasakan sesuatu yang asing darimu. Ah, kamu tetap Wiwid yang kukenal sejak dulu. Wiwid yang selalu tersenyum, selalu ramah, sedikit kikuk, dan selalu membuatku nyaman untuk tidak berbasa-basi. Hehehe, atau memang akunya saja ya Wid yang gak tahu malu. Ya, kamu tahu kan jika aku dari dulu seperti itu. Tapi percayalah, tidak ke semua orang aku tunjukkan sisi itu. Hanya orang-orang tertentu yang kurasa nyaman saja. Dan kamu adalah salah satu dari yang sedikit itu. Hehehe...


Yang berbeda darimu hanyalah kini ada dua sosok kecil dan imut-imut yang mengelilingimu. Ya, Fathan dan Isan, semoga aku tidak salah nulis namanya. Sungguh Wid, senang rasanya melihat anak-anak kamu yang lucu dan menggemaskan. Tingkah Fathan yang tidak bisa diam atau senyum nyengirnya Isan tentunya tidak akan mudah aku lupakan. Ingin rasanya menggendong mereka, tapi sayang mereka tidak mau. Hiks hiks hiks...  Sedikit ada sesal yang kurasakan. Kamu tahu? Ya, absenku itu Wid. Rasanya aku telah banyak melewatkan waktu-waktu penting dimana seharusnya seorang sahabat hadir. Ketika kamu menikah, ketika pertama kali Fathan lahir, atau waktu-waktu lainnya yang selalu aku lewatkan. Ah, kok jadi sedih gini ya?

Kalo diingat-ingat lagi, kapan ya pertama kali kita bertemu? Mungkin pas kita SMP ya? Ya, pasti begitu karena memang kita satu sekolahan. Tapi saat itu aku hanya mengenalmu sebatas kenal, tahu, sapa dan senyum jika bertemu. Tidak pernah sekelas tidak memberi kesempatan bagi kita untuk lebih mengenal. Tapi aku dari dulu tahu lho Wid, jika kamu itu pintar. Hehehe.. Pas SMP kamu masuk jajaran top ten 3D kan? Kelas elit yang selalu membuatku iri setengah mati. Tahukah kamu jika aku dendam sekali dengan semua penghuni 3D. "Kenapa aku tidak dimasukkan ke situ? Aku kan juga cerdas?", Itu pikirku dulu. Hahaha..

Beruntung Persada telah mendekatkan kita. Ternyata hobi dan kegemaran yang sama bisa membuat orang saling mengenal. Persada yang telah mengajarkan padaku betapa indahnya dunia petualangan di alam bebas, Persada yang sangat aku cintai, Persada yang telah memberiku teman-teman sejati. Iya Wid, alam itu selalu menunjukkan sifat asli manusia, termasuk sifat egoisku, manjaku, dan menye-menye-ku. Dan alam juga telah menunjukkan sisimu yang kurasa berkebalikan denganku. Kamu yang penyabar, telaten, baik hati, loyal pada teman, meskipun kadang terlalu pengalah. Hehehe.. Maaf ya jika mungkin aku sok tahu. Tapi, itulah kamu di mataku. Dan dengan segala apa yang ada di dirimu itulah yang mungkin membuatku nyaman bersama kamu. Aku senang dengan semua teman-teman di Persada, tapi tentunya kamu ingat kan jika boleh dikatakan geng, maka geng-ku adalah kamu dan Ketik. Hehehe. Kok rasa-rasanya jadi mirip Trio Kwek-Kwek ya. Eh, iya gak sih? Hah, kangen jadinya naik gunung bareng kalian. Kapankah itu bisa terjadi? Tak tahu. 

The Girls of Persada, siap-siap ke Merbabu '03

Aku ingat beberapa kali kita berjalan bersama untuk pulang, dari SMA 1 sampai Pasar sambil curhat, terutama tentang cinta masa muda yang selalu indah. Curhat bersamamu itu selalu menyenangkan Wid. Kamu adalah orang yang paling tahu, paling mengerti tentang kisah cinta milikku di masa abu-abu itu. Yakin Wid, tidak ada orang lain yang paling ngerti apa yang kurasakan selain kamu. Bahkan mungkin 'orangnya' sendiri bahkan tidak akan pernah ngerti. 'Dhek Daldo' milikku itu selalu akan menjadi kisah paling indah di masa perjalananku menjadi dewasa. Dan aku senang aku punya dirimu, selain juga Santi dan Haryanti yang selalu membagi cerita bersama. I love you guys.

 Pas kuliah pun ternyata kita masih bersama ya Wid. Dan kamu tetap menunjukkan kecemerlanganmu dalam akademik. Ingat gak pas kuliah matrikulasi aku selalu memintamu mengajariku Kimia Dasar yang sulit itu? Kamu guru yang baik Wid. Buktinya, aku mendapatkan nilai terbaik di kelasku untuk KimDas. Hehehe.. Muridnya saja bagus, apalagi sang gurunya? :) . Selama tahun-tahun di kampus aku dan kamu mulai jarang bertemu, jarang berinteraksi. Mungkin karena aku yang terlalu sibuk di luar, menyibukkan diri dengan dunia yang selalu menarikku dalam hal-hal yang gila dan sinting jika kupikirkan sekarang. Aku tidak melupakanmu dan juga teman-teman lain, hanya saja aku terlalu sibuk. Maafkan aku ya. Tidak menghadiri wisudamu juga suatu absenku dalam momen pentingmu. :(

Widi, melalui tulisan ini aku hanya ingin nyatakan bahwa dalam daftar sahabatku, kamu tetap akan menjadi terbaik. Aku selalu percaya padamu. Maafkan aku jika tidak bisa menjadi teman yang baik. Mungkin aku masih aku yang egois dulu itu, aku masih menjadi aku yang aneh itu.

Ah, satu lagi Wid. Aku teringat pernah melakukan suatu hal yang sangat 'tidak baik' padamu. Satu hal itu sampai sekarang terkadang menghantuiku. Rasanya aku berdosa besar padamu. Sungguh, aku minta maaf dari hatiku yang terdalam. Ingatkah saat SMA? Suatu sore kamu menemaniku, menungguiku dan kita bersama pulang sekolah. Kita duduk berdua di dekat gerbang sekolah sambil menunggu angkot yang lewat. Kemudian secara tidak terduga ada kawanku dari sekolah yang lain yang lewat dengan sepeda motornya. Kebetulan dia tetanggaku dan menawariku bareng dengannya. Dan aku dengan bodohnya meng'iya'kan. Dan pulanglah aku dengan kawan itu, meninggalkan kamu sendirian. Sumpah! Itu adalah perbuatanku padamu yang paling menyesakkan jika kuingat. Sungguh Wid, maafkan ya. Aku tidak sadar saat itu.

Aku doakan kamu selalu bahagia dengan keluargamu, dan juga dengan dirimu sendiri. Tetaplah kejar apa yang kamu selalu impikan. Kamu tentu tahu bahwa semua yang kita cita-citakan akan selalu dapat tercapai asal kita tetap percaya dan meraihnya. I am so proud of you. Right now you're a mother of two cute boys, yet I am still single. Hehehe. Doakan aku agar juga dapat partner ya. :)

Mungkin kapan-kapan kita harus reunian ya, dengan teman-teman Persada kita, dengan grup empat sekawan 'dhek Daldo' kita. Tidak perlu serius membahas hidup yang seakan sulit, cukup bercanda mentertawakan masa muda yang konyol sambil menikmati mie ayam dan es teh di warung-warung yang sering kita datangi dulu. (Eh, mie ayam di depan MAN itu masih ada gak ya? :P )

Sampai ketemu lagi Wid. Halah kok jadi sendu ya. Tenang Wid, Medsos sudah menggila sekarang. Tidak akan ada jarak yang dapat memisahkan, kecuali jika kita ingin membuat jarak itu. You're always with me.  :)  
-----
Ini adalah catatan tentang seorang sahabat, seorang teman yang dalam hidupku yang cuma sekali ini telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kutemui. Ya, melalui catatan ini aku ingin mengungkapkan betapa mereka-mereka ini sangat berharga. Benar-benar berharga hingga aku bahkan kadang tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. 


Angel 
Angel, cuma itu yang kuingat tentang namanya. Angel yang seperti malaikat kecil, memberikan kesejukan di hati, menawarkan keramahan tak tersembunyi. Gadis kecil yang membuka mataku akan dunia yang masih menyimpan orang-orang baik tanpa perlu syarat apapun. Terimakasih ya Angel. Meski hanya bicara denganmu tak lebih dari 15 menit, tapi sosok 'malaikat'mu itu telah menancapkan kesan mendalam di hatiku. 


Hari itu tanggal 15 Desember 2013, dalam perjalanan Sukadana - Pontianak melewati sungai . Dalam speed boatyang dipenuhi penumpang yang berdesakan itu, aku duduk di antara orang-orang yang sama sekali tak kukenal. Meskipun dalam suasana yang penuh sesak itu, aku merasa bagaikan seorang diri saja. Mau bagaimana lagi? Ingin mengobrol dengan orang pun rasanya sungkan. Malas juga SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) di tempat ini. Aku juga merasa lebih baik aku melamun sendiri sambil memandang tepi sungai yang dipenuhi nipah dan bakau, atau melihat birunya langit di atasnya. Dentuman musik Rock dari headset yang menyumbat telingaku melengkapi terpisahnya aku dengan realita dengan para manusia. Dan percayalah, tidak hanya aku yang melakukannya. (Ah, aku jadi teringat tentang 'budaya keramahan di angkutan umum yang semakin hilang'- baca lagi lah.)

Selama kurang lebih 4 jam perjalanan yang dihabiskan untuk bisa sampai ke Pontianak.Pelabuhan tujuanku adalah yang terakhir sehingga aku turun belakangan. Satu per satu penumpang turun, begitu juga para penumpang di kanan kiriku. Saat itulah kemudian Angel muncul. Awalnya Angel duduk di depanku, nyelip di antara Mama dan Tantenya. Melihat ada bangku kosong, dia kuajak untuk duduk di sampingku. Dan dia pun dengan senang hati duduk di sampingku.

Angel yang baik. Tak perlu basa-basi, tak perlu ragu-ragu, kamu lalu menyapaku.
"Kakak darimana? Namanya siapa? Kalau aku namanya Angel dari Teluk Batang." katamu.
Kukenalkan diriku, sekadarnya. Ada sedikit lega di hatiku. Mungkin pada akhirnya aku bisa bicara dengan orang. Dan Angel-lah yang memulainya.

Kami pun mengobrol banyak. Angel tidak sungkan-sungkan bertanya ataupun bercerita tentang diri dan keluarganya. Dia bercerita bahwa dia akan pergi bersama Ibunya menemui saudara di daerah Singkawang. Dia senang karena sebentar lagi dia akan punya adik. Ya, saat itu Ibunya sedang hamil besar. Dia menanyakan apakah aku pernah pergi ke Jakarta, bagaimana rasanya naik pesawat, dan bagaimana suasana kota-kota di Jawa. Angel mendengarkan ceritaku dengan penuh antusias dan semangat. "Suatu saat, Angel akan pergi juga ke Jakarta dan juga berkuliah." katanya.

Satu pertanyaan dari Angel yang paling kuingat adalah, "Kalau kakak orang apa?". Aku jawab saja bahwa aku orang Jawa. Eh dia balik bertanya, "Bukan itu, kalau Angel kan orang katholik, kalau kakak apa gitu? Kristen apa Islam?". Oh, dia bertanya tentang agama rupanya. Memang di daerah ini, keragaman religiusnya cukup tinggi. Mayoritas orang keturunan Cina beragama nasrani atau kong hu chu. Kebetulan Angel ini beragama katholik. Kukatakan padanya bahwa aku orang Islam.

Aku pikir dia akan berubah cara bicaranya ketika tahu bahwa aku beda keyakinan dengannya. Tapi ternyata tidak. Baginya beda agama bukanlah suatu masalah. Dia punya banyak teman pula yang berbeda-beda keyakinannya. Dia katakan kalau kebanyakan orang Islam itu orang Melayu. Awalnya dia berpikir kalau aku orang nasrani juga karena mukaku yang sedikit berbau 'cina'. Hehehe, bisa saja Angel ini.

Percakapan kami yang singkat akhinrya harus diakhiri. 15 menit telah berlalu dan speed boat sudah sampai di pelabuhan terakhir. Ah, rasanya masih ingin berlanjut. Baru sebentar aku bicara dengan Angel. Masih banyak obrolan yang ingin aku lanjutkan. Keramahan Angel dan sudut pandang anak-anaknya yang polos dan penuh dengan harapan, seolah membawakan kembali 'semangat' ku yang pudar. Semangatku untuk selalu meyakini bahwa menjadi manusia itu adalah keajaiban yang sangatlah besar. Dan bahwa setiap manusia itu memiliki pesonanya yang tak terkira.

Aku hampir saja lupa. Sungguh! Rutinitas bernama 'kerja' terkadang menumpulkan pikiran dan perasaanku. Hampir saja aku menjadi bagian dari pasukan robot yang hidup hanya untuk sekedar hidup. Hahh, Angel. Dirimu adalah seorang angel  yang dikirim Tuhan untukku. Terimakasih ya sayang. Aku tidak tahu apakah kita akan bertemu lagi, atau bahkan jika kamu mengingatku, atau membaca sedikit coretanku di blog ini. Tapi aku yakin, pesan cinta itu akan selalu sampai ke tujuannya. Mungkin angin yang akan membawanya, atau arus laut yang memisahkan pulau kita, atau burung-burung di langit dan ikan-ikan di samudra. Aku yakin alam memiliki bahasa dan dia akan menyampaikan sayangku untuk Angel kecil yang tinggal jauh di sana, di Teluk Batang, Kayong Utara, Kalimantan Barat.

--
Ah, beruntung aku sempat mengambil foto kamu yang cantik, Angel.


Ini adalah catatan tentang seorang sahabat, seorang teman yang dalam hidupku yang cuma sekali ini telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kutemui. Ya, melalui catatan ini aku ingin mengungkapkan betapa mereka-mereka ini sangat berharga. Benar-benar berharga hingga aku bahkan kadang tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. 

Suatu siang di pondok (Yusni, K Irawan, aku) '08
Cerita kali ini adalah tentang Yusni. Yusni Atmawijaya nama lengkapnya. Seorang kawan yang entah sengaja atau tidak kutemui di kota Pempek-Palembang. Meski aku yakin tidak ada yang namanya kebetulan, tapi pertemuanku dengan Yusni mungkin bisa dibilang telah didesain sebelumnya. Desainer bernama Tuhan tentunya. Ini juga berlaku bagi semua pertemuan-pertemuanku dengan kawan-kawanku yang lainnya. Halah,... Kumat lagi lebay-nya. Ya begitulah Yus, aku masih menjadi orang yang lebay dan masih sok-sokan puitis. Tentu kamu masih ingat kan tragedi sms nyasar itu. Hahaha.. Yes, I am still the same person as you know.

Pertama kali ketemu Yusni ketika aku sedang bermain ke Palembang, menghabiskan sisa waktu setelah kelar PKL di Krui, Lampung. Waktu itu aku punya waktu sisa 1 bulang yang sangat sayang jika tidak dipakai untuk jalan-jalan. Aku putuskan untuk bermain ke Palembang, karena di sana ada Uyung, seorang kawan pecinta alam dari Unsri yang sebelumnya telah kukenal di Bogor. Jadi Yusni adalah kawan dari seorang kawan. Ketertarikan terhadap alamlah yang akhirnya mempertemukan kita. Jurusanmu biologi kan? Masih sangat jelas di ingatanku ketika kita pernah berbeda pendapat saat diskusi tentang konservasi. Ya ya, beda pendapat itu selalu menyenangkan, lebih seru, lebih asik. Ya kan?

Waktu itu, satu minggu yang sangat berharga bersama Legua, kelompok caving bentukan kawan-kawan penggiat caving di Sumatera Selatan. Legua waktu itu akan mengadakan penelusuran gua di Kecamatan Kikim, di daerah Lahat. Untungnya waktu itu itu Uyung mengajakku ikut serta dan mengenalkanku pada kawan-kawan di Legua. Ah masih ingat aku dengan Maman, Deven, Bertha, Yusni, dan perempuan satu-satunya Mike. Kebetulan juga waktu itu ada Algi, kawan dari Jakarta yang sedang ada tugas dari organisasinya. Lengkaplah tim penelusuran gua. Yah, kalau bisa dibilang aku hanyalah tambahan saja di tim itu. Pemeriah, tim hore, pelengkap saja. Tapi aku sungguh sangat senang. Serius. Meskipun caving bukanlah sesuatu yang kudalami, namun berteman dengan teman baru di tempat baru bagiku adalah hal yang paling menyenangkan.

Bedanya caving di Jawa dan Sumatera benar-benar kurasakan saat itu. Caving di Sumatera bisa dikatakan adalah gabungan antara gunung-hutan dan caving. Butuh seharian waktu untuk sampai di lokasi goa. Sumpah, itu cukup jauh dan menguras tenaga. Panas matahari siang sangat menyengat terlebih ketika kita harus melewati kebun-kebun yang terbuka. Berapa kali kita harus menyeberangi sungai-sungai yang cukup lebar. Aku ingat waktu itu Yusni memakai tas carrier yang cukup besar. Dan aku yakin itu pasti sangat melelahkan. Tapi seru ya...

Selama peneluran goa itu adalah awal mula saat kita mulai saling kenal. Setelah kita kembali ke Palembang dan aku harus meneruskan jalan-jalanku ke Jambi sampai kemudian aku balik ke Bogor lagi, kita tidak pernah berhenti berkomunikasi. Satu hal yang paling kusuka dari Yusni adalah bahwa kamu tidak segan-segan mengirim sms meski hanya sekedar bertanya kabar. Kamu tahu? Itu adalah salah satu hal sederhana yang semakin kesini kurasa semakin sulit. Dan hal itulah yang kurasa membuat seseorang kehilangan perkawanannya. Bahkan sampai sekarangpun kita masih saling berkomunikasi kan ya. Hehehe.

Satu hal yang paling kusesalkan tentang kamu adalah ketika kamu datang ke Bogor, mungkin di saat yang tidak terlalu baik. Waktu itu aku sedang sakit gigi. Gigi bungsuku sedang mendesak keluar dari gusiku, menabrak-nabrak sarafku, dan itu rasanya sakit sekali. Sakit yang membuatku uring-uringan setiap hari, pada siapa saja. Dan kamu datang saat itu. Maaf ya Yus, jika mungkin waktu itu aku sempat bersikap kurang mengenakkan. Sungguh aku tak pernah punya maksud apapun. Justru aku senang kamu main ke tempatku, berkenalan dengan teman-temanku. Pasti ingat 'Emping' kan? Sama-sama makhluk biologi kalian ini.

Sudah berlalu 6 tahun sejak kita bertemu dulu itu. Sudah lama tidak jumpa dirimu. Tapi aku yakin sekali, bahwa kamu akan selalu baik-baik saja. Semangatmu yang menggelora pada ilmu pengetahuan alam kuharap akan selalu kamu bawa. Apapun yang kamu geluti sekarang, kudoakan selalu sukses. Eh, aku tidak tahu aktivitasmu apa? Hehehe. Aku belum update info terbaru darimu. Tapi tidak apalah, aku yakin kamu tetap menjadi Yusni yang baik, yang pintar, dan kritis. Semangat ya kawan.


Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi, mungkin caving bareng lagi, atau hanya sekedar ngopi di kedai  sambil bercerita sudah sampai sejauh mana hidup telah membawa kawanku pergi. 

Eh, mungkin kamu ingin tahu kenapa kutulis Yusni, seorang kawan ilmuwan. hehehe. Karena kamu memang ilmuwan Yus. Cocok kamu jadi peneliti. Itu pikirku ya.. Hehe
----------
Tim Penelusur Goa (-Algi)

Ini adalah catatan tentang seorang sahabat, seorang teman yang dalam hidupku yang cuma sekali ini telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kutemui. Ya, melalui catatan ini aku ingin mengungkapkan betapa mereka-mereka ini sangat berharga. Benar-benar berharga hingga aku bahkan kadang tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. 

Sri Purwanti@My Home Town

Me n Purwanti @Byl '03
Entah apa kurasakan kini, namun yang kutahu adalah bahwa sekarang kamu jauh dariku. Kamu adalah teman terdekatku ketika aku melalui masa kecil yang penuh dengan kebahagiaan hingga masa remaja yang penuh dengan keceriaan. Pur, dimana dirimu sekarang?

Ingatkah ketika dulu, pertama kali kita bertemu. Bahkan kamupun masih menggunakan Bahasa Indonesia, bahasa yang menurutku waktu itu hanya milik orang kota nun jauh di Jakarta yang bahkan tak kutahu dimana letaknya. Ketika tiba-tiba kamu muncul menjadi tetangga baruku. Aku malu-malu ingin berkenalan denganmu. Mungkinkan waktu itu aku masih berumur 5? 6? Atau 7? Entahlah aku tidak ingat.

Sejak saat itu, bahkan tidak sedikit hal yang masih memenuhi memoriku akan masa kecilku denganmu. Kamu adalah salah satu teman terdekatku yang paling lama. Masih ingatkah kamu tentang Lina? Tentang Siti? Yuli? Apri? Dan berbagai nama-nama lain yang berseliweran dalam memori kanak-kanak kita bersama.  Ketika satu per satu mereka pergi, kamu masih selalu ada di sini.


Banyak hal. Sungguh banyak. Waktu kita masih SD kelas 3 mungkin, kita pernah memiliki celengan bersama. Sehari kita menabung 100 perak, dan ketika sudah beberapa minggu kita pecahkan celengan bersama itu. Masing-masing dapat 3000-an. Itu adalah tabungan pertamaku. Entahlah aku lupa, kupakai apa uang itu. Pernah suatu ketika kamu dibelikan sepeda. Aku belajar sepeda juga, ikut meminjam sepedamu. Sering kita bersepeda bersama, jatuh bersama, dan tertawa bersama. Kita juga sering bermain bongkar pasang, main ibu-ibuan, masak-masakan, membuat kue dari tanah basah yang kemudian dijemur, main obrok, gobog sodor, uding, lompatan, .... Ahh sepertinya semua permainan tidak pernah terlewatkan ya...

Ketika kemudian kita beranjak remaja, kamu tetap menjadi teman terdekatku. Meski sekolah kita berlainan tak menjadi jarak yang berarti. Setiap sore sepulang sekolah sering kita sempatkan duduk bersama di pintu samping rumahku dan rumahmu yang kebetulan sekali berhadapan. Curhat dan gosip tentang teman-teman di sekolah, tentang cowok-cowok yang tampan, dan tentang kisah cinta monyet yang sungguh lucu.  Aku juga masih ingat ketika adekmu, Nia kadang ikut nimbrung ketika kita sedang ngobrol. Emm, Nia sekarang sedang apa ya?

Kemudian akhirnya aku lulus SMA, aku pindah ke Bogor. Ketika itu kamu pernah bilang padaku "Jangan lupakan aku ya". Dan waktupun terus berlalu, hari per hari, tahun per tahun. Kudengar kamu telah menikah dengan seseorang yang aku tidak kenal. Mungkin adalah temanmu. Aku agak terkejut, tapi kurasa itu wajar. Setelah aku di Bogor aku jarang berkomunikasi denganmu. Maklum HP belum punya.
Yang membuatku sedih adalah kamu harus pindah, mengikuti suamimu. Bukan apa-apa, hanya saja,....

Aku belum pernah mendengar kisahmu, aku belum juga menceritakan kisahku padamu. Tahukah kamu? Aku benar-benar merasa kehilanganmu. Ketika kemudian aku bertemu denganmu beberapa tahun yang lalu, kamu dengan keluarga kecilmu yang bahagia. Aku semakin sedih. Bukan apa-apa, hanya saja aku merasa melewatkan momen-momen berharga bersamamu. Aku juga menjadi kaku, aku seperti tidak tahu lagi apa-apa tentangmu. Yahh... Memang dirimu ketika kecil dan remaja-lah yang aku kenal. Namun bagaimanapun, kamu tetap sangat berarti bagiku. Dan aku ingin jika bisa, mengulang kembali masa-masa indah dulu.

"Aku tidak akan pernah melupakanmu" Itu adalah jawabanku.

I miss you my Dearest friend.....


Bang Udin
Ini adalah catatan tentang seorang sahabat, seorang teman yang dalam hidupku yang cuma sekali ini telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kutemui. Ya, melalui catatan ini aku ingin mengungkapkan betapa mereka-mereka ini sangat berharga. Benar-benar berharga hingga aku bahkan kadang tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. 


Bang Udin @ My HomeTown

Meskipun ada Udin Sedunia, bagiku nama Udin yang pertama teringat   dalam memoriku adalah sosok guru ngajiku. Ya, Bang Udin, adalah Udin pertama dalam kenanganku. Jauh ketika aku masih belum mengerti apa arti hidup dalam masa kecilku, Bang Udin mengenalkanku pada berbagai dunia baru, pada indahnya Islam yang kuwarisi dari orang tuaku, tentang petualangan di alam bebas yang sangat menantang, persahabatan, dan bahkan mengajarkanku bahasa  Inggris. Sesuatu yang jika kupikir-pikir adalah hal-hal pembentukku sekarang.

Mungkin ketika itu aku masih berumur 6 tahun ketika orang tuaku membawaku ke TPA Annas, di Masjid Asrikanto, dekat rumah. Rasanya asing sekali memasuki masjid itu, namun keramahan Bang Udin membuatku kerasan. Ya, bila guru ngaji lain mungkin melarang anak-anak bermain karena membuat ribut, namun Bang Udin malah membiarkan kami bermain sepuasnya. Satu persatu ilmu Islam kupelajari sambil bermain-main, tidak hanya di masjid tapi di alam bebas. Ya, masih aku ingat, tiap rabu sore atau kadang minggu pagi, kami murid-murid TPA berkumpul di masjid, bukan untuk mengaji seperti biasa, namun berjalan-jalan di alam, di sawah, di sungai, bukit-bukit di sekitar desa. Mata dan perasaan kecilku langsung terpesona oleh segala ciptaan-Nya yang ternyata akan selalu memberikan kekaguman. Mungkin jika bukan karena acara jalan-jalan itu, aku tidak akan pernah menapaki puncak-puncak gunung itu.


Pernah ketika itu aku mulai ngambek dan tidak  mau berangkat mengaji lagi dan tiba-tiba Bang Udin datang ke rumah, membawakanku sebuah kerudung hijau indah dan membujukku untuk mengaji lagi. Betapa senangnya aku. Esoknya, kerudung hijau itu langsung kupakai saat mengaji. Mungkin saat itu Bang Udin senang ya. :)

Lalu bahasa Inggris?
Aku juga baru tahu ketika masuk SMP, ketika pertama kali mengenal bahasa asing itu, ternyata guru ngajiku yang hebat itu juga jago bahasa Inggris. Beberapa hari seminggu aku dan beberapa temanku diajar bahasa itu oleh Bang Udin. Ketika itu aku masih sangat ingat betapa Bang Udin menekankan pengertian tenses, bahwa penguasaan tenses  itu sangat penting. Dan aku sangat berutang ilmu dengannya. Setiap berbicara, menulis, membaca bahasa asing itu, aku selalu teringat sosok guru ngajiku. Benar-benar, terimakasih Bang Udin.

Kenangan masa kecilku akan selalu indah dengan ajaran-ajaran Bang Udin. Meskipun Bang Udin sudah meninggalkan dunia ini, jauh ketika itu, ketika aku masih juga belum beranjak dari masa kanak-kanakku, namun sosoknya akan selalu tinggal di hatiku, dan aku yakin juga di seluruh hati murid-muridnya. Bang Udin adalah guruku, inspirasiku. Dia akan selalu ada, ketika aku membaca Alqur'an, ketika aku menggunakan bahasa Inggris, ketika aku mendaki gunung-gunung, dan ketika aku berdoa. Semoga selalu bahagia Bang Udin, dimanapun berada. 

Ini adalah catatan tentang seorang sahabat, seorang teman yang dalam hidupku yang cuma sekali ini telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kutemui. Ya, melalui catatan ini aku ingin mengungkapkan betapa mereka-mereka ini sangat berharga. Benar-benar berharga hingga aku bahkan kadang tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. 


Dika @Teluk Meranti, Riau

dika n me @ Teluk Meranti Nov 2012
Pertama kali bertemu kamu di rumahmu yang sangat nyaman itu, di tepi Sungai Kampar yang luas berwarna coklat hitam. Ketika pertama kulihat kamu kupikir kamu orangnya pendiam, sungguh. Terlebih ketika kita mengobrol pada awal-awalnya, lebih banyak aku yang bicara. Ya, mungkin wajar saja karena aku kan orang yang baru kamu temui. Ya kan?

Namun ternyata kamu adalah orang yang ramah. Kesan pendiam yang kujumpai di awal ternyata adalah wujud perhatianmu pada lawan bicaramu. Kamu adalah pendengar yang baik, dan ternyata.. kamu juga pencerita yang baik... hihihiiii obrolan gosip kita malam-malam itu akan tetap menjadi rahasia kita ya :). 


Bermain voli, mancing ikan, berfoto-foto di Pantai Bono, dan mandi di sungai. Sumpah! Momen-momen singkat itu akan selalu menjadi kenangan yang indah buatku. Belum lagi masakan ala Melayu bikinan kamu dan tentu juga ibu kamu, selalu akan menjadi cita rasa yang terkenang dimanapun aku berada. 

Yang membuatku salut padamu adalah kamu itu tidak ragu ataupun malu untuk belajar. Ya masih ingatkan ketika malam itu kita kursus kilat? hehehe.. Pertahankan semangat belajar kamu itu, jangan pernah malu ataupun ragu. Aku yakin sekali selama kamu tetap berjuang pasti cita-cita kamu akan terwujud. Namun yang perlu kamu ingat adalah bahwa pemikiran pesimis yang pernah kamu utarakan itu harus kamu abaikan. Ya. tetap semangat. 

Selama menginap dua malam di rumahmu, sekamar bersamamu, tinggal di desamu merupakan salah satu hari terbaik dalam hidupku. Ehm.. Kapan lagi ya aku bisa ke sana? bertemu kamu lagi, bertemu adekmu, bertemu Ibu kamu, dan ayah kamu yang tak sempat kutemui ketika aku ke sana. Rasanya Teluk Meranti tak akan lengkap tanpa ada Dika di sana. 

Oiya, semangat ya dengan program bahasa Inggrisnya. Fight!