@himawari262 '14


Gebleeeekkkkkk!!!

Kenapa ya orang selalu gelisah? Aku tidak paham. Apa yang direncanakan sudah dilakukan tapi kok rasanya masih selalu ada yang kurang. Ada rasa tidak puas yang selalu menyeruak minta untuk didengarkan. Apa yang salah ya? Semakin lama semakin tak tahan lagi orang untuk mengabaikannya. Apa itu panggilan jiwa yang kalau kata Mas Nugie adalah ‘Lentera Jiwa’ yang katanya menerangi langkah setiap manusia?

Nah, aku juga saat ini merasakan ada panggilan di alam gaib itu. Rasanya tiap pagi ada yang teriak-teriak, “WOY!!! Dengar aku!”. Aku sudah berulang kali mencoba mendengar meski kemudian acuh hingga terlupa sampai lelap di malam hari. Hingga esok paginya dia meneriakiku kembali. Haduuhhhh..... Dia yang ngeyel atau aku yang budeg? Haruskah aku dengarkan dia atau bertahan saja dengan kenyamanan semu yang melenakanku di siang hari?

Anjrit banget! Galau dan bingung kok terus-terusan. Kapan mau selangkah ke depan? Atau mungkinkah sekarang ini sebenarnya aku sudah selangkah di depan dari selangkah mundur setelah dua langkah maju. Hayo loh!

Pernah seorang sahabat berkata, “Lo tuh punya hampir semua hal yang lebih dari gue. Lo lebih pinter, lebih ini, lebih itu, bla bla bla. Tapi kenapa lo selalu menanyakan dan bingung dengan hal yang sama?!”.  Ah elah, aku juga tahu itu.  Aku bingung makanya nanya ke sahabat itu.

Lalu tentang Sang Master, ada pertanyaan gila yang tiba-tiba bercokol di otak sadarku meski mungkin di bawah sadar dia sudah bersemayam lama. “Untuk apa dan siapa kamu lakukan apa yang telah kamu lakukan? Demi apa? Pernahkah kamu merasa hidup yang paling hidup untuk dirimu sendiri?”, aku bertanya. Dan aku tak tahu.

Menjadi musafir namun diam di satu tempat. Menjadi orang pintar tapi tak ada yang tahu. Menjadi seniman hanya untuk diri sendiri. Terlalu sering bercinta dengan diri sendiri. Mungkin efek terlalu narsis. Love your self but don’t love it too much! Kalau kata abang Freddie Mercury, “Terlalu banyak cinta akan membunuhmu. Too much love will kill you.” Yang bisa saja itu berujung pada pembunuhan dirimu sendiri.

Sereeeemmm.....

Si Lentera mulai membiaskan warnanya. Aku mulai melihat cahaya dan merasakan  pancaran hangatnya. Dalam cahaya remang yang aku tahu akan menuntunku, aku termangu. Aku terpesona olehnya dan malah diam terpaku dan terlalu lama menghabiskan waktu menatapi awangan jalan yang diterangi lentera itu. Ini mungkin namanya ‘salah fokus’.

Nah, bagaimana caranya untuk mengembalikan fokus dan percaya pada lentera yang menuntunku itu? Memulai untuk melangkah dan bergerak. Penasaran kan pastinya dengan apa yang ada di ujung sana? Berbisik semangat untuk tak pernah takut pada ketidakpastian, pada misteri, pada enigma. Aku percaya itu, meski nyali masih malu-malu di sudut remang keyakinan, “Maju enggak, maju enggak, enggak maju, maju enggak ya?”.

Aishhhh!!!
Memangnya ada pilihan lain?





Sebagai seorang yang peduli terhadap lingkungan, setidaknya kita harus mengetahui dan mengenal karakteristik dari lingkungan dan komponen-komponennya, termasuk tumbuhan, hewan dan lingkungan fisik di dalamnya. Seperti juga mengenal lingkungan, kita juga perlu mengenal herpetofauna yang merupakan bagian dari satwa dan lingkungan itu sendiri. 

Tepatnya hari Sabtu, 13 Mei 2006, Calon Anggota Muda (CAM) Lawalata IPB melakukan pengenalan terhadap herpetofauna. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pendidikan calong anggota yang diadakan setiap tahunnya. Sebelum turun ke lapangan, terlebih dahulu dilakukan pemberian pemberian materi tentang herpetofauna khususnya amphibi. Herpetofauna dari golongan reptil belum dipelajari karena keterbatasan waktu. 

Herpetofauna yang terdiri dari amphibi dan reptil relatif banyak terdapat di lingkungan kampus IPB Darmaga. Terdapat banyak jenis amphibi yang mudah ditemui di lingkungan kampus. Hal ini menunjukkan keanekaragaman amphibi yang cukup tinggi. 

Pada pukul 22.30, pencarian di lapanganpun dimulai. Lokasi yang akan ditujua ada 2 tempat, yaitu: sekitar Danau Situ Leutik dan Taman Rektorat. Pencarian amphibi di lokasi pertama berlangsung sekitar 20 menit dan ditemukan 3 spesies, yaitu: Bufo melanotictus, Rana erythrea, dan Rana calconala yang lebih dikenal dengan nama Kongkang Kolam. 

Pencarian di lokasi kedua, yaitu Taman Rektorat dilakukan sekitar pukul 23.15. Di lokasi ini, setiap anggota CAM diwajibkan menangkap 1 ekor amphibi untuk diidentifikasi jenisnya. Sektiar 45 menit kemudian pencarian selesai dan masing-masing anggota telah berhasil menangkap 1 ekor amphibi. Setelah dilakukan identifikasi, diketahui bahwa dari 14 amphibi yang ditemukan, terdiri dari 5 spesies dari 3 marga dan 2 famili, yaitu: Bufo melanotictus, Bufo asfer, Bufo biforcatus, Rana erythrea, dan Rana calconata. Keberhasilan pencarian di lokasi ini menunjukkan bahwa kelimpahan amphibi di Taman Rektorat lebih tinggi dibandingkan di sekitar Danau Situ Leutik. Kegiatan ini berakhir sekitar pukul 00.30. Semua anggota CAM dan juga senior pendamping kembali ke sekretariat Lawalata untuk meneruskan kegiatan selanjutnya. 

Banyak manfaat yang dapat diambil dari kegiatan ini. Selain dapat menambah pengetahuan tentang herpetofauna, kegiatan ini juga menambah pengalaman lapangan dan melatih keterampilan mengidentifikasi amphibi. Manfaat lain yang tidak kalah penting yaitu bahwa kita dapat semakin menyadari kebesaran Tuhan yang telah menciptakan bumi dan segala isinya dengan begitu indahnya. Kearena begitu banyak manfaat dari kegiatan seperti ini, maka kegiatan serupa sebaiknya dilakukan di waktu selanjutnya. 

(NOTE: Aku menemukan sejumlah catatan ketika aku masih aktif di Lawalata-IPB, organisasi pecinta alam di IPB. Dibuang sayang kan. Sekaligus mengenang masa-masa indah yang akan selalu terkenang. :) )


--------------------

CAM Lawalata IPB 2006



Add caption



Title: Yamada Taro Monogatari / 山田太郎ものがたり
Genre: Family, human, school, comedy
Episodes: 10
Broadcast period: July - Sept 2007
Theme song: "Happiness" by Arashi

Cast
Ninomiya Kazunari as Yamada Taro
Sakurai Sho as Mimura Takuya
Tabe Mikako as Ikegami Takako

Kisah lucu tentang pelajar ganteng bak pangeran yang ternyata sangat miskin papa. Yup! Yamada Taro Monogatari adalah dorama yang menggemaskan. Ditemani 2 personil Arashi, Kazunari Ninomiya dan Sakurai Sho, yang tentunya akan membawa kamu-kamu ke dunia sekolah yang ceria, keluarga yang hangat, dan persahabatan yang indah.

Sinopsis

Yamada Taro, siswa baru di Ichinomiya Private Senior High School, adalah siswa yang super tampan, cerdas, atletis dan nampak sempurna yang menjadi pujaan bagi semua murid perempuan di sana. Tapi tak ada yang tahu bahwa kondisi sebenarnya Yamada Taro yang super miskin. Dia tinggal di rumah (gubuk) kecil yang dihuni oleh ibu beserta 6 orang adiknya yang masih kecil. Bersama dengan Mimura Kikuchi, siswa super tampan juga namun berasal dari keluarga berada, Yamada Taro menjadi Pangeran di sekolah elit yang telah memberinya beasiswa.

Ke'hampir-sempurna'an Yamada Taro telah membuat teman-temannya membayangkan bahwa Yamada adalah memang seorang pangeran yang punya segalanya. Salah satunya adalah Ikegami Takako. Takako adalah murid perempuan yang bercita-cita untuk menikahi pria kaya. Berasal dari keluarga pas-pasan, Takako ingin merubah nasibnya. Dan Yamada Taro pun menjadi targetnya.

Mimura, siswa super tampan lain di Ichinomiya, merasa penasaran dengan Yamada. Suatu hari ia mengetahui bahwa Yamada sangat miskin, kehidupan yang sangat berkebalikan dengan keluarganya yang kaya raya. Mimura pun tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Yamada. Mereka pun akhirnya bersahabat baik.

Lalu bagaimana dengan Takako dan cita-citanya menikahi pria kaya? Bagaimana kehidupan Yamada dan keluarganya? Bagaimana juga kisah persahabatannya dengan Mimura? Nonton ya. Pasti kamu akan tertawa-tawa melihat dorama komedi yang juga cukup satire ini

Menguliti Dorama

Kenapa dorama ini kusebut 'satir'? Ada hal sangat menarik yang kudapatkan saat menonton dorama ini, yaitu tentang fantasi seseorang terhadap orang lain. Benar sekali jika dikatakan bahwa orang terbiasa menilai orang dari apa yang dia lihat saja. Orang seringkali berfantasi, berangan atau bisa dibilang berprasangka terhadap orang lain. Nah, jika fantasi dan angan sudah terlanjur melekat dan menjelma menjadi keyakinan, susah sekali untuk menghapusnya, bahkan ketika fakta sudah ada di depan mata. Khayalan yang kita bangun menolak untuk menerima kenyataan, sejelas apapun itu. Waduhhh... Serius sekali kedengarannya ya..

Ini terjadi pada teman-teman Yamada yang terlanjur mengangankannya sebagai sosok pangeran sempurna tanpa cela. Ketika mereka menghadapi cerita tentang kemiskinan Yamada, mereka selalu mengingkarinya. Hahaha.. Lucu sekali. Apalagi melihat Takako yang benar-benar shock ketika mau tidak mau harus mengakui bahwa Yamada yang ia dambakan ternyata sangat miskin.


Yamada dan Mimura dalam khayalan kawan-kawannya :P (Img source: here)


Ide Cerita

Aku suka! Terimakasih untuk Ai Morinaga yang mengarang manga Yamada Taro Monogatari yang menjadi acuan dorama ini. Hal-hal konyol, cenderung berlebihan dan ceria adalah ciri khas cerita-cerita dari Jepang yang sangat kunikmati. Siswa yang sempurna ternyata sangat miskin papa. Kisah tentang kehidupan keluarga yang hangat dan penuh dengan keceriaan juga merupakan nilai plus untuk dorama ini. Persahabatan Mimura dan Yamada pun kurasa sangat cute, lucu. Bahwa hubungan pertemanan itu gak ada hubungannya dengan kekayaan seseorang, ehm, apakah bisa seterusnya begitu?

Penggambaran Yamada dan Mimura sebagai pangeran di sekolahnya juga lucu.Misalnya saja murid perempuan yang berbaris menyambut mereka di balik gerbang sekolah sambil berteriak-teriak. Terus ada lagi cerita murid perempuan yang selalu menunggui dengan wajah 'mupeng' saat Mimura dan Yamada berbincang bersama. "Kakkoi ne! Mabushii..!"Haaa.. Koplak kan.. Perasaan kalau di sini gak gitu-gitu amat kan ya.



Latar

Sekolahnya bagus, terasa atmosfer sekolahan Jepangnya. Rumah Mimura juga keren. Yang agak lebay menurutku adalah rumah Yamada. Masa iya sih, rumahnya super reot begitu? Aku gak kebayang juga sih, bagaimana gubuk-gubuk rumahnya orang Jepang.

Pemeran

OMG! Sakurai Sho is so bright! Mabushii... Ha ha ha.. Aku baru ngeh jika doi memiliki senyum menawan yang melelehkan hati. Meskipun peran utama, Kazunari Ninomiya sebagai Yamada, juga bagus, tapi aku terpesona lebih oleh Mimura-kun.
Yahh,, gimana ya,.. Secara keseluruhan, para pemain di dorama ini bagus lah. No complain deh. Selain para pemeran utama, aku juga suka pemeran adik-adik Yamada. Semuanya bagus dan juga imut. Yah, namanya anak kecil pasti lucu kan. Hehehe....


Cool Sakurai Sho (Img source: here)
Adik-adik Yamada yang lucu-lucu. (Img source: here)


Kostum

Lumayan lah.

Lagu Tema

Karena pada dasarnya aku cukup suka dengan Arashi, maka lagu 'Happiness' yang jadi lagu tema di sini juga cukup bisa kunikmati. (Nepotisme banget ya. Mentang-mentang yang main adalah 2 orang anggota Arashi, lagu temanya juga dari Arashi. Hehehe.) Yuk nyanyi bareng! :D

Arashi's Happiness

Tidak banyak yang bisa kutuliskan sementara ini tentang kisah dorama Yamada Taro Monogatari. Ya, bagus sih dorama ini. Aku cukup terhibur dan juga bisa tertawa berkali-kali. Nonton yah!

Badpart: too much for the Yamada's house, slow story pace,
Goodpart: Sakurai Sho's smile, kawaii children, good story

More about Yamada Taro di d-addicts.

Pic Spam:

img source: here

img source: here

Img source: here


SKETSA: Lelucon yang semakin ke sini semakin garing. Aku yakin banyak orang yang setuju dengan pendapatku. Komedi yang rutin ditayangkan di Tr*nsTV ini semakin lama semakin 'maksa', garing, kriuk-kiuk, dan tak dapat dimengerti maksudnya. Bukan tawa yang dihasilkan tapi hanya cengiran karena bingung terhadap maksud dan tujuannya. Apaan ini?

Dulu, dulu banget, ah entah kapan itu, acara ini pernah jadi satu favoritku. Komedi ringan yang cukup menghibur dan terkadang memberikan kejutan yang  woiaa!!! Cerdas! Hanya dengan beberapa menit, satu sketsa bisa menjadikanku tertawa terbahak-bahak. Ha ha ha.... (Itu dulu ya!)

Salah satu sketsa favoritku adalah cerita si Ojan dan emaknya. Kira-kira begini nih dialognya:

Emak : "Ojaaannn!"  (manggilnya kenceng banget)
Ojan : "Iye Mak."
Emak : "Beliin Emak minyak di warung! Ntar dikasih lima ratus. "
Ojan: (Sambil nyodorin uang seribu) "Ini Emak aja deh yang ke warung! Ojan kasih seribu."
Emak: .....??!!!****

Sumpah ini cerdas banget. Coba dari dulu aku nonton cerita ini, aku pasti bisa praktekin ke emakku. Kira-kira bagaimana ekspresinya ya jika kulakukan ini: "Mpun, Mae mawon sing tumbas lengo, niki kulo paringi sewu.". Bisa-bisa ditoyor kepalaku. Ha ha...

Nah, jika dulu bisa sekeren itu, lalu kenapa sekarang jadi garing kerontang  begini. Apakah karena terlalu kejar tayang? Kehabisan idekah? Atau memang lagi malas mikir? Aih, entahlah. Harusnya ini nanya sama tim kreatif acara bersangkutan ya. Sebagai seorang yang dulu pernah suka acara ini, aku jadi kecewa berat. Padahal konsep acara ini sudah bagus lhoh: komedi ringan pendek-pendek.

Aku tidak mau menuliskan contoh cerita sketsa yang sekarang ini, yang kriuk-kriuk itu lho. Coba saja nonton sendiri sana. Lalu nikmatilah kerenyahan komedi itu saking garingnya.

Ah ngapain juga ya aku nulis uneg-uneg di sini. Kali-kali aja ada yang sepemikiran sama denganku.  Ah, biarin lah. Sekalian ngisi blog yang udah lama gak di updet. Yah, meskipun tulisan ini mungkin juga sama 'garing'nya sama yang lagi kuomongin. Ha ha ha...


"Gitu ya gitu, tapi gak segitunya juga kaliiiii!"


Img source: here


"Lihatlah cewek dari jari-jari kakinya."

Wejangan itu pertama kali kudengar dari Om Imo, seorang seniorku di Lawalata-IPB. Awalnya aneh juga mendengarnya, lihat kualitas perempuan kok dari jari kaki? Apa maksudnya? Pentingnya di mana? Tapi kemudian aku mikir bahwa ada benarnya juga lho. Seorang "high quality girl' itu bisa ditentukan dari jari kakinya. Nah lho,... 

"Suatu hari, gue ketemu cewek cakep banget. Pokoknya oke dah tuh tampilannya. Tapi pas gue lihat jari kakinya jadi ilfil. Lo tau kenapa? Tuh cewek kakinya gak banget. Kuku kakinya pada item-item. Ga bersih! " , kira-kira begitu dulu Om Imo pernah cerita.

Kenapa bisa begitu ya? Apakah kamu juga merasa demikian? Jika melihat orang yang rupawan tapi jari kakinya kurang terawat apakah akan ilfil juga? Biar gampang menjawabnya nih aku kasih contoh. Misal, bayangkan kamu ketemu Raisa atau Raline Shah (eh, bener kan ya mereka ini adalah ikon cantik masa kini?) yang elok rupawan tak bercela. Nah pas kamu lihat telapak kakinya yang terbalut sendal high heels indah kamu menemukan jika kuku kaki mereka gak terawat bahkan item-item kotor. Hayohhh... Gimana tuh?! Kalau aku pasti mikir yang aneh-aneh, "Nih orang gak sempet apa males ya?!".

Hubungan antara kondisi jemari kaki dan kualitas cewek itu berbanding lurus: semakin bersih jari dan kuku kakinya maka semakin berkualitas dirinya. Kalau kata Om Imo sih begini, jika seorang cewek rajin merawat serta membersihkan jari kaki yang bisa dibilang bagian paling gak diperhatikan dan sepele, maka bisa diasumsikan tuh cewek pandai merawat diri. Sela jari kaki aja sempet dirawat apalagi sela yang lain. Ha Ha Ha.... Bener banget!

Gara-gara wejangan dari Om Imo itu aku jadi selalu menyempatkan diri bersihin jari kaki. Yahh, siapa tahu ada yang merhatiin dan membuat analisis. Biar aku masuk nominasi 'high quality' juga. Yuhuuu...!
Gara-gara ini pula aku juga sering memperhatikan jari kaki orang. Tidak jarang juga lho, aku menemukan cewek cantik yang kuku kakinya tak terawat dan item-item. Kalau sudah begitu biasanya aku senyum sendiri dan jadi mikir, "Wah, cewek ini pasti rada-rada jorok.". He he he..

Apakah teori dan wejangan dari Om Imo ini benar? Coba kamu buktikan sendiri. Sedikit saran bagi para cewek nih, mulai sekarang rajin-rajin rawat kuku kaki. Jangan cuma muka yang dibagusin  tapi yang lain buluk. Cowok juga pinter, bisa menilai kualitas cewek gak cuman dari muka. Yang cowok pun juga begitu, ngelihat cewek jangan cuman dari muka tapi dari kaki juga.

Akhir kata, makasih Om Im untuk wejangan yang sakti ini. Ada wejangan lain gak? :)


Eh, lho kok jadi kepikiran, "Jari kaki masuk aurat juga kan ya. Hehehe... Gak bisa lihat dong." No hard feeling please... 
Kenapa ya jika di dalam perjalanan jauh ide-ide segar selalu banyak menyeruak muncul bak banjir gelombang tsunami yang memghantam otak? Yuhuuu.... Rasanya apapun bisa terjadi, diraih, dan dilakukan! Luar biasa bukan! Dunia imajinasi otak mempermainkan kebolehannya untuk menemukan solusi dan jawaban atas banyak pertanyaan kehidupan yang kadang tak kan ditemukan mesti dicari di dalam renungan. Perjalanan bisa menjawabnya! Dan saat ini, di dalam kotak bus Gunung Mulia, di perjalanan Bogor - Boyolali, aku juga terkena badai itu. Aku banyak terinspirasi dan menemukan keindahan akan rencana yang seakan tanpa cela.

Mungkin dalam perjalanan tak banyak hal yang bisa kita lakukan selain duduk manis di kursi penumpang. Mau ngapain coba? Mata menyaksikan pergantian pemandangan kehidupan dari luar kaca jendela, mempelajari kenyataan di luar sana. Saat itulah otak mulai bekerja, mencerna informasi yang diterima dan menghubungkan dengan hidup si empunya. Dalam kondisi rileks si otak akan lebih mudah menjangkau pikiran terdalam kita dan dengan mudah serta sederhana bisa menemukan solusinya. Ah, hebat nian desain manusia itu ya! Siapa pula penciptanya?! 

Kotak bus, gerbong kereta api dan lambung pesawat menjelma menjadi kotak emas yang kadang lebih pintar dari ruang kelas. Otak sendiri adalah sumber ilmu terbaik dibanding apapun. Dan perjalanan menjadi proses penginspirasian terbaik dibanding bertapa. Oh ya? Jika memang apa yang kupikirkan itu benar, maka tak salah jika orang bijak dari dulu selalu mengatakan "Merantaulah sebanyak mungkin! Lakukan perjalanan selagi muda!". Bukan hanya tempat tujuan yang menjadi tujuan, tapi perjalanan itu lah tujuannya. 

Ingat seorang kawan, pengembara juga, Gilang Embang yang selalu memberi inspirasi. Dia berkata bahwa di perjalanan itulah proses yang pentingnya. Benar banget itu! 

Awalnya aku ingin bermaksud menuliskan perjalanan dalam artian sederhana yaitu dari satu tempat ke tempat lain, tapi kurasa bahwa perjalanan ini bisa dimaksudkan ke sesuatu yang lebih luas, lebih universal. Perjalanan untuk apapun itu selalu memberikan kejutan bagi si pengembara. Apa kamu ingin hidupmu penuh kejutan? Aku sih iya! Karena itulah aku selalu ingin menjadi pengembara di hidup ini. Karena pada dasarnya, aku memilliki sejuta pertanyaan yang ingin kujawab melalui nurani yang kadang hanya terbuka saat aku sedang di jalan. 

Anybody wants to go with me? 




(Ini adalah catatan tentang seorang sahabat, seorang teman yang dalam hidupku yang cuma sekali ini telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kutemui. Ya, melalui catatan ini aku ingin mengungkapkan betapa mereka-mereka ini sangat berharga. Benar-benar berharga hingga aku bahkan kadang tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. )



Nadia and I at Labuhan Jukung Beach, West Lampung


Nadia, itu nama kamu. Apa kabar kamu sekarang ya? Ah, tentunya kamu sekarang sudah menjadi gadis remaja yang cantik. Saat itu, tahun 2008 kita bertemu dan kamu masih kelas 6 SD. Kamu adalah satu orang spesial yang telah menghiasi hari-hari indahku selama melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Krui Barat - Lampung Barat. Satu bulan penuh cerita yang menghiasi petualangan pertamaku di Pulau Sumatra.

Pahmungan, sebuah pekon (desa) indah yang dikelilingi agroforest Damar, menjadi kampung halamanmu dan juga tempatku belajar tentang hutan dan kehidupan. Alam yang indah, orang-orang yang ramah, bahasa baru, rasa baru, dan banyak hal lain yang sungguh mempesonaku di sana. Bisa kubilang jika kegiatan PKL-ku itu adalah ekspedisi soloku yang pertama. Dan kamu, Nadia menjadi bagian penting juga di dalamnya.

Pertama kali bertemu denganmu mungkin adalah hari kedua setelah kedatanganku di Pahmungan. Aku menginap di rumah kakek kamu yang pas terletak di sebelah rumahmu. Dalam suasana yang masih asing dan sungkan, kamu muncul dengan anak-anak yang lain. Ah, aku kok lupa ya! Siapa itu nama adik kamu yang cantik itu? Juga sepupu kembar kamu yang lucu itu? Lalu kitapun berteman dekat. Aih, senang sekali rasanya punya kawan baru. Dimulailah kemudian petualangan kita bersama.

Sekarang aku akan mencoba mendaftar kegiatan apa saja yang pernah kita lakukan bareng ya.

  1. Mandi sore di sungai. Main air di sungai adalah satu keasyikan yang tak tertandingi. Meski sayang sekali aku tak bisa berenang. Nadia selalu menemaniku di sore yang lelah, untuk sekedar menyegarkan diri di aliran jernih air sungai yang mungkin adalah Way Ngison Balak (atau Lunik). Ah lupa lagi.
  2. Panen Damar Mata Kucing. Di suatu siang, kamu dan temanmu ikut aku ke hutan. Jika tugasku adalah mengamati dan mendata tentang panen damar, kamu bersama temanmu 'ngelahang' alias panen damar jatuhan. Lumayan bisa dijual juga kan. Hemm, laku berapa Nadia waktu itu?
  3. Belajar Bahasa Lampung. Satu hal yang paling sulit kupelajari adalah bahasa baru ini. Aksen huruf 'R' yang khas adalah kendala utamaku. Nadia adalah guru yang sabar. Aku masih ingat lho sejumlah kata yang kamu ajarkan: Babui (babi), Ulai (ular) dan Kaci (anjing).
  4. Main di Pantai Labuhan Jukung. Yuhuuu! Ini adalah yang paling menyenangkan. Labuhan Jukung adalah satu dari pantai terindah di pesisir Lampung Barat. Sehari waktu itu, kita menjelma menjadi gadis pantai yang seksi. Ha ha ha. Maksudnya kamu sih Nadia. Meskipun masih kecil, tapi tubuhmu yang bongsor dan juga kulit kecoklatan kamu terlihat keren. Ekspresi kamu juga oke banget. Kamu terlihat seperti anak pantai beneran. (Memang benar kali ya!) Waktu itu kita bertemu 2 atau 3 bule ganteng dan ingin sekali menyapa. Ah, sayangnya aku masih cemen waktu itu. Coba sekarang! Pasti sudah kita ajak kenalan. :)
  5. Jalan-jalan di Pasar Krui. Di pasar itu juga kita makan bakso yang enak banget.

Etc

Aku yakin masih banyak banget Nad, hal-hal yang pernah kita lakukan bareng. Hal penting yang mungkin perlu kusampaikan adalah kamu membuat hari-hari selama di Pahmungan menjadi sangat berkesan. Kamu banyak mengajarkan aku segala macam hal. Kamu juga menjadi pemandu-ku yang paling handal. Kamupun juga selalu memperkenalkan aku dengan banyak teman-temanmu di sana sehingga aku bisa punya banyak kenalan. Memang benar banget, aku menyukai anak-anak. 

Terima kasih Nadia. Kamu telah mewarnai kenangan indahku di masa PKL. Belajarku jadi menyenangkan. SKS-ku pun menjadi petualangan.

Aku tak tahu bagaimana caranya agar kamu bisa membaca catatan ini. Ah, kenapa bingung ya! Aku bisa saja bermain lagi ke Pahmungan. Aku juga masih ingat jelas rumah kamu dimana. Yah, semoga saja jodoh kita masih ada sehingga kita bisa bertemu lagi nanti. Jika kupikir lagi, mungkin akan agak canggung kali ya jika kita bertemu. Kamu pasti sudah menjelang dewasa sedang kamu yang kukenal masih anak-anak. Halah, kenapa aku jadi berpikir sejauh itu? Bertemu kawan lama adalah anugerah. Pastinya akan banyak cerita yang kita bisa bagi. Nadia pun bisa saja mengajariku Bahasa Lampung lagi.

Ya,..

Suatu hari nanti. 
Ada satu hal yang selalu membuatku jengkel saat hujan. Ini terkait erat dengan sandal jepit dan jalanan becek. Ada yang tahukah apa hubungannya? Yang jelas, jika dipadukan maka mereka akan selalu membuat kaki dan celanaku belepotan air kotor genangan hujan.

Entah hanya aku atau mungkin ada yang lain, aku memiliki kekurangan yaitu tidak bisa berjalan dengan  rapih di jalan becek dengan sandal jepit. Ayunan langkah kakiku selalu berhasil menciprati  dan mengotori kaki, sehati-hati dan sepelan apapun. Nah, anehnya, cipratan di kaki ini tidak berlaku saat aku pakai sepatu atau sendal yang bukan sendal jepit. Lhoh! Aku juga tidak paham kenapa bisa begitu.  Mungkin ada hubungannya dengan desain alas kaki tersebut dan juga gerakan kakiku? Ehm,... Bisa jadi demikian. Hemm... Sok serius. Ha...

Hari ini pun begitu. Hujan semalam yang mengguyur Bogor menyisakan genangan-genangan air di jalanan aspal yang memang sudah lama tak pernah rata. (Proyek baru coy!) Genangan berwarna kecoklatan itu sudah pasti adalah campur- campur dari segala macam yang ada di jalan dan jika lagi hoki bisa jadi dapat tambahan air got. Di pagi yang mendung ini, aku berjalan hendak belanja di tukang sayur di komplek jajanan serba ada di lingkungan kampus IPB yang termahsyur: BARA. Celana pendek, kaos oblong, tas belanja besar dan tentunya sandal jepit adalah pilihan utama di pagi yang basah ini. Dan ya! Pilihanku tepat. Belum juga jalan 10 menit, kedua betisku sudah ternoda totol-totol coklat terkena cipratan air lumpur dari ayunan kakiku. Hahh....

Rasanya menyebalkan sekali saat percik air menyentuh betisku. Nyess.... Jiahhhh,.... Kebayang deh itu ramuan penyusun air genangan. Hehehe...

Dulu, saat aku masih sering memakai celana panjang, hal serupa juga sering terjadi. Bedanya adalah aku tidak sadar jika celanaku sudah banyak tercetak cipratan air. Gak kerasa. Hingga kadang aku heran, "Kok bisa ya?!". Celanaku berubah jadi totol. Apalagi jika celana warna terang, berubah coraklah dia.

Aku suka hujan. Aku suka tetes air pembawa kehidupan. Berjingkrak di bawah hujan pernah pula menjadi bagian dari masa emasku. Namun jika berbicara tentang berjalan di jalanan becek dan sandal jepit, tanpa ragu aku akan bilang "NO" besar.


Selamat datang musim hujan di Kota Hujan. Siap-siap juga untuk musim banjir di bawah sana. 



NB: Kadang aku berpikir apakah sandal swallowku sebel karena kotor atau malah tertawa geli melihat kejengkelanku. Ha ha...





Wahai para pecinta kucing atau yang mengaku 'cat lover', pasti kalian sudah gak asing lagi dengan (mungkin) satu-satunya kafe kucing di dunia: Nekorobi Cat Cafe di Tokyo, Jepang. Meskipun dengan harga yang tidak murah (bahkan untuk ukuran orang Jepang), cafe unik ini tetap eksis bahkan menjadi salah satu 'hal yang wajib dilakukan' di Tokyo. Saat aku browsing dengan keywords 'must to do things in Tokyo', nama Nekorobi Cat Cafe menjadi salah satu top tennya. Dan akhirnya aku ke sana juga.

Nekorobi terletak di lantai 3 sebuah gedung. Dengan papan nama yang tidak terlalu mencolok dan agak susah dilihat di keramaian Ikebukuro. Nekorobi menempati satu ruangan yang tidak terlalu besar, mungkin kurang dari 10x10 m. Di dalam ruangan bercat  krem itu, aku langsung disambut seketika aku membuka pintu ruangan. Gadis muda yang kawaii alias imut langsung menyapaku dan menjelaskan sekilas peraturan serta tarif di sana. (Aku yakin gadis muda inilah yang pernah kulihat di tivi, di program "Sabtu...Minggu...Setengan Satu...." yang dibawakan Asri Welas. Waktu itu kebetulan sedang ada liputan tentang kafe kucing di Tokyo. Pasti ini! Hehehe).

Aku sempat mengunjungi kafe ini minggu kemarin (Desember 2014) di suatu malam yang cukup menggigilkan badan, saat musim dingin di negeri Sakura telah menjelang. Terletak di daerah Ikebukuro yang ramai, cafe ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 10 menit-an dari Stasiun Ikebukuro. Bagi pelancong baru, sangat aku sarankan untuk selalu mengaktifkan aplikasi googlemap selama di Tokyo dan sekitarnya. Terakhir kali aku di Ikebukuro, aku berputar-putar tidak karuan di jalan-jalan malam yang super ramai dan berkerlap-kerlip hampir semuanya terlihat mirip. Selama hampir satu jam aku tidak bisa menemukan letak Nekorobi yang memang agak 'nyelip' di antara keramaian Ikebukuro. Beruntung aku bertemu seorang baik yang membantuku. 

Di ruangan hangat Nekorobi, ada 14 kucing manis yang menyambut para pengunjung. Semuanya bersih dan wangi. Wajar sih, mahal banget pasti perawatannya. Ada beberapa tempat tidur kucing yang sedang dipakai oleh penghuninya. Beberapa tamu yang datang sedang bermain dengan kucing, sekedar mengambil foto-foto dan ada beberapa tamu yang menikmati minuman hangat dari vending machine yang ada di ruangan itu. Aku? Tentunya hunting foto-foto unyu dari para neko itu! 

The Cats

Dari semua kucing di sana, paling kece adalah Haruki. Dengan badan besar dan bulu yang panjang serta tatapan tajam, Haruki menjadi kucing paling ganteng di sini. Cool!

Sebelum masuk dan setelah keluar ruangan, para tamu harus mencuci tangan dulu. Tas, barang bawaan dan jaket harus dilepas diletakkan di loker yang telah disediakan. Setiap tamu akan diberi name tag yang bertuliskan jam kita masuk kafe. Nanti pas selesai, jam masuk itu akan jadi patokan berapa biaya yang harus kita bayarkan. Untuk satu jam berkunjung ke Nekorobi, kita perlu membayar 1100 Yen atau sekitar 110 ribu rupiah. Fasilitas yang bisa didapatkan adalah bermain dengan kucing dan menikmati minuman dari vending machine. Awalnya kupikir di kafe ini, pengunjung bisa memesan makan dan minum layaknya kafe biasa. Tapi ternyata enggak! Yang ada hanya kucing. Ha ha ha... Namanya juga Kafe Kucing ya! 

Meski mahal tapi aku senang bisa ke sana. Soalnya jarang-jarang kan bisa ke sana. Bisa pamer foto juga dengan para Cat Lover lain yang pasti ngiri banget meluk-meluk kucing yang mungkin saja paling mahal di Ikebukuro. 

Ada yang mau ke sini dan selfie bareng Haruki, Kinako, Kiyomori, dkk? Datang ke Nekorobi Cat Cafe di Ikebukuro - Tokyo!

Nekorobi Cat Cafe juga punya website yang bisa kamu kunjungi. Cek ini http://www.nekorobi.jp

Haruki and I





Di suatu pesta atau mungkin hajatan atau bisa jadi festival, dalam sebuah ruang gedung yang cukup besar yang mungkin berisi sekitar ratusan orang, aku di sana. Ada sebuah panggung di hadapan barisan kursi-kursi undangan dan seseorang berdiri di atasnya, memegang mikrofon berkabel tanpa tiang dan menyanyi: karaoke! Satu persatu orang menyanyi, menyumbangkan lagu untuk acara itu. Suara tak selalu merdu bahkan nyaris sumbang meski tak kuingat jelas bagaimana suara mereka. Lalu kulihat kakak laki-lakiku di sana, Mas Eko. 

Mas Eko beberapa kali menyanyikan lagu di panggung depan, bolak-balik mungkin sampai 4-5 kali. Para hadirin di acara itu nampaknya sangat antusias untuk menyumbangkan satu lagu. Aku belum ada keinginan untuk itu. Sungkan rasanya. Tidak semua orang duduk di tempat duduknya. Mereka menyebar tak beraturan di dalam ruangan besar itu, bisa kukatakan mirip dengan acara bebas setelah acara seremoni selesai. Dan orang-orang bergantian menyanyi, meski tak semua orang memperhatikannya. Kulihat para 'penyanyi' itu bahagia, bisa eksis kurasa. 

Aku berdiri di dekat meja sajian makanan prasmanan yang terletak di belakang kursi-kursi hadirin. Ada sebuah lorong pendek tak lebih panjang dari 5 meter di bagian itu dan aku bersandar di temboknya bersama seseorang hadirin yang kukenal. Kami berbincang santai seperti orang-orang lain juga yang membentuk grup-grup kecil. Lalu kulihat kakakku kembali naik ke atas panggung untuk menyanyi. Ah, baru aku tahu ternyata kakakku yang kupikir malu-malu, sekarang mendadak eksis di depan banyak orang. 

Kawanku bertanya, "Kenapa aku tidak ikut menyumbang lagu, menyanyi di atas panggung juga?". Apakah dia mengetahui gelisah di hatiku yang mungkin saja rasa grogi dan sungkan tampil di depan umum? Ah, aku tidak boleh terlihat lemah dan aku juga tidak ingin kalah dari kakakku. Aku beralasan, "Aku tak ingin bernyanyi tapi tak didengarkan. Aku tak ingin heboh sendiri tanpa ada yang memperhatikan." Sombong nian! Itulah aku.

Tak ingin termakan omongan sendiri, akupun memutuskan maju ke panggung. Kuambil mikrofon dan kupanggil para hadirin agar semua perhatian tertuju padaku. Kusampaikan bahwa aku akan menyanyikan sebuah lagu yang sangat bersejarah, sangat penting bagi semuanya. Sambil bicara aku juga berpikir, "Lagu apa yang cocok untuk ini? Aku bahkan tidak tahu!". Di tengah mata-mata yang tertuju padaku, aku tidak boleh gagal. Aku tahu mereka menunggu sesuatu yang besar dan mengguncang. Lalu aku tiba-tiba menyanyikan sebuah lagu yang entah darimana tiba-tiba terbersit di otakku. Lagu yang kupikir semua orang tahu. 

"From this moment, life has begun
From this moment, you are the one..."
                       (Shania Twain - From This Moment)

Lagu yang biasa dinyanyikan saat pesta pernikahan itu tiba-tiba mengalun dari mulutku, mencoba mengajak semua orang untuk ikut larut dalam pesan manis cinta di bait-bait syair lagu indah itu. 

Meski tak semua menyanyi, aku melihat sebagian besar orang bersama-sama membentuk paduan suara yang meski tak merdu tapi menyentuh kesadaranku. Setidaknya aku berhasil di sini.

Dan akupun bangun, di pagi terakhir di Cedar Mill - Portland, di atas kasur hangat dan empuk yang telah menemaniku selama 6 bulan ini. Ah,... Kuciumi bantal dan selimut kucel ini. Kuakhiri mimpi pagi.

Portland, 02 Desember 2014