Cerita Sendal Jepit di Jalan Becek

// // Leave a Comment
Ada satu hal yang selalu membuatku jengkel saat hujan. Ini terkait erat dengan sandal jepit dan jalanan becek. Ada yang tahukah apa hubungannya? Yang jelas, jika dipadukan maka mereka akan selalu membuat kaki dan celanaku belepotan air kotor genangan hujan.

Entah hanya aku atau mungkin ada yang lain, aku memiliki kekurangan yaitu tidak bisa berjalan dengan  rapih di jalan becek dengan sandal jepit. Ayunan langkah kakiku selalu berhasil menciprati  dan mengotori kaki, sehati-hati dan sepelan apapun. Nah, anehnya, cipratan di kaki ini tidak berlaku saat aku pakai sepatu atau sendal yang bukan sendal jepit. Lhoh! Aku juga tidak paham kenapa bisa begitu.  Mungkin ada hubungannya dengan desain alas kaki tersebut dan juga gerakan kakiku? Ehm,... Bisa jadi demikian. Hemm... Sok serius. Ha...

Hari ini pun begitu. Hujan semalam yang mengguyur Bogor menyisakan genangan-genangan air di jalanan aspal yang memang sudah lama tak pernah rata. (Proyek baru coy!) Genangan berwarna kecoklatan itu sudah pasti adalah campur- campur dari segala macam yang ada di jalan dan jika lagi hoki bisa jadi dapat tambahan air got. Di pagi yang mendung ini, aku berjalan hendak belanja di tukang sayur di komplek jajanan serba ada di lingkungan kampus IPB yang termahsyur: BARA. Celana pendek, kaos oblong, tas belanja besar dan tentunya sandal jepit adalah pilihan utama di pagi yang basah ini. Dan ya! Pilihanku tepat. Belum juga jalan 10 menit, kedua betisku sudah ternoda totol-totol coklat terkena cipratan air lumpur dari ayunan kakiku. Hahh....

Rasanya menyebalkan sekali saat percik air menyentuh betisku. Nyess.... Jiahhhh,.... Kebayang deh itu ramuan penyusun air genangan. Hehehe...

Dulu, saat aku masih sering memakai celana panjang, hal serupa juga sering terjadi. Bedanya adalah aku tidak sadar jika celanaku sudah banyak tercetak cipratan air. Gak kerasa. Hingga kadang aku heran, "Kok bisa ya?!". Celanaku berubah jadi totol. Apalagi jika celana warna terang, berubah coraklah dia.

Aku suka hujan. Aku suka tetes air pembawa kehidupan. Berjingkrak di bawah hujan pernah pula menjadi bagian dari masa emasku. Namun jika berbicara tentang berjalan di jalanan becek dan sandal jepit, tanpa ragu aku akan bilang "NO" besar.


Selamat datang musim hujan di Kota Hujan. Siap-siap juga untuk musim banjir di bawah sana. 



NB: Kadang aku berpikir apakah sandal swallowku sebel karena kotor atau malah tertawa geli melihat kejengkelanku. Ha ha...

0 komentar:

Posting Komentar