A journey to Tampo Bada (1): First day in Palu - Tentena

// // Leave a Comment
Catatan ini berisi tentang hari-hariku sejak hari pertama berangkat dari Bogor menuju Tampo Bada’ sampai pulang lagi ke Bogor. Corat-coret dari apa yang kulihat, kurasakan, kudengar dan memberikan kesan di hatiku. Mungkin saja banyak curhatan atau mungkin lanturan ngalor-ngidul,  tapi itu semua adalah bagian dari perjalanan ini. Terimakasih untuk AMAN yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan ini. Terimakasih juga buat Mbak Itok J, Kipli, Mbak Mina,dll. Juga semuanya teman-teman di Sulteng yang baru kutemui di sini: Pak Rizal dkk, Ibu Femmy dkk, dst. Banyak cerita kalian di sini. Hehehe,... Mungkin saja kalian membacanya.

11 Mei 2013

Awal perjalanan

Pesawat pagi membuatku harus berangkat dari kosan jam 1 pagi untuk mengejar bus DAMRI pertama di jam 2. Beruntung aku memiliki seorang teman yang paling bisa diandalkan untuk hal-hal seperti ini, mengantarkanku di pagi buta. Thanks Bucok. J Meskipun hari masih sangat pagi namun bandara sudah penuh dengan orang-orang yang entah pada mau kemana. Antrian check-in jam setengah 4 pagi ini pun mengular. Aku memilih untuk mengambil antrian tanpa bagasi, lagipula barang-barangku sedikit saja. 

Rencana tidur di pesawat selama 2,5 jam penerbangan gagal sudah. Tepat di sampingku duduk ibu-ibu yang membawa anak bayinya yang baru berumur 1 tahun yang rewelnya minta ampun. Hampir sepanjang perjalanan menangis teriak-teriak. Ehmm,.. yasudahlah. Akhirnya tetap saja terjaga sampai akhirnya mendarat di Bandara Mutiara, Palu jam 8.40 WITA (ketika itu aku belum sadar ada beda waktu 1 jam dengan WIB, jamku masih jam 7.40).

Aku janjian dengan Pak Rizal jam set.9 sehingga aku santai saja turun dari pesawat dan menuju bandara. Ketika masuk bandara kudengar suara perempuna memanggil “Nonett”. Eeehhh, siapa ya? Kupikir aku salah dengar, tapi ternyata ketika kulihat arah suara terdengar. “Wee, Mbak Imas dan Ifa”. Entah kenapa tapi rasanya aku senang sekali, rasanya seperti ada yang menantikan aku di sini.hehehe.. Mbak Imas, teman sekosan dulu dan anaknya yang masih 4 tahun si Ifa, sudah lama sejak Mbak Imas lulus S2 nya di IPB hampir setahun lalu. Senang sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk istirahat sementara, membayar utang tidur 2-3 jam di rumah Mbak Imas saja, karena lebih santai, lagipula suami Mbak Imas juga lagi di Jawa, jadi hanya ada Mbak Imas dan anak-anaknya saja di rumah. Kuhubungi Pak Rizal dan dia bilang “OK”. Kupikir ini juga lebih meringankan dia di jadwal AMAN PW Sulteng yang kuketahui belakangan sedang super sibuk.

Awalnya kupikir akan berangkat ke Bada besok pagi dalam sekali trip. Namun siang harinya, selepas aku beristirahat, Pak Rizal menelpon dan menyarankan aku untuk berangkat ke Tentena, Ibu Kota Kabupaten Poso hari ini juga, jam 2 siang, bersama dengan teman-teman AMAN PW Sulteng yang akan mempersiapkan Muswil-nya. Okelah, mari kita berangkat. Karena waktu yang mepet, aku minta dijemput saja di rumah Mbak Imas dan ketika itu juga sedang hujan cukup deras. (Palu memang beberapa hari terakhir sedang hujan. Jika siang minta ampun panasnya, meskipun katanya ini belum, selesai hujan barulah panas berkurang. Dari jadwal jam 2, ternyata aku baru dijemput jam 4 sore. Ehm, molor 2 jam euy.

Di dalam mobil travel yang berukuran sedang dengan jumlah seat 9 plus ruang belakang untuk menaruh barang akhirnya kami berangkat. Hanya ada 4 orang penumpang: Aku, Weni, Hendra, Pak Dede. Mobil travel itu terasa sangat longgar dan nyaman. :) . Perjalanan menuju Tentena memakan waktu sekitar 8 jam, sehingga perkiraan akan sampai di lokasi jam 12 malam. Dan perkiraan ini tepat sekali, kami sampai di rumah Ibu Tanti dia pengurus AMAN di daerah sini.

Jangan tanyakan apa saja di perjalanan karena hampir sebagian besar waktu adalah malam yang gelap gulita. Yang kuingat hanyalah jalan yang berliku-liku, tebing-tebing curam, jurang terjal, batuan gamping, pohon-pohon kelapa dan hutan kering. Tidak banyak rumah-rumah penduduk di sepanjang jalan, asumsiku karena sebagian besar kulalui jalan dalam gelap, tak ada lampu atau penerangan rumah yang terlihat. Ada beberapa kali melewati pusat pemukiman namun juga tidak terlalu ramai. Kami makan siang di sebuah warung yang sepi, mungkin memang warung khusus penumpang travel. Lauk Ikan goreng yang enak banget karena aku sudah lapar dan sayur – sayur yang semuanya pedas. Sepertinya butuh lebih banyak usaha untuk menghindari cabe di sini.

Tentena, Hari I


Ketika tiba di rumah Bu Tanti, sudah berkumpul beberapa bapak-bapak yang kuketahui setelahnya adalah anggota AMAN. Aku tidak sempat berkenalan karena ketika membereskan barang, mereka sudah siap-siap akan pergi entah kemana. Pak Dede juga ikut bersama mereka. Aku, Weni, Hendra dan Bu Tanti meminum teh hangat buatan Bu Tanti yang cukup memberikan kehangatan di malam yang dingin ini. Kami berbincang-bincang bebas, berkenalan, namun selebihnya teman-teman baruku ini mengobrolkan perihal Muswilnya, pemilihan PW, dan hal-hal lain yang tidak jauh dari Muswil. Aku lebih banyak mendengarkan saja karena mereka serius sekali membicarakannya. Ehmm, Muswil di AMAN heboh juga ya.. hehehehe..

Karena sudah jam setengah 2, kami pamit istirahat. Meskipun sepanjang perjalanan aku tidak melakukan apa-apa, tapi rasanya capek juga. Kubuat catatan ini meskipun kurasa hari ini aku belum mendapatkan data-data untuk buku CBFM. Pemanasan dulu hari ini.

Besok rencana berangkat ke Bada. Kemana dengan siapa, belum ada rencana. Tunggu besok.


(Rencana mau ketemu Cungur barang sebentar gagal dilaksanakan. Padahal sudah kangen banget dengan doi. Yoilah, nanti saja kalau sudah di Bogor)

0 komentar:

Posting Komentar