Kutipan, Ringkasan, Parafrase: 3 Cara Menulis Hasil Membaca

// // Leave a Comment
Membaca dan menulis adalah salah satu proses dalam berpikir kreatif. Yuk digabungin. 

img source:here
Ketika membaca sumber pustaka (buku, dokumen, artikel, dll), seringkali kita menemukan ide-ide menarik di dalamnya. Terkadang ada beberapa paragraf penting yang mendapatkan tempat lebih dalam pikiran kita. Dari ketertarikan inilah kreatifitas berpikir dimulai. Hal-hal penting yang tertulis dalam pustaka itu menstimulasi otak kita untuk bertanya, menyimpulkan, atau hanya sekedar mengingatnya.

Namun kita terkadang terlalu malas untuk memproses 'ketertarikan' itu. Pada akhirnya, semua yang kita baca hanya menguap begitu saja, bersama dengan bibit-bibit kekreatifan berpikir yang tidak jadi tumbuh. Berapa banyakpun buku yang dibaca rasa-rasanya akan hambar jika kita hanya sekedar membaca, tanpa berpikir lebih. Karena itulah, mari kita mulai untuk selangkah lebih maju dalam membaca kreatif.

Bagaimana caranya?

Jawabannya adalah Menulis. Menulis apa?
Menuliskan apa yang kita pikirkan. Setelah membaca pustaka dan menemukan bagian-bagian yang menarik hendaknya langsung dituliskan. Kenapa menulis? Baca ini: Kenapa harus menulis?
  
Lanjut lagi tentang membaca pustaka. Bagaimana caranya menuangkan ketertarikan terhadap apa yang disampaikan dalam sumber pustaka?

Secara tidak sengaja aku membuka buku catatan ketika sekolah dulu. Pelajaran Bahasa Indonesia. Di dalamnya aku mencatat bahwa ada 3 (tiga) cara untuk menuliskan hasil membaca pustaka. Apa saja itu?  1) Kutipan, 2) Ringkasan, 3) Parafrase. 

Ketiga cara ini dipakai untuk menuliskan hal-hal yang kita anggap penting dari hasil membaca kita. Perlu diingat bahwa ini bukan menulis review satu buku yang biasanya ditulis ketika selesai membaca buku. Menulis yang dimaksud di sini adalah menulis hal yang menarik, bisa saja kita temukan ketika baru mulai membaca, separuh halaman, atau kapanpun kita menemukan hal menarik. Sehingga tulisannya juga tidak hanya satu, tapi bisa banyak. 
img source: here

Misalnya kita menemukan satu paragraf yang menarik, maka kita akan membuat tulisan hasil membaca kita, umumnya dituliskan dalam selembar kertas/ kartu (namun bisa juga dituliskan dalam buku ataupun di komputer). Kartu kutipan, ringkasan, atau parafrase dapat kita simpan. Dengan kartu-kartu ini, maka kita bisa membuat dokumentasi hasil membaca kita. Jika kita bisa membuat misalnya 5 kartu untuk 1 buku, coba dihitung berapa kartu yang bisa kita kumpulkan untuk satu rak buku berisi 1000 buku. Koleksi yang hebat kan!

Penjelasannya masing-masing adalah sbb:

1. Kartu Ringkasan.

Seperti namanya, kartu ringkasan berisi ringkasan dari hasil membaca. Ringkasan dibuat lebih pendek dari teks aslinya. Misalnya kita menemukan 4 paragraf dalam buku yang kita anggap menarik, maka kita menulis ringkasannya dalam 3-4 kalimat. Sebelum tulisan ringkasan, dituliskan juga sumber pustakanya. Pengarang, tahun terbit: halaman. Misalnya: 


Nonette, 2011: 28

Boyolali diperkirakan akan menjadi kota besar tahun 2020,..... (isi ringkasan)


2. Kartu Kutipan

Menulis kartu kutipan berarti mengutip persis teks seperti dalam sumber pustaka ditambah dengan pertanyaan/komentar terkait kutipan itu. Misalnya ada satu paragraf yang sangat menarik dan sarat informasi, maka sebaiknya kita membuat kartu kutipan. Kita menulis persis kutipan, dan di bawahnya kita tuliskan pertanyaan/komentar yang didahului tanda anak panah (untuk membedakan antara kutipan dan komentarnya). Dituliskan juga sumber pustakanya. Pengarang, tahun terbit: halaman. 


Nonette, 2011: 60

  .......Produksi pertanian di Boyolali semakin meningkat karena berbagai faktor,.....
  ......(isi kutipan)

------> Apakah hasil pertanian bisa diekspor,..... (pertanyaan/ komentar)


         3. Kartu Parafrase

Parafrase berarti menuliskan ulang suatu teks dengan bahasa sendiri. Misalnya kita menemukan paragraf yang menarik, maka kita menuliskan isi dari paragraf itu namun dengan bahasa sendiri. Apa yang dituliskan tidak terbatas informasi dalam teks tapi juga interpretasi dan analisis kita terhadap teks itu. Parafrase biasanya akan lebih panjang dari teks aslinya karena berisi uraian gagasan dari pembaca (penulis parafrase). Menulis parafrase juga harus dimulai dari identitas pustakanya.  Pengarang, tahun terbit: halaman. 

   Nonette, 2011: 56

   Meskipun Boyolali bisa menjadi kota besar, banyak hal perlu dibenahi yaitu,..(isi parafrase)
   .................
   .................


Itulah tiga cara menuliskan hasil membaca.  Ada baiknya setelah selesai membaca pustaka, menuliskan juga reviewnya. Semoga bermanfaat bagi siapa saja (termasuk aku tentunya, hehehe,...)


--------------------------------Net262



0 komentar:

Posting Komentar