Runtuhnya MAJAPAHIT (By: Damar Shashangka)

// // Leave a Comment

Judul      : Runtuhnya Majapahit
Penulis    : Dhamar Sasangka
Bahasa    : Indonesia
Halaman  : 44 hlm
Tahun     : 2010
Format    : e-book (free Download)
Skor       : ***


Sinopsis:
Majapahit adalah sebuah kerajaan besar bercorak Hindu Shiva dan Buddha yang pernah ada di bumi Nusantara.  Kala itu, Majapahit menjadi salah satu dari dua kerajaan terbesar di wilayah Asia, selain Kekaisaran Tiongkok (China). Puncak keemasan Majapahit yaitu ketika pemerintahan Prabu Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang sangat terkenal. Setelah itu, kondisi Majapahit semakin menurun akibat dari adanya perang saudara dan pemberontakan.

Ketika masa pemerintahan Prabu Brawijaya (Bhre Wijaya), Islamisasi telah mulai
merambah di beberapa wilayah di nusantara dimulai dari Malaka menuju pusat kerajaaan di Pulau Jawa. Ketika Prabu Brawijaya naik tahta, kekaisaran Tiongkok mengirimkan seorang putri bernama Putri Tan Eng Kian untuk dinikahi raja. Ketika Putri Cina tersebut hamil tua, Kerajaan Champa mengirimkan upeti termasuk seorang putri Champa yang sangat cantik yaitu Dewi Anarawati. Champa adalah kerajaan yang lebih awal berubah menjadi bercorak Islam. Prabu Brawijaya tergila-gila dengan putri Champa itu dan berpaling, serta menceraikan Putri Tan Eng Kian untuk diserahkan kepada Adipati Palembang bernama Arya Damar yang merupakan keturuan Cina Muslim. Anak Putri Tan Eng Kian dengan Prabu Brawijaya kelak adalah Raden Patah, raja pertama kerajaan Demak Bintoro.

Prabu Brawijaya yang seperti tersihir kecantikan Dewi Anarawati, selalu saja menuruti kehendak istrinya itu, seperti pemberian fasilitas untuk mendukung masyarakat Islam dan daerah khusus untuk perkembangan Islam. Berbagai nasehat dari para abdi dan pejabat kerajaan hampir tidak diacuhkan. Suatu ketika Adipati Wengker (saat ini Ponorogo) mengkritik dan menyindir raja yang terlalu menuruti istrinya itu dengan mempersembahkan tarian baru yang terkenal hingga saat ini yaitu ‘Reog Ponorogo’.

Kondisi kerajaan semakin memburuk dengan adanya pemberontakan dan juga Islamisasi garis keras yang menginginkan bentuk kekhalifahan Islam. Islam waktu itupun terbagi menjadi dua kubu yaitu islam putih yang menginginkan bentuk kekhalifahan dipimpin oleh Sunan Giri dan Islam abangan yang lebih nyaman di bawah naungan Majapahit dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Ketika ke Jawa, Raden Patah diperlakukan dengan sangat baik oleh Prabu Brawijaya dan diperkenankan untuk belajar kepada Sunan Giri. Namun pemikiran radikal Sunan Giri telah masuk ke pemikiran Raden Patah sehingga mereka bersepakat untuk membentuk kekhalifahan Islam dengan jalan harus menyerang Majapahit.

Prabu Brawijaya tidak pernah menyangka bahwa anaknya yang telah diperlakukan dengan sangat baik  akan tega melakukan pemberontakan. Ketika pemberontakan berkobar, pasukan Majapahit telah terpecah-belah dan tidak mampu menahan serangan yang tiba-tiba itu. Pada akhirnya Majapahit kalah dan seluruh bekas kerajaan tersebut dimusnahkan oleh pasukan Islam. Dengan ditengahi oleh Sunan Kalijaga Prabu Brawijaya akhirnya menyerah kepada anaknya dan merelakan tahtanya. Kehancuran Majapahit ini dikenang oleh masyarakat Jawa melalui sengkalan (kalimat sandhi berupa angka tahun kejadian) yaitu “Sirna (0) Ilang (0) Kertaning (4) Bhumi (1)” atau tahun 1400 Saka (1478 M).

Raden Patah akhirnya membentuk kerajaan baru yang berpusat di Demak, yaitu Kerajaan Demak Bintoro yang bercorak Islam. Kerajaan Demak tidak bisa mewarisi kejayaan Majapahit karena wilayah-wilayah kekuasaan Majapahit di Nusantara banyak melepaskan diri dan pemberontakan terus terjadi. Wilayah yang luas tersebut hampir terkikis habis dan hanya menyisakan wilayah kecil di Jawa Tengah.

Penilaian saya:
Sejarah Nusantara memang sudah menjadi kewajiban kita untuk mempelajarinya. Dari sejarah kita dapat berkaca, introspeksi dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Belajar sejarah juga menjadi salah satu jalan untuk mengetahui jati diri kita.

Kisah tentang Majapahit yang merupakan kerajaan besar di Nusantara menjadi bahasan wajib ketika kita bersekolah dari SD sampai SMA. Banyak buku pelajaran yang menceritakan betapa besarnya kerajaan ini. Namun versi resmi sejarah dalam buku-buku pelajaran kadang kala terlalu membosankan dan monoton, saya juga mengalami hal yang sama. Membaca kisah keruntuhan Majapahit yang ditulis oleh Damar Shashangka sungguh menarik. Saya mendapatkan beberapa versi lain dibanding sejarah resminya.

Damar Shashangka berhasil membuat cerita yang disampaikannya menjadi lebih mudah dipahami, seperti sedang membaca novel. Banyak peristiwa sejarah terkenal yang saya baru tahu makna dibaliknya, dan beberapa hal yang mengejutkan saya. Damar juga cukup banyak tahu tentang sejarah-sejarah dan tokoh-tokoh yang ditulisnya, berbagai tokoh dan suatu peristiwa diceritakan secara runut dan cukup jelas.

Menurut saya, buku ini secara langsung menunjukkan keberpihakan penulis atau ketidak-setujuannya terhadap suatu tokoh, sehingga terkesan muncul tokoh antagonis (Dewi Anarawati dan Sunan Giri) atau tokoh protagonis (Sunan Kalijaga, Adipati Wengker, dll). Penulis juga banyak mengkritisi tentang proses Islamisasi di Indonesia yang tidak hanya melalui jalan damai namun juga lewat pertumpahan darah, yang selama ini tidak pernah disebutkan dalam sejarah resmi.

Yang menjadi kurang dari buku ini adalah masih ada beberapa salah ketikan. Format yang hanya tersedia dalam bentuk e-book mungkin kurang nyaman bagi beberapa pembaca, terlebih yang tidak terbiasa dengan e-book. Di luar itu, buku ini sangat luar biasa, Damar berhasil menggugah rasa nasionalisme pembaca, dalam hal ini adalah saya sendiri. Sepertinya Damar juga sangat ingin membagi sebanyak-banyaknya pengetahuan yang dimilikinya untuk semua orang, khususnya masyarakat Nusantara agar tidak menutup mata terhadap sejarah. Hal ini terlihat dari  keleluasaan yang diberikan oleh Damar kepada siapa saja yang ingin membagi-bagikan buku ini secara free. Siapapun dapat mengakses e-book ini melalui website Damar Shasangka di blog http://damar-shashangka.blogspot.com/ atau click sini.

Semoga saja buku dapat turun ke versi cetak, sehingga dapat menjangkau lebih banyak pembaca. Buku tulisan Damar yang telah terbit versi cetaknya yaitu buku ‘Sabdo Palon’ dan buku ‘Dharma Gandhul’.

0 komentar:

Posting Komentar