SAVING FISH FROM DROWNING -by: Amy Tan

// // Leave a Comment


Judul       : Saving Fish From Drowning (Penyelamatan yang Sia-Sia)
Penulis    : Amy Tan
Bahasa    : Indonesian (penterjemah: Inggrid Dwijani Nimpoeno)
Physic    : 18 bab, 549 halaman
Penerbit  : Gramedia

Synopsis :

Latar utama dari cerita ini adalah di Burma/ Myanmar dengan situasi politik terakhir. Ada 13 orang tokoh di cerita yang menjadi sentral cerita, dengan 1 tokoh diantaranya adalah ‘orang mati’.
Orang mati tersebut berperan sebagai penutur kisah, sehingga jalan cerita kisah ini juga merupakan sudut pandang dari si orang mati tersebut.
‘Bagaimana mungkin orang mati bisa berkisah?’
‘Kesadaran yang muncul setelah raga menghilang?’
Di dalam kisah ini, Bibi Chen sebagai penutur menceritakan bagaimana ia meninggal dalam suatu kejadian yang sangat tragis yang bahkan ia sendiripun tidak ingat bagaimana itu terjadi. Kemudian muncullah orang-orang yang merupakan sahabat Bibi Chen semasa hidup, yang merupakan tokoh-tokoh utama dalam cerita ini.

Keduabelas tokoh tersebut merupakan rombongan turis Amerika yang akan melakukan perjalanan wisata dari kaki pegunungan Himalaya di Cina menuju hutan rimba di Burma (Myanmar) yang pada awalnya menunjuk Bibi Chen sebagai pemimpin rombongan. Rute dan rencana perjalanan yang sudah dipersiapkan oleh Bibi Chen akhirnya tidak terlaksana dengan baik karena kematian yang tidak terduga tersebut. Perjalanan pun akhirnya dilaksanakan dan berbagai peristiwa muncul silih berganti selama dalam perjalanan wisata tersebut. Kedua belas tokoh tersebut diceritakan oleh Bibi Chen dengan porsi yang sama. Semua tokoh mendapat bagian dalam cerita ini, dari kehidupan mereka sebelum melakukan wisata sampai dengan kejadian yang dialami selama melakukan wisata.


Puncak peristiwa terjadi ketika pada keduabelas rombongan turis tersebut menghilang tanpa jejak di Danau berkabut, Burma. Ketika hilang itulah terjadi berbagai kejadian yang membuat cerita semakin kompleks. Bagaimana rasa kemanusiaan kita tersentuh oleh kejadian-kejadian di mata kita? Bagaimana kita mempercayai suatu cerita dengan beragam versi yang terasa maya, namun berada di depan mata kita? Bagaimana kita bertindak dalam kondisi yang tidak memungkinkan kita melakukan apa-apa? Bagaimana cara melakukan upaya yang terasa seperti sia-sia?
Berbagai keajaiban pun terjadi yang membuat kita percaya bahwa hal itu benar-benar ada.

Pendapat saya :
Buku ini merupakan karya Amy Tan ke-3 yang saya baca. Untuk membaca ini saya membutuhkan waktu selama hampir 3 bulan. Judul yang digunakan dalam edisi Bahasa Indonesia adalah ‘PENYELAMATAN YANG SIA-SIA’. Entah kenapa judulnya begitu dan bukannya arti dari judul aslinya saja. Menurut saya ‘MENYELAMATKAN IKAN TENGGELAM’ lebih keren. Cocok dengan tulisan di pembukaan buku ini yang mungkin saja memberi inspirasi penulisnya tentang judul buku ini:

“Seorang laki-laki yang saleh menjelaskan kepada para pengikutnya, “Mengambil kehidupan itu jahat, dan menyelamatkannya adalah tindakan yang mulia. Setiap hari aku berjanji akan menyelamatkan ratusan kehidupan. Kutebar jalaku di danau dan ratusan ikan pun terjaring. Kutaruh ikan-ikan itu di tepi danau, dan di sana mereka melompat-lompat dan menggeliat. “Jangan takut,” kataku pada ikan-ikan itu. “Aku menyelamatkan kalian supaya tidak tenggelam.” Tak lama kemudian ikan-ikan itu tenang dan berbaring diam. Tapi sayang, aku selalu terlambat. Ikan-ikan itu mati. Dan karena tidak baik untuk membuang apapun, aku membawa ikan-ikan mati itu ke pasar dan kujual dengan harga bagus. Dengan uang itu aku membeli lebih banyak jala supaya bisa menjala lebih banyak ikan. – ANONIMUS –“

Dibandingkan dengan buku karya Amy Tan sebelumnya seperti One Hundred Secret Senses, buku ini terasa lebih membingungkan. Tokoh yang terlalu banyak dan cerita-cerita dari tokoh tersebut membuat imajinasi pembaca (aku) menjadi buyar. Namun tentu saja hal ini bisa diatasi dengan tidak terlalu banyak membaca halaman-halaman buku ini dalam sekali waktu. Berbagai peristiwa yang diceritakan pun terkadang terasa tidak berhubungan satu sama lain.

Namun begitu, bahasa yang digunakan oleh Amy Tan untuk mengungkapkan sesuatu peristiwa merupakan salah satu hal yang membuat tulisan-tulisan-nya, termasuk juga Buku ini menjadi menjadi mempesona. Terlebih lagi dengan penterjemahan yang sangat baik ke dalam bahasa Indonesia, semakin mendukung kekuatan bahasa yang digunakan.

Kekurangan utama dalam fisik buku edisi Indonesia adalah kertas cetak yang digunakan terlalu buram dan kurang terang, sehingga membuat mata cepat lelah.

Lepas dari segala kurang dan lebihnya, buku ini merupakan daftar wajib buku yang seharusnya anda baca. Mungkin anda tidak akan tertarik pada awalnya, namun jangan menyerah dan teruslah membaca sampai anda tidak dapat lagi berpaling darinya. Itulah Amy Tan.


Note : anda bisa membaca cuplikan buku ini di Google Books dengan link di bawah ini :

0 komentar:

Posting Komentar