The Boy Who Ate Stars (By: Kochka)

// // Leave a Comment


Judul           : The Boy Who Ate Stars 
                     (Anak Lelaki yang Menelan Bintang-Bintang)
Penulis         : Kochka
Bahasa         : Indonesia (Terj: Rahmani Astuti)
Tebal           : 104  halaman
Penerbit       : Gramedia
Skor            : **


Sinopsis:
Kisah ini adalah kisah tentang Lucy, seorang anak perempuan berusia 12 tahun yang mencoba menyelami kehidupan Matthew, anak laki-laki yang autis. Bersama dengan Theodora teman Lucy dan Francois, seekor anjing kecil pemalu, mereka ber-empat melakukan petualangan-petualangan istimewa yang bahkan tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Kisah berawal ketika Lucy pindah ke apartemen baru. Lucy memiliki target untuk mengenal seluruh penghuni apartemen dan hal ini baginya merupakan suatu prestasi tersendiri. Namun semua rencananya gagal setelah dia mengenal Matthew, anak laki-laki yang tinggal tepat di lantai atas apartemen Lucy. Matthew memiliki keunikan yang bagi Lucy sangat menarik dan istimewa. Sejak pertama kali melihat Matthew, Lucy melupakan targetnya dan menjadi lebih ingin mengetahui segala sesuatu tentang anak laki-laki itu. Lucy berusaha keras untuk lebih mendalami dunia Matthew yang seakan tak dapat tersentuh.


Sejak lahir Matthew memang berbeda dengan anak-anak lainnya, Matthew seperti memiliki dunia sendiri yang sulit dijangkau oleh orang-orang di sekitarnya. Hanya Maugo, pengasuhnya yang tidak berbicara, yang sepertinya sangat mengerti tentang Matthew. Matthew lebih sering berinteraksi dengan orang ketika Lucy muncul dengan ketertarikan dan rasa ingin tahunya pada Matthew, Francois si anjing kecil pemalu milik teman ibu Matthew, serta Theo.  

Pendapat saya:
Kisah ini merupakan kisah tentang autisme yang dilihat dari sudut pandang anak perempuan 12 tahun. Buku tipis ini menceritakan dengan ringan namun cerdas tentang sisi lain autisme yang sangat istimewa. Dengan bahasa yang mudah dipahami, karena memang ditujukan untuk semua umur, kisah petualangan Lucy dan Matthew mengalir dengan lancar.

Cover buku yang bagus juga sangat membantu dalam membuat kemasan cerita ini menjadi lengkap. Gambar anak kecil yang memandang langit malam berbintang dengan seekor anjing sangat menggugah ketertarikan saya untuk membaca buku ini.

Namun karena terlalu singkat dan tipis, banyak hal yang belum diceritakan dengan jelas dalam kisah ini. Kisah tentang Maugo si pengasuh, tentang Theodora, dan juga keluarga Matthew sendiri, sangat minim sekali diceritakan. Cerita-cerita yang hilang tersebut sangat mendukung kisah utama tentang Matthew, bagaimana latar belakang orang-orang yang berinteraksi dengannya.

Buku tipis ini dapat diselesaikan dalam sekali baca sehingga cocok dibaca ketika ada waktu luang di hari libur. Selain itu juga pembaca akan dapat melihat sisi lain dari dunia autisme yang istimewa dan juga sudut pandang anak-anak dalam menghadapi rasa ingin tahunya. Siapapun dapat membaca buku ini.

0 komentar:

Posting Komentar