PEMANENAN GETAH DAMAR (di Repong Damar Pekon Pahmungan, Lampung Barat)

// // Leave a Comment
(Sudiyah Istichomah)

(Catatan ini merupakan sebagian dari hasil saya melakukan PKL semasa kuliah tepatnya tahun 2008, sehingga yang tertulis dan dokumentasi juga merupakan gambaran kondisi saat itu)

Pemanenan getah damar

Pohon damar yang sudah bisa dipanen yaitu pohon damar yang berumur 15 sampai 20 tahun. Pohon damar yang siap dipanen sudah dibuat takik-takik atau lubang-lubang di batang pohon untuk keluarnya getah damar. Frekuensi pemanenan damar normalnya adalah tiap1 bulan (± 30 hari) karena pada saat itu damar yang dihasilkan sudah mulai mengeras dengan kualitas yang cukup baik. Namun seiring maraknya pencurian damar, waktu pemanenan damar menjadi lebih cepat menjadi 14 sampai dengan 20 hari.

Dalam sekali panen biasanya petani membutuhkan waktu beberapa hari untuk menyelesaikan pemanenan, tergantung luasan lahan yang dimiliki dan jarak lahan dari pemukiman. Jika pemilik lahan tidak bisa memanen sendiri damarnya karena sesuatu hal seperti lahan yang terlalu jauh atau lahan yang terlalu luas, biasanya sering memburuhkan kepada orang lain.

Untuk mendapatkan getah damar dilakukan dengan cara melukai kulit batang sampai kambiumnya (membuat takik). Bentuk takik adalah segitiga dengan ukuran awal sisi-sisinya sekitar 3-4 cm. Damar akan keluar dari kambium yang terluka tersebut dan mengumpul dalam takik yang dibuat selama waktu yang ditentukan. Getah damar yang sudah terkumpul dalam kurun waktu satu bulan telah siap dipanen.

Penentuan besar dan jarak takik dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut :

1. bentuk segitiga memudahkan pengumpulan damar dan memanennya, selain itu damar yang dihasilkan juga lebih bersih dari campuran kayu.
2. ukuran sisi takik awal 3-4 cm cukup untuk mengumpulkan damar dan untuk menghemat batang (agar luka batang tidak terlalu besar).
3. jarak vertikal antar takik 40 cm agar antar takik yang berdekatan tidak bertemu, selain takik berfungsi sebagai tempat pijakan kaki untuk naik ke atas, jarak 40 cm memudahkan untuk memanjat.
4. jarak horizontal antar takik 50 cm dengan tujuan agar takik tidak bertemu dan untuk penghematan batang.

Penghematan batang yang dimaksud yaitu agar batang yang dilukai/dibuat takik terlalu lebar (permukaan yang dilukai tidak terlalu luas) sehingga produktifitas damar dapat berlangsung dalam kurun waktu yang lama tanpa merusak batang damar.

Dalam pemanenan damar, alat-alat yang digunakan yaitu :

1. kapak yang berfungsi untuk mengerik/mengambil damar dari takik
2. ember/bakul yang berfungsi sebagai tempat penampungan damar yang sudah dikerik di pohon
3. ambon (tali dari rotan) yang berfungsi untuk membantu memanjat pohon
4. Bebalang yang berfungsi untuk menampung damar sekaligus untuk mengangkut
5. Karung yang digunakan untuk menampung damar

Teknis pemanenan damar yaitu sebagai berikut :


  1. Persiapan alat
  2. Damar yang berada di takik terbawah diambil dahulu. Damar diambil dengan kapak. Arah kapak adalah ke tiga sisi takik dengan tujuan agar damar yang diambil tidak pecah, ukurannya besar, utuh dan agar damar tidak jatuh ke tanah.
  3. Damar ditampung dengan bakul atau ember, takik yang sudah kosong dilukai kambiumnya untuk merangsang keluarnya damar lagi
  4. Setelah selesai dengan takik terbawah, maka selanjutnnya mengambil damar pada takik atasnya. Untuk takik yang tidak bisa dijangkau tanpa memanjat, maka digunakan ambon (tali dari rotan) untuk membantu memanjat.
  5. Ambon disimpul dengan ukuran sedemikian rupa sehingga dapat mengelilingi pohon dan menahan tubuh pemanen. Cara naik dengan menggerakkan ambon ke arah atas dan kaki berpijak pada takik di bawahnya
  6. Memanen damar pada takik-takik atas sampai selesai kemudian turun dari pohon
  7. Memindahkan damar dari bakul/ember ke dalam karung atau bebalang.
  8. Memanen pohon selanjutnya dan seterusnya sampai selesai


Damar yang dihasilkan berbeda pada tiap waktunya. Biasanya dalam sehari dihasilkan damar 35-40 kg damar per orang perhari. Jika produksi damar sedang baik pohon damar yang dipanen sekitar 10-12 batang pohon, namun jika produksi damar sedang jelek maka pohon yang dipanen bisa mencapai 20 pohon untuk hasil yang sama. Penurunan produksi tersebut kira-kira sebesar 30-40%.

Pemanenan damar biasanya dilakukan sendiri oleh petani pemilik kebun dengan keluarganya. Tetapi jika dalam hal tertentu tidak bisa dilaksanakan sendiri maka ia bisa memakai tenaga kerja dari luar. Pekerja pemanenan biasanya berasal dari warga setempat. Sistem pengupahan pekerja pemanenan berupa bagi hasil damar maupun upah dengan uang. Untuk sistem bagi damar biasanya perbandingan damar untuk pemilik dan pekerja adalah 1:3 atau 1:4.


Selain pemanenan damar dari pohon, masyarakat biasanya mengambil damar yang jatuh ke tanah atau lebih dikenal dengan lahang. Kegiatan ini pengumpulan damar yang jatuh ke tanah ini disebut ngelahang. Ngelahang biasanya dilakukan oleh ibu-ibu dan anak-anak. Pengambilan lahang boleh dilakukan di mana saja dan tidak dianggap mencuri. Hasil dari ngelahang untuk anak-anak bisa mencapai 1-2 kg perhari. Damar lahang biasanya berharga di bawah harga normal damar karena damar lahang umumnya bercampur tanah sehingga kualitasnya kurang baik, kecuali jika damar lahang bersih maka harganya bisa mencapai harga damar normal.

0 komentar:

Posting Komentar