Pangrango, Aku dan Cuilan Kerinduanku

// // Leave a Comment

2015,

Ada yang menarik dari tulisanku di bawah ini. Kenapa? Karena tulisan ini ditulis di 3 waktu berbeda, yaitu: 2007, 2008 dan terakhir di tahun ini 2015. Kok bisa? Ceritanya, aku menemukan kembali notebook kecilku yang berisi tulisan-tulisan macam-macam, dari curhatan, puisi sampai jadwal kuliah pun. Nah, kubuka-bukalah itu notebook dan kutemukan catatan-catatan kecil yang dibuang sayang. Aku bahkan ingin banget mempostingnya di blog ini.

Tulisan ini adalah tentang coretan perasaanku saat mendaki Gunung Pangrango. Ceritanya waktu itu tahun 2007, aku dan sejumlah kawan dari Lawalata IPB dan juga Mahacita Gawalise Palu sedang mendaki gunung ini. Aku yang sama sekali belum pernah ke Pangrango, ingin sekali mencicipi puncak itu. Sayangnya, aku sakit dan terpaksa membatalkan rencana. Jadilah aku sendirian menunggu tim di Kandang Badak, tempat camp kami. Di saat itulah aku membuat salah satu bagian tulisan ini. Setahun setelah itu, aku kembali membaca curhatan itu dan menulislah aku di bawahnya. Kutuliskan betapa aku sangat merindukan Pangrango dan bertanya-tanya kapan aku bisa ke sana. Terakhir adalah, tulisan di tahun 2015 yaitu 2 paragraf pertama (termasuk paragraf ini) dan 1 paragraf penutup. Seperti yang kujelaskan sebelumnya, aku tidak sengaja menemukan notebook dan menulisnya. Agar tidak bingung, aku tambahkan tulisan baru penjelasnya. Bagaimana? Kalau saat ini sih aku sudah sempat naik Pangrango, mungkin di tahun 2012 bersama tim gabungan dari L-IPB, Palembang dan Jakarta. Ahh, jadi kangen ndaki kan jadinya...

I and my beloved friend 'Codot' from Palaspa - Palembang at Pangrango (2012)


Cekidot!

26/12/2007

..... Kandang Badak, 
Di antara beku yang menusuk di sela-sela kabut yang membutakanku, irisan hujan menghantam tubuhku. Aku sendirian di sini, di sekeliling ruang yang tak pernah sepi, di dalam tenda beku yang setia melindungiku. 

Tuhan, entah sampai kapan aku masih bisa mengucap syukur yang tak terkira atas semua indah ini? Entah sampai kapan aku bisa menapaki bumi yang penuh pesona ini? Rintik-rintik hujan ini membekukanku, di antara hangat persahabatan yang entah akan sampai di mana. 

Tuhan, terima kasih untuk kesempatanku bersua dengan hidup, untukku yang masih bisa takjub dalam kebekuan ini. Meski aku masih sering bertanya dalam hati, "Entah sampai kapan?". 

....

Rencananya sih aku ingin mendaki Pangrango. Tapi kemudian jantung ini berdetak kencang dan sakit sekali. Serem juga rasanya. Aku mendingan menyerah sekarang daripada merepotkan teman-temanku. Mungkin lain kali, Pangrango berjodoh denganku.

View from the top of Pangrango. Georgeous! (2012)


09/12/2008

Tulisan di atas aku buat pas aku naek gunung Gede Pangrango. Aku sendirian di tenda, tidur di antara kebekuan kabut yang hanya bisa kurasakan dari balik tipis tenda dome yang melindungiku dari gerimis. Tidak terasa sudah setahun berlalu dan sampai saat ini, aku belum sempat menyapa Pangrango, belum sempat memijak Mandala Wangi. Aku baru sempat mencium aroma aliran angin dari triangulasinya di sana, di dingin beku yang seakan abadi.



----------------------------------------------------
2015,

Pendakian pertama waktu itu adalah di tahun 2007. Teman-teman dari L-IPB adalah Wulan dan Salmul, sedang teman-teman dari Palu ada Bukor, Om Ari, Nancy, Kampret dan dek Fikar. Sayangnya, waktu itu tak ada fotonya. Sedangkan di tahun 2012, aku mendaki bersama tim gabungan yaitu dari L-IPB: aku, Sukiman Dafid, dan Emak Romawati. Tim dari Palaspa Palembang ada Codot, Kadal, Pupen, Gareng, dan Bogel. Plus satu orang lagi yaitu Bang Sandy. Nah, di pendakian ke-2 inilah akhirnya aku bisa sampai Pangrango. Itupun disertai kejadian-kejadian super lucu yang kalau kuingat-ingat lagi. Akhirnya, aku hanya bisa berkata, "I miss you so badly friends! Pengen banget ndaki bareng kalian2 lagi. Yuk yuk yuk!"




Aku dan Pangrango (2012)



0 komentar:

Posting Komentar