Hari Masih Pagi

// // Leave a Comment
Hari masih terlalu pagi, dingin yang sepi

Seberkas sinar timur pun tak kuasa
menembus kokohnya kabut pagi
Hanya samar-samar teruraikan warna pelangi hari

Hari masih pagi
Sayup-sayup kudengarkan satu salam untuk bumi,
menyambut harinya

Kicauan burung hutan
Nada penghuni surga rimba
Pula,
Tegaknya berjuta pohon-pohon tinggi
menyambut paginya

Hari masih jua pagi
Hanya bayang samar hijau di balik lautan gelap kabut putih
mengelilingiku

Tanah basah bumi,begitu damai
tersentuh kaki telanjangku
Dinginnya mata air tentramkan hatiku
Jua,
Tajamnya semak berduri menenangkanku

Hari masih pagi,
Putih langit di atas tumpukan kabut mulai nampak keemasan

Di sela-sela raksasa hijau, hangat sinar berusaha menembus
Kalahkan tabir gelap air udara, yang semakin lelah berkuasa
dan semua penghuni surga kecil terbebas dari buaian sunyi
mencoba mencari makna sebuah kehidupan

Burung-burung yang bersenandung
Kera-kera bercengkarama
Mahkluk kecil meliuk di tanah berlumpur
Ilalang dan perdu yang berkilau
Gemericik air
Iringan semilir angin
Berkas-berkas emas di sela-sela kokohnya zamrud hijau
dan
semuanya,
segalanya,

Begitu nyata, hidup, begitu indah

Aku menelapak surga lagi
langitku,

Pagi akan pergi sebentar lagi
Kudengar siang hendak datang
Seperti biasa

Kabut telah pergi, sela-sela pohon lebih terang
Juga, surga kecil ini telah menampakkan selayang sosoknya

Cantik, Indah
Kokoh, kuat, dan tegar

Hari tak lagi pagi
dia telah pergi
Mungkin esok dia datang lagi,
esoknya lagi, lagi, lagi,...
dan lagi, ... dan lagi,...

Pagi akan terus datang

Hanya saja,.. Aku tak tahu
Entah esok, lusa, dan seterusnya
Masihkah surga kecil ini yang menyambut pagi?

(Net 02062005)
(Note: For the beautiful memory in Halimun Forest, TNGHS, I miss that small heaven. Thank God, for the living You gave to us)

Photo by: Faisal Abdul A

0 komentar:

Posting Komentar