Laila Majnun (By: Nizami)

// // Leave a Comment

Judul      : Laila Majnun :
Penulis    : Nizami Ganjavi
(adaptasi Prosa: Colin Paul Turner)
Bahasa    : Indonesia (penterjemah: Dede A Kaswar)
Halaman  : 255 hlm
Penerbit   : Oase Mata Air Makna, 2009 (cetakan IX)
Skor       : ***


Sinopsis:
Tersebutlah di negeri Arab pada jaman dahulu terdapat sebuah kabilah yang dipimpin oleh seorang Sayid yang sangat termahsyur. Meskipun memiliki hampir segalanya, Sang Sayid merasa tidak bahagia karena belum memiliki seorang anak. Tiap hari sang Sayid berdoa kepada Tuhan hingga akhirnya Sang Sayid dikaruni seorang putra yang sangat tampan dan diberi nama Qais. Qais tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan sangat dicintai oleh kedua orang tuanya serta semua orang di kabilahnya.

Ketika menjadi remaja, Qais berguru pada seorang ulama. Saat itulah pertama kali Qais bertemu dengan Laila, seorang gadis cantik yang menjadi teman sekelasnya. Mereka berdua langsung jatuh cinta dan hanyut dalam pesona cinta pertama yang sangat memabukkan. Kedekatan Laila dan Qais telah menjadi desas-desus dan tersebat di antara orang-orang sekitarnya. Hal ini membuat malu pihak keluarga Laila dan memutuskan untuk memisahkan Laila dari Qais, agar mereka tidak pernah bertemu lagi.

Perpisahan itu telah membuat kesedihan dan luka mendalam bagi keduanya. Qais menunjukkan kesedihannya kepada semua orang yang ditemuinya. Dia berkelana tanpa arah dengan berpakaian compang-camping dan selalu mengucapkan syair-syair cintanya kepada Laila. Keadaan itu membuatnya seperti orang gila dan orang-orangpun memanggilnya dengan ‘Majnun’ (gila). Sementara itu, Laila hanya dapat memendam kesedihannya dalam diam dan kesunyian. Laila tidak dapat mengungkapkan perasaannya pada siapapun, tidak dapat melakukan apapun selain menangis sendirian di tengah malam. Berita tentang Majnun, syair-syair cintanya dan kecantikan Laila telah tersebar di negeri Arab. Tidak sedikit orang yang berkelana jauh hanya untuk bertemu dan mendengar syair Majnun.


Suatu hari Majnun bertemu dengan Naufal seorang Pangeran Badui yang sangat kuat. Merekapun berteman dan Naufal berjanji untuk menyatukan Laila dan Majnun. Naufal menyerang kabilah Laila dan menyebabkan banyak orang yang tidak berdosa tewas dalam peperangan. Meskipun menang, namun Naufal tidak berhasil mendapatkan Laila. Majnun pun juga tidak menyukai cara Naufal membantunya dan akhirnya  mereka berpisah. Majnun melanjutkan berkelana dan Laila dipaksa menikah dengan orang lain.

Kesedihan dan kegilaan Majnun telah merambati orang-orang di sekitarnya. Kondisi orang tua Majnun dari hari ke hari semakin memburuk. Kesedihan Sang Sayid telah membawanya sampai pada kematiannya. Suami Laila pun juga menderita kesedihan luar biasa karena tidak pernah bisa memiliki cinta Laila yang hanya untuk Majnun. Suami Laila pun akhirnya meninggal.

Majnun masih berkelana di padang pasir dan berteman dengan binatang-binatang liar. Sementara semakin lama kondisi Laila semakin buruk dan sakit-sakitan, hingga akhirnya dia meninggal. Majnun sedih luar biasa, dan dia hanya bisa meratapi nisan Laila sampai akhirnya kemudian Majnun juga pergi untuk selamanya dan berharap bisa dipersatukan dengan Laila di sana. 

Pendapat  saya:
Kisah Laila Majnun merupakan kisah cinta klasik dari dunia Arab yang paling terkenal. Selama lebih dari 1000 tahun kisah ini telah dibuat dalam beberapa versi dan beragam bentuk. Kisah dalam buku ini adalah bentuk prosa dari sajak epik karya Nizami Ganjavi, seorang sufi Persia abad ke-12 M yang dialihkan dalam prosa oleh Dr. Colin Turner.

Kisah cinta tragis ini sangat menyentuh hati dan jiwa. Penggambaran gejolak jiwa seseorang yang jatuh cinta sangatlah dalam menyentuh hati. Perasaan-perasaan Majnun dan Laila seolah disampaikan kepada setiap orang yang membacanya. Tidak hanya itu saja, perasaan-perasaaan orang-orang di sekitar Laila Majnun yang terseret dalam drama tragis itupun dituliskan dengan sangat indah. Cinta yang absurd, yang abnormal dan tidak pernah dapat disentuh oleh logika. Bagi Majnun, cinta itu hanyalah cinta, dan demi cinta itu pula-lah dia rela meninggalkan segalanya. Ada yang menyatakan bahwa cinta Majnun adalah metafora cinta seorang manusia terhadap Tuhan-Nya (pengantar penerbit).

Membaca kisah ini membuat saya berpikir bahwa cinta seperti ini apakah ada? Bagaimana mungkin seseorang bisa gila karena cinta? Dan apakah ini benar adanya? Kenapa cinta harus rumit? Bukankah cinta antara dua orang manusia itu sangat sederhana adanya? Keinginan untuk saling mengasihi dan menyayangi antara dua orang haruskan dihalangi oleh ego orang-orang di sekitarnya? Bagaimana cinta yang terhalang tersebut telah menyebabkan kesedihan tidak hanya bagi dua insan pencinta itu, namun juga orang-orang di sekitarnya.

Buku dalam edisi Bahasa Indonesia  cukup bagus penterjemahannya. Syair-syair Majnun dan kalimat-kalimat cinta Laila dituliskan dengan sangat indah. Namun jika anda penyuka buku dengan bahasa populer dan sederhana, maka mungkin anda akan sedikit bingung atau bosan. Namun tidak ada salahnya kisah ini anda baca.

Bacalah kisah ini, dan tenggelamlah dalam kisah mistis cinta yang abadi sepanjang masa. 

0 komentar:

Posting Komentar