Melinsum: Episode Mandi dengan Selang Sakti

// // Leave a Comment
MCK = Mandi Cuci Kakus, bukan hal aneh. Mandi membersihkan badan,mencuci pakaian, dan buang hajat. Semuanya butuh air. Bagaimana ceritanya jika hanya ada sedikit air? Itupun harus berbagi dengan banyak orang? Sungguh, bagiku episode MCK di Melinsum adalah salah satu episode yang sangat istimewa. Berkesan, mendalam, dan lucu. 

SELANG SAKTI,....

Bayangkan! Ada sebuah selang panjang, berdiameter sekitar 3 cm yang mengalirkan air bersih nan segar. Sepertinya tidak ada yang salah dengan selang itu. Hemmm, tunggu dulu! Masalahnya selang itu sendirian. Dia sendirian, dia adalah satu-satunya, tak punya teman. Selang itulah satu-satunya penyalur  air bersih untuk satu Dusun Melinsum. Ya, meski banyak penyalur air lain, namun bisa dikatakan mereka semua mandul, tak ada air yang mengalir, meskipun mengalir juga sangat sedikit. Air untuk konsumsi, mandi, mencuci, dan juga keperluan lain banyak diambil dari selang sakti ini.
 
Selang ini mengambil sumber air dari sungai kecil di dalam hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGPl). Selang ini berujung di belakang rumah seorang warga dusun yang rumahnya terletak paling ujung dan terdekat dengan hutan TNGPl. Rumahnya berada di tengah-tengah kebun karet luas. Dan di ujung selang inilah, warga berganti-gantian berurusan dengan air bersih. Bukan apa-apa, tapi memang tak ada pilihan lain. Ada yang mencuci pakaian, mandi, mengisi kin (jerigen air), dan lain-lain. Aku pun juga. Selama seminggu tinggal di Melinsum, aku juga menjadi bagian dalam ritual selang bergilir tiap pagi. Bukan piala bergilir, namun selang bergilir yang lebih berharga. 

Tiap pagi hari, sekitar jam 8 pagi setelah sarapan di rumah, aku bersama dengan kakak dan Indah menuju rumah Pak Pardi. Beliaulah sang tuan rumah si selang sakti. :) Jarak dari rumah sekitar 3 km membuat kami harus menggunakan bantuan sepeda motor untuk sampai di sana.  Sembari menenteng ember, pakaian kotor seluruh penghuni rumah, dan peralatan mandi serta baju ganti kamipun berangkat. Sampai di lokasi sekitar 15 menit kemudian dan selalu saja, si selang sakti tersebut tidak pernah nganggur. Ada saja penunggunya, entah ngisi kin, mencuci, atau mandi. 

Meski kadang lapak penuh, namun kami selalu saja bisa nyelip dan ikut mengantri selang. Ketika giliran tiba, maka pertama-tama kami mengurusi dulu cucian kotor yang menumpuk (Bagaimana tidak? baju kotor 7 orang. Kondisi air yang sulit ini membuat urusan mencuci jadi agak repot. Karena itu agar lebih praktis maka cucian orang serumah dijadikan satu. 4 orang anggota keluarga Bang Edi ditambah bajuku,  dan 2 orang teman dari Jepangku jadinya ada 7 paket. Siapa yang nyuci? Ya aku dan kakak. he3). Setelah mencuci barulah mandi. Habis mandi ganti baju. Ya, sebenarnya ini sangat sederhana jika saja tidak perlu ngantri selang. 

Apa jadinya jika selangnya ngantri? Ya, kadang-kadang ketika sabunan selang dipinjam oleh orang yang datang mengisi kin yang biasanya tidak pernah kurang dari 2 dan lebih sering lebih. Itu baru satu orang, lebih sering lagi beberapa orang yang ngantri. Jadi ya, meski sabun sudah kering di kulit, shampo sudah mengerak di rambut, namun selang sakti masih juga digilir entah kemana. Sabarrr.. Pernah ketika itu, menunggu selang sampai lebih dari 15 menit, jeda di antara mandi. Sumpah, kocak. 

Selesai mandi bukan berarti urusan selesai. Ganti baju di ruang terbuka ternyata membutuhkan skill khusus yang perlu diasah. Terlebih lagi ketika harus berada di tengah kerumunan orang (tentu saja mereka mengerumuni selang, bukannya orang ganti baju.hehehe). Beberapa kali aku kesulitan berganti baju, terutama urusan CD. Keki juga pakai barang privat begitu di depan bapak-bapak. Ya, tapi aku adalah pembelajar yang baik sehingga urusan ganti baju menjadi hal yang lagi-lagi konyol. hahaha...

Suatu kali aku pernah kebelet ingin buang hajat di tengah-tengah aktivitas mencuci. Kakak langsung menyodori aku seember air dan gayung. Dia bilang "Sana ee, dimana aja boleh!". Ehhhh, maksudnya? Ya, rahasia umum jika di Melinsum ini gosipnya hanya ada satu toilet yang bener-bener toilet. Jadi aku langsung 'ngeh' ketika dibilang dimana-mana boleh, artinya adalah aku harus ee di toilet raksasa seukuran kebun karet.  Suatu lokasi kurang aman, di balik semak menjadi pilihanku. Kurang aman karena menghadap jalan, dengan pertimbangan untung-untungan jika ada yang lewat berarti sedang apes. Dalam waktu dan tempo sesingkat-singkatnya, aku selesaikan ritual hajatku itu. Lega dan lagi-lagi lucu. 

Setiap hari. Kulewati pagiku dengan penuh kejadian-kejadian lucu. Selang sakti telah menjadi tali penghubung dan pengikatku dengan Melinsum. Aku banyak kenal teman-teman baru: ibu-ibu atau kakak-kakak teman  mencuci baju atau mandi, bapak-bapak yang mengisi kin, dan banyak lagi yang lain. Meski bisa dikatakan sangat sederhana bahkan minimalis, namun episode MCK dengan selang sakti adalah salah satu kenangant manisku di dusun kecil Melinsum di kaki Gunung Palung. 

Bersama-sama ibu-ibu Melinsum. Mereka adalah temanku mencuci tiap pagi :D


Melinsum: Air seperti ngambek di sini<--------------- span="span">

0 komentar:

Posting Komentar