@himawari262 '14 |
Gebleeeekkkkkk!!!
Kenapa ya orang selalu gelisah? Aku tidak paham. Apa yang
direncanakan sudah dilakukan tapi kok rasanya masih selalu ada yang kurang. Ada
rasa tidak puas yang selalu menyeruak minta untuk didengarkan. Apa yang salah
ya? Semakin lama semakin tak tahan lagi orang untuk mengabaikannya. Apa itu
panggilan jiwa yang kalau kata Mas Nugie adalah ‘Lentera Jiwa’ yang katanya
menerangi langkah setiap manusia?
Nah, aku juga saat ini merasakan ada panggilan di alam gaib
itu. Rasanya tiap pagi ada yang teriak-teriak, “WOY!!! Dengar aku!”. Aku sudah
berulang kali mencoba mendengar meski kemudian acuh hingga terlupa sampai lelap
di malam hari. Hingga esok paginya dia meneriakiku kembali. Haduuhhhh..... Dia
yang ngeyel atau aku yang budeg? Haruskah aku dengarkan dia atau bertahan saja
dengan kenyamanan semu yang melenakanku di siang hari?
Anjrit banget! Galau dan bingung kok terus-terusan. Kapan
mau selangkah ke depan? Atau mungkinkah sekarang ini sebenarnya aku sudah
selangkah di depan dari selangkah mundur setelah dua langkah maju. Hayo loh!
Pernah seorang sahabat berkata, “Lo tuh punya hampir semua
hal yang lebih dari gue. Lo lebih pinter, lebih ini, lebih itu, bla bla bla.
Tapi kenapa lo selalu menanyakan dan bingung dengan hal yang sama?!”. Ah elah, aku juga tahu itu. Aku bingung makanya nanya ke sahabat itu.
Lalu tentang Sang Master, ada pertanyaan gila yang tiba-tiba
bercokol di otak sadarku meski mungkin di bawah sadar dia sudah bersemayam
lama. “Untuk apa dan siapa kamu lakukan apa yang telah kamu lakukan? Demi apa?
Pernahkah kamu merasa hidup yang paling hidup untuk dirimu sendiri?”, aku
bertanya. Dan aku tak tahu.
Menjadi musafir namun diam di satu tempat. Menjadi orang
pintar tapi tak ada yang tahu. Menjadi seniman hanya untuk diri sendiri.
Terlalu sering bercinta dengan diri sendiri. Mungkin efek terlalu narsis. Love
your self but don’t love it too much! Kalau kata abang Freddie Mercury,
“Terlalu banyak cinta akan membunuhmu. Too much love will kill you.” Yang bisa
saja itu berujung pada pembunuhan dirimu sendiri.
Sereeeemmm.....
Si Lentera mulai membiaskan warnanya. Aku mulai melihat
cahaya dan merasakan pancaran hangatnya.
Dalam cahaya remang yang aku tahu akan menuntunku, aku termangu. Aku terpesona
olehnya dan malah diam terpaku dan terlalu lama menghabiskan waktu menatapi
awangan jalan yang diterangi lentera itu. Ini mungkin namanya ‘salah fokus’.
Nah, bagaimana caranya untuk mengembalikan fokus dan percaya
pada lentera yang menuntunku itu? Memulai untuk melangkah dan bergerak.
Penasaran kan pastinya dengan apa yang ada di ujung sana? Berbisik semangat
untuk tak pernah takut pada ketidakpastian, pada misteri, pada enigma. Aku
percaya itu, meski nyali masih malu-malu di sudut remang keyakinan, “Maju
enggak, maju enggak, enggak maju, maju enggak ya?”.
Aishhhh!!!
Memangnya ada pilihan lain?
0 komentar:
Posting Komentar