(Gara-gara lihat pelukis) Memanggil Mimpi Masa Lalu

// // Leave a Comment
 Dulu pernah ngimpi jadi seniman, jadi pelukis. Aku meyakinkan diriku sendiri, selalu dan selalu,kalau aku punya sesuatu yang pantas menjadi bekal dan modalku sebagai pelukis.Dulu, aku pernah merasa seperti itu.

Hari itu, aku melihat puluhan pelukis memamerkan hasil karyanya, tepatnya di pelataran Museum Art Portland, satu museum seni di kota yang jadi tempat singgahku selama 6 bulan ini. Lagi-lagi aku merasa berbuncah, terbang kembali ke rumah. Ahh,... memang mimpi itu tertanya belum sirna. Sepertinya akan tetap ada. Ibarat nyala yang meski redup tapi tak pernah padam.




Aku kembali berpikir, "Apa yang sebenarnya aku ingini? Apa yang aku cari? Di mana tempatku? Di mana rumahku?"

Kucoba memanggil memori dan mengajak diskusi nurani. Sekedar bernostalgia dengan masa-masa dimana mimpi dan nyata seolah tak berbatas dan saling mengisi. Apa yang dulu pernah kuinginkan? Kenapa aku merasa sebagai Artist/ seniman?



---

Aku tergila-gila dengan musik. Pernah aku sesumbar bersumpah, "Jika aku punya bakat, aku pasti sudah jadi musisi hebat. Cintaku pada musik tak kalah kuat dengan para musisi itu." Hahh.. dan aku sadar selera musikku cukup bagus dan tinggi. Kenapa? Yakin sekali aku nampaknya! (Bolehlah aku menilai diriku sendiri. Haaa) Meskipun aku harus jujur, sesak sekali rasanya belajar gitar sudah 1 tahun tapi masih di situ-situ saja. :0

Aku suka bersyair, merangkai kata bak pujangga, dan berasa nikmat dalam dimensi indah kata-kata berkabut makna. Puisi adalah bagian penting dari masa hidupku selama ini. Aku sudah menulis puisi sejak seragamku masih putih merah dan hingga kini saat aku kadang rindu berseragam lagi. Aku masih yakin darah penyair mengaliri jiwaku. ;0

Aku juga jatuh cinta dengan warna-warni kanvas yang digores cat dan tinta. Secara ajaib warna-warna itu menghipnotisku masuk ke dunia lain yang tak bisa kumengerti. Aku mencintai sesuatu yang tak kumengerti karena di sanalah aku bisa mencari arti. Aku merasakan kemerdekaan sejati ketika aku membebaskan pikiran dan tanganku bermain di atas kanvas. Aku tidak peduli apapun hasilnya, tapi perasaan merdeka itu seperti puncak kenikmatan yang ingin kuteriakkan. Boleh dikatakan orgasme-nya di situ. Hahaha... Aku rindu cat dan tintaku. Aku rindu warnaku. :0

Ahh.. maruk mungkin! Yah setidaknya aku tidak pernah ingin jadi pemain sandiwara. Tak ada sedikitpun gairahku di sana.

Oh, Aku!.. Apa sih yang kamu mau?

Ingat!

Aku ingin menjadi pahlawan selebriti. Siapa sih yang tidak ingin? Menjadi terkenal dan disorot dunia. Semua orang mengelu-elukan namaku. Seolah aku orang paling penting di jagad ini. Menjadi pusat perhatian dan harapan. Aku pernah inginkan itu. Untuk apa dan lewat apa? Ah, aku lupa. Tapi aku pernah punya mimpi untuk menjadi pengatur, menjadi pimpinan. Mungkin sekedar pelampiasan dendam untuk sesuatu yang ingin kulawan. Entah apa? Menjadi orang no. 1 selalu. Aku ingat ketika SD pertama kali aku mengajukan diri jadi ketua kelas. Hanya dengan satu tujuan itu: menjadi orang no.1. Uhh,.. berkhayal lagi, mungkin nanti aku ingin jadi presiden. :0


Tapi, di tengah gemerlapnya berada di pucuk gunung, aku ingin bersembunyi. Aku menikmati peran sebagai bayangan. Menjadi yang selalu ada namun terabaikan. Aku pernah menikmati menjadi sosok ini. Aku diam dan diam dalam hiruk pikuk pesta. Aku menikmati menjadi pengamat, aku menikmati menjadi bayang-bayang. Aku buram dan kusam. Orang tak melihat keberadaanku. Dan aku di sana, terinjak oleh silau cahaya. Tapi tahukah kamu? Aku menemukan sesuatu hal baru, yang hanya bisa kutemukan ketika aku 'tak ada'. Dan untuk sesaat aku suka itu. Ya, dan aku adalah bayangan. :0

Aku ingin ini
Aku ingin itu
Aku ingin begini
Aku ingin begitu

Hanya satu yang jelas. Aku tak ingin hidupku yang cuma sekali ini kusesali. Sesal karena tak mencoba apapun apa yang ingin kulakukan. 



My Cats ;)




0 komentar:

Posting Komentar