Sumpah ala Palapa dan dilema tidur vs kerja

// // Leave a Comment




"Penat sekali rasanya. Meski aku ingin berpikir, ingin fokus, ingin cerdas, ingin logis, tapi... rasa-rasanya otakku 'berpikir' lain. Dia ingin membawaku ke angan-angan semu yang memakan waktu - untuk sesuatu yang tak terjejak."

"Mataku ngantuk! Meski 8 jam per hari sudah ia terpejam dalam lelap. Pundakku pegal sekali, seperti membawa beban di separuh badan kanan - miring sebelah."


"Apa yang kumau pun menjadi bias pilihan. 
Mata ngantukku merindukan kasur dan bantal empuk tapi logisku ingin menyuruhku untuk kerja sampai selesai"

"Ahh,....
Aku tahu! Tidur menanggung kerja yang belum kelar adalah tidur paling tidak enak. Meski lelap, namun gelisah itu membuat pusing saat terjaga kembali. 
Toh,...
Kebanyakan aku memilih tidur dulu. Besoknya kerja menumpuk, malamnya tidur lagi, numpuk lagi, pusing lagi, tidur lagi,... terulang lagi, begitu lagi dan begitu lagi."

"Sudah berapa lama waktuku tak terjejak? Berapa malam pula tidurku tak nyenyak?
Arghhhh...!!!!"

"Sudah saatnya aku 'bersumpah'. Sumpah layaknya 'SUMPAH PALAPA'nya Gajah Mada!"

"Aku tidak akan tidur sebelum kerjaku SELESAI!"

--------

(tulisan lama,... dan bersyukur sumpah model ini cukup manjur.)

 

0 komentar:

Posting Komentar