Hari ke-4: Bukit Cengkeh Karyasari

// // Leave a Comment

Bangun pagi-pagi aku langsung mandi. Mengusir kantuk yang terlanjur betah di pelupuk. Pertamakali mandi di rumah Andi yang semi terbuka. Aku mandi dengan penjagaan Mama Andi, lagian Bang Harun dan Andi masih tidur ini. He..segarrr..

Sehabis mandi, sarapan dan kemudian jalan-jalan. Ditemani Puja, Rika dan Emil, aku berkeliling Taman Sari. Dari Kaler, kulon sampai perbatasan Sindangjaya. Dari spot pemukiman sampai kebun yang memisahkan Tamansari dan Sindangjaya. Cukup untuk mengeluarkan sedikit keringat juga dengan naik turun bukit dan jalan. Namun pemandangan Salak dan Halimun nun jauh disana sedikit membuatku lupa akan hal itu.

Bukit itu ditanami cengkeh, bukit yang cukup luas yang memisahkan Tamansari dan Sindangjaya. Bukit itu dimiliki oleh Pak Sanja’i yang orang Jakarta. Bukit itu sudah bukan menjadi milik warga setempat sejak lama, sekitar tahun 70-an. Dan saat ini kebun tersebut dirawat oleh warga setempat dengan pemberian upah. Kebetulan Pak Amak adalah pengurus kebun tersebut. Kebun tersebut boleh dimanfaatkan oleh warga setempat untuk menanam tanaman apapun dengan syarat tidak merusak tanaman cengkeh yang ada.


Selesai jalan-jalan aku beristirahat di teras rumah dan mengobrol dengan mama Andi. Aku dengar bahwa sebentar lagi akan ada kegiatan kerjabakti. Memang sih tadi aku juga sempat melihat bapak-bapak yang bekerja bakti memperbaiki jalan di Sindangjaya. Tapi ini kerjabakti yang lain, yaitu mengambil tras atau tanah cadas sepertinya untuk dibuat halaman mesjid. Aku putuskan untuk ikut kerjabakti hari ini. Jadi bang Harun ke Gunung Sari, aku ikut kerjabakti dulu.

Kerjabakti diikuti oleh perempuan laki-laki, tua muda semuanya ikut ambil bagian. Tanah digali di bawah rumpun bambu. Lalu dengan berbagai cara tanah diangkut menuju halaman masjid, ada yang memakai ember (seperti yang aku pakai), ada yang pakai karung, pikulan kayu, dan gerobak. Selama 5 kali bolak-balik aku ikut membantu. Huahhhh, cukup capek juga. Tapi aku senang sekali, karena rasanya aku jadi lebih santai di sini.

Setelah di rumah aku nyalakan laptop dan bermain-main dengan Rika dan Puja. Aku sedikit ajarkan cara pakai laptop. Tapi karena mereka malu jadinya ya Cuma ngajarin main game. Hee..Siang hari aku ke Sindangjaya untuk wawancara, aku ditemani puja mewawancarai 3 orang ibu-ibu yang sedang duduk-duduk. Dari pertanyaan yang aku ajukan tidak ada variasi jawaban. Seragam semua. Karena memang kondisinya seragam sih.

Sorenya bang Harun pulang ke Bogor karena besok pagi harus ngajar. Maklum dia adalah asdos, asisten dosen. Malam ini aku sendiri deh..

Aku mengobrol dengan  Pak Sani’un yaitu kakek Andi tentang kondisi air disini. Tapi banyak kata yang aku tidak ngerti, karena bahasanya yang campur sunda. Tapi aku biarkan mengalir apa adanya. Semoga saja rekamannya nanti bisa banyak membantu. Hal yang tersimpan di memoriku adalah bahwa sumber air di Sindang Jaya dan Taman Sari dari dulu sampai sekarang berasal dari bukit disana yang saat ini ditanami cengkeh oleh pemilikinya.

Setelah malam tiba aku mantengin  laptop dan sempat pula ngobrol dengan Pak Amak tentang pengelolaan weslic dan sekitar bukit milik Pak Suja’i.  Pengelolaan weslic hanya berlangsung sampai weslic berfungsi. Sebenarnya ada semacam iuran untuk biaya perawatan tapi macet karena warga tidak mau membayarnya sehingga perawatan tersebut tidak ada. Yang mengelola weslic adalah panitia weslic yang  terdiri dari para pejabat dusun dan beberapa warganya.

Setelah ngobrol aku pun Lalu nonton tivi sampai ngantuk..


hari ke-3:terbuai lelap <--------------------->

0 komentar:

Posting Komentar