Kuliah siang: Solat bagi Rojer

// // Leave a Comment
    "Ada 3 tingkatan dalam sholat:
  1. Sholat karena bersyukur
  2. Sholat karena kewajiban
  3. Sholat karena takut. "

  4. Lagi-lagi si Rojer memberikan petuahnya padaku. Memberikanku sebuah ilmu dan kesadaran baru. Siapa sih Rojer itu? Silakan simak catatan kecilku tentang Rojer: Hidup Versi Rojer, ibarat 3 burung yang terbang.

    Memang semua manusia, siapapun itu dan kapanpun itu, selalu saja mempunyai sesuatu yang menarik. Jika hanya kita mau memberikan, sedikit saja pun cukup, kelonggaran hati dan pikiran untuk melihat dan merasakannya. Dan bahkan ketika bisa berbicara seperti itupun aku masih belum bisa  melakukannya sesuai dengan ideal mau dalam diriku. Huh. Ironi.


    Kembali lagi ke Rojer. Siang itu aku berniat pergi ke perpustakaan, sekedar mencari inspirasi untuk mempelajari program riset yang ingin kulakukan. Cieh,.. Ceritanya aku adalah seorang peneliti nih. Perpustakaan masih menjadi tempat yang paling menyenangkan untuk mencari ide cemerlang dan menuliskannya dalam rangkaian kata berbau 'ilmiah'. Karena sesuatu hal akhirnya aku hanya bisa berada di teras perpustakaan, duduk-duduk di bangku sambil membaca-baca bekal buku yang kubawa dari kosan. Beberapa mahasiswa di samping kanan-kiriku sepertinya juga melakukan hal yang tak jauh berbeda, bermain-main dengan laptop atau hape, berbincang dengan sesama rekan, atau hanya sekedar menyantap jajanan gorengan. Tidak ada yang istimewa sepertinya.

    Setengah jam berlalu dan sudah hampir 10 halaman buku 'Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu' kubaca. Dalam konsentrasi yang tinggi, aku bisa menyerap banyak informasi. Dan saat itu aku sedang memusatkan pikiranku pada lembar-lembar buku itu. Tiba-tiba Rojer lewat, berteriak-teriak dengan menawarkan dagangannya.
    "Tisu-tisu, pulsa, ayo dong pulsa." teriaknya. Sekilas melihatku, sepertinya dia masih mengingatku. Kusapa dia dengan kata "Hai" saja. Rojer membalas dengan, "Hai juga, lama gak pernah ketemu. Gue duluan ya." Rojer pun berlalu hingga beberapa detik kemudian aku sadar kalau pulsaku habis. Ah, akan kubeli saja pulsa. Kupanggil Rojer kembali dan kupesan pulsa 10 ribu. Belum rejeki! Ternyata stok pulsa Rojer untuk provider kartuku kosong. Yasudahlah.
    Iseng saja kutanya kabar tentang kabar pengajian rutin yang biasa dia ikuti. Sempat dia heran dan bertanya darimana aku tahu? Yaelah, rupa-rupanya dia lupa obrolan panjang kami di kantin Fahutan waktu itu. Okelah, sedikit kuingatkan dia tentang 'kisah 3 burung'.
    Rupanya ceritaku memancing ceramahnya yang panjang. Hehehe. Berbakat jadi kyai sepertinya Rojer ini. Kudengarkan dia dan sekali-sekali aku bertanya. Mendengar itu kadang-kadang membuat kita lebih pintar. Setidaknya itulah yang kurasakan. Salah satu hal yang diceritakan Rojer adalah tentang tingkatan solat, seperti yang kutuliskan di pembuka tulisan ini. Dan tingkatan solat itulah kugaris bawahi dalam ingatanku.

    Bukan tentang solatnya kurasa, tapi lebih pada tindakan dan motifnya. Solat bagi muslim adalah ibadah wajib 5 kali sehari yang menurutku sulit dilakukan. Kenapa? Ya, karena aku sendiri sulit melakukannya. Ya, dan aku adalah muslim, tulisan di KTP ku muslim. Solat adalah ibadah wajib yang kupikir tidak semua orang melakukannya. Dan yang lebih gila lagi, pelakunya pun masih bisa dibeda-bedakan. Jika kata Rojer ini tentang niatnya. Dan tidak hanya solat, banyak kegiatan lain, aktivitas lain yang sama namun dengan motif yang berbeda.

  5. Tindakan karena cinta.
  6. Semua tindakan yang didasari rasa cinta itu selalu indah. Mungkin irrasional dan tidak masuk akal, tapi yang namanya cinta itu selalu di luar nalar. Motif cinta adalah yang tertinggi dari semuanya. Orang berkorban, berani sakit, berani mati demi cinta. Dan orang solatpun karena cinta. Bukankah itu indah sekali? Tapi yang masuk dalam tipe ini ada gak ya? Gak yakin banyak.

  7. Tindakan karena kewajiban.
  8. Kata populernya biar 'gugur kewajiban'. Ibaratnya orang kerja yang menting 'ngabsen', orang kondangan yang penting 'setor muka'. Tipe inilah yang paling banyak ditemui. Dan kebayang gak sih jika setiap tindakan hanya berdasarkan rasa 'gugur kewajiban'? Teringat waktu kuliah dulu, setiap masuk kelas hanya untuk 'ngabsen'. Itu rasanya garing dan membosankan. Jika aku punya kekasih yang menemaniku hanya karena kewajiban. Damn! I will hate him so much.  Itu bukan cinta.

  9. Tindakan karena takut.
  10. Ini adalah tingkatan terendah. Melakukan sesuatu karena ketakutan. Seperti seorang hamba yang tunduk patuh pada sang raja yang kejam, atau murid yang rajin karena takut pada guru killer. Takut ini takut itu. takut sial, takut masuk neraka, takut berdosa. Hahhhh! Kenapa hidup begitu suram jika diisi dengan ketakutan. Bagiku ini adalah tingkatan motif tindakan yang paling rendah. Apa sih yang ditakutin? Apakah dengan rasa takut itu tindakan yang dilakukan akan menjadi baik? Omong kosong. Semua yang didasari rasa takut itu adalah keterpaksaan, ketidak-ikhlasan, ketidak-tulusan. Itu semua adalah awal dari kemunafikan dan penyekutuan. Bisa saja kamu lakukan satu hal tapi di belakang kamu mengumpatnya. Sungguh mengerikan.

    Kira-kira seperti itulah penterjemahanku yang lebih luas pada teori tingkatan solat versi Rojer yang didapatnya dari Kyai Buya Yahya, yang katanya pengajiannya di wilayah Indra Prastha. Hoahh.. Bolehlah sekali-sekali aku datang ke pengajian lagi.

    Lumayanlah kuliah siangku hari ini.

0 komentar:

Posting Komentar